MALAM MENCEKAM

82 1 0
                                    

Beberapa detik berada dalam pelukan Dipta, Putri buru-buru melepaskan diri saat beberapa temannya berdehem menggoda. Kemudian Putri dan Dipta sama-sama salah tingkah. Sedangkan Asti buru-buru masuk kamar moodnya hancur lagi dan tidak membantu beres-beres di dapur.

"Aaak!"

Lengkingan jerit Asti membuat semua yang masih di dapur terdiam beberapa detik, lalu berlarian menuju kamar. Beberapa piring yang belum sempat dibilas dibiarkan teronggok di wastafel. Bahkan air krannya masih mengalir. Lupa dimatikan.

Sesampainya di depan kamar, Ayu berusaha membuka pintu, tetapi terkunci. Dipanggil-panggil Asti tidak menyahut. Hanya ada suara seperti orang tercekik di dalam kamar sana. Semua pun dilanda kepanikan. Sempat tak ada yang bisa berpikir jernih. Sampai akhirnya tercetus ide mendobrak pintu dari otak Wendi. Dimas pun bergerak cepat dibantu Ruli mendobrak pintu berwarna coklat usang itu.

Namun, saat pintu akhirnya berhasil terdobrak, Asti tak ditemukan di sana. Gadis itu hilang entah ke mana. Sudah dicari di dalam lemari, kolong ranjang juga, tapi tak ditemukan jejaknya. Hilang bak ditelan bumi. Ayu menangis panik juga ketakukan. Putri berusaha menenangkan. Pun para cowok dilanda keheranan dan syok.

"Kita cari ke seluruh ruangan!" ajak Dipta selaku kapten, "Mencar, ya. Aku sama Ruli ke arah sana. Sedang Wendi sama Dimas ke sana. Dan untuk Ayu dan Putri, kalian tunggu di sini saja." Dipta mengkoordinir anggotanya. Semua sepakat sesuai arahannya.

Sudah beberapa saat, para lelaki belum kembali membawa berita. Padahal rumah yang mereka sewa tidak begitu besar. Timbul rasa khawatir di hati Putri juga Ayu. Keduanya saling mengutarakan kecemasan. Belum selesai bicara, lampu mendadak berkedip tidak beraturan, lalu benar-benar padam dan rumah menjadi gulita. Sementara di luar sana suara petir menyambar liar, hujan deras disertai angin ribut. Sungguh malam yang mencekam.

Ayu menjerit histeris, ia takut gelap. Tangannya meraba-raba di udara mencari keberadaan Putri. Suara Putri yang berusaha menenangkan tak didengar oleh Ayu. Telinga Ayu seolah menjadi tuli dalam sekejap, ia tak mendengar suara apa pun. Sunyi.

"Ayu, tenanglah, aku di sini." Putri berhasil meraih lengan Ayu, tetapi Ayu malah menjerit sejadi-jadinya, menjauh ketakutan. Detik kemudian tubuh Ayu ambruk ke lantai.

"Ya ampun! Ayu!" pekik Putri, di saat itulah dia baru kepikiran untuk menyalakan senter di HP-nya. Namun, saat senter menyala, tubuh Ayu menghilang, padahal seharusnya berada tepat di depan kakinya.

"Ayu! Ayuuu!" teriak Putri sekencang mungkin sambil melihat ke sekeliling, tetapi tidak ada. Dipta dan Ruli kembali dengan langkah tergesa setengah berlari berbekal penerangan senter yang ada di HP masing-masing.

"Ada apa, Put?" tanya Dipta saat mendapati Putri panik.

"Ayu ... Ayu juga hilang."

"Apa?!" seru Ruli kaget bukan kepalang, "Kok bisa?" lanjutnya penuh kebingungan. Putri hanya menggeleng tidak paham dengan apa yang terjadi.

"Semua terjadi begitu cepat," jelas Putri.

Lampu akhirnya menyala, Wendi dan Dimas sudah kembali. Namun, Ayu dan Asti masih menghilang entah di mana.

"Kok bisa?!" seru Dimas dan Wendi secara bersamaan saat mendengar kabar bahwa Ayu juga hilang.

"Kita harus minta bantuan warga," ujar Wendi.

"Tapi, warga sini tidak ada yang mau keluar malam-malam gini," balas Ruli.

"Iya, itu benar. Apa lagi cuaca sedang hujan badai seperti ini. Bahkan seharusnya kita juga tadi tidak membuka pintu saat ada ketukan," timpal Dimas.

"Semua sudah terjadi. Sekarang kita tidak punya pilihan lain, selain berusaha nyoba minta tolong ke warga." Wendi teguh pada idenya.

"Tapi, apa itu ide yang bagus? Meminta tolong ke warga, artinya kita harus keluar rumah. Apa itu tidak terlalu beresiko di saat cuaca seperti ini?" sahut Ruli pesimis. Semua pun terdiam sejenak.

"Nggak ada salahnya kita coba dulu, dan semoga tidak ada resiko." Dipta akhirnya angkat bicara sepakat dengan ide Wendi. Dia kemudian diam beberapa detik memikirkan siapa yang akan keluar minta bantuan. Semua atau sebagian saja.

"Oke, jadi sekarang yang ke rumah Pak Lurah, aku, Dimas sama Wendi. Sedangkan Putri, Ruli sama Andre stay di sini. Gimana?" Dipta meminta persetujuan atas rencananya. Semua saling pandang satu sama lain.

"Sebentar, Andre mana?!" seru Ruli sambil menatap Dipta panik. Semua saling pandang, lalu memonitor sekitar dan tidak ada Andre di antara mereka.

"Andre juga ilang?!" pekik Wendi tak percaya. Dipta mengurut kening yang mulai terasa pening. Putri terpejam frustrasi, lalu Ruli menghela napas panjang, dan Dimas mengumpat kesal.

ANAK IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang