Murni akhirnya bisa tidur dengan nyenyak saat keinginannya disepakati oleh suaminya. Kini, giliran Hadi yang tidak bisa tidur. Dia terus berpikir keras akan bagaimana cara dan di mana ia bisa mendapatkan bola mata manusia segar.
Hadi duduk termenung di tepi ranjang. Lalu kembali berbaring dan berusaha tidur, tapi tidak bisa. Dia memutuskan untuk menghabiskan sisa malam dengan menyeduh kopi.
Hingga pagi menjelang, dia tidak tidur lagi. Hadi memutuskan untuk menyembelih ayam kampung muda, lalu dimasak sup yang sangat lezat dan harum. Dia akan persembahkan sup itu untuk sang istri dengan harapan, Murni lupa sama ngidamnya.
***
"Mas, kamu nggak tidur?" tanya Murni yang melihat suaminya beres-beres di dapur.
"Nggak bisa tidur. Akhirnya aku masak sup saja."
"Hah, sup!" sahut Murni dengan binar bahagia. Dia pun bergegas ke meja makan dan membuka tudung saji. Hadi mengekor siap melayani sang istri sarapan.
Raut wajah Murni seketika berubah murka saat menu di meja itu terpampang. "Sup apa ini?!"
"Sup ayam kamp ...."
Praaang!
Belum sempat Hadi menjelaskan, Murni sudah mengobrak-abrik menu yang terhidang di atas meja makan. Semua berserak di lantai tak tersisa. Usai mengamuk, Murni kembali ke kamar.
"Aku hanya mau sup bola mata!" teriak Murni dari kamar. Hadi tertunduk lesu. Dadanya terasa sesak. Kerja kerasnya sia-sia. Untungnya masih dia sisakan sebagian di panci, sehingga ia bisa sarapan.
***
Di kebun, Hadi sudah mengacungkan cangkul ke belakang kepala tetangganya yang kebetulan kebunnya bersisan. Dia hampir membunuh tetangganya itu dan berniat menyongkel bola matanya. Namun urung, tangannya bergetar hebat, lutunya langsung melemas tak kuasa menopang tubuh sehingga ia terduduk di tanah.
"Kamu kenapa, Di?" tanya tetangganya.
Hadi menggeleng, "Sepertinya aku kurang enak badan," dalihnya.
"Ya sudah, sebaiknya kamu pulang saja. Istirahat kalau nggak enak badan."
Hadi mengangguki saran dari tetangganya yang hampir saja ia cangkul kepalanya itu. Lantas berjalan pulang dengan langkah gontai. Ia sangat stres memikirkan perilaku istrinya. Juga terus berpikir keras akan bagaimana cara mendapatkan bola mata segar.
Di tengah kebingungannya, tiba-tiba ada berita duka yang disiarkan di Musala kampung sebelah. Seorang gadis baru saja meninggal. Kini pikiran Hadi sedikit tercerahkan. Murni langsung mendekati suaminya dan tersenyum semringah. Suami istri itu kembali sepemikiran.
***
Hadi mual saat melihat istrinya menyeruput kuah sup bola mata yang masih mengepulkan uap panas. Sementara Murni menikmati sensasi bola mata pecah di mulutnya. Hadi muntah-muntah di belakang rumah di dekat kandang ayam.
"Terima kasih, Bapak!"
Hadi terperanjat kaget mendengar suara serak berat itu. Suara yang sama seperti janin di dalam perut Murni. Hadi menoleh ke sana kemari, tapi tidak melihat apa-apa. Kemudian dia memilih masuk rumah sambil memegangi tengkuknya yang merinding.
Tangan Hadi gemetar hebat saat akan membereskan piring bekas Murni makan. Begitu juga saat mencuci panci bekas sup bola mata, tangannya bergetar. Ia merasa berdosa, tapi tidak tahu harus mengambil tindakan apa.
Usai membereskan semuanya, Hadi terduduk di bangku kayu yang terletak di pojok dapurnya.
"Mungkin sebaiknya digugurkan saja kandungan istriku," pikirnya.
"Argh!" Hadi mengerang sambil memegangi kedua telinganya saat mendadak mendengar suara jeritan yang begitu dahsyat. Jeritan itu terdengar penuh amarah. Saking dahsyatnya, Hadi sampai mimisan, tidak hanya itu, kedua telinganya juga mengeluarkan darah.
"Kamu kenapa, Mas?" Murni teriak kaget saat mendapati suaminya mengeluarkan darah dari telinga dan hidung cukup banyak.
"Tidak apa-apa. Paling pembuluh darahku ada yang pecah."
"Kita ke klinik, ya, Mas!" ajak Murni.
Hadi menggeleng lemah, "Tidak perlu."
"Tapi, itu darahnya banyak banget, loh, Mas."
"Nggak apa-apa, nanti juga berhenti sendiri. Aku mau bersihkan pakai kapas saja."
Benar saja, setelah beberapa saat darah yang mengalir dari hidung dan telinga Hadi berhenti. Tubuhnya sangat lemas. Ia memutuskan untuk istirahat. Mendadak matanya terserang rasa kantuk luar biasa. Baru saja merebahkan badan di atas kasur, Hadi langsung terlelap.
Beberapa saat kemudian, Hadi terbangun. Dia sangat terkejut sekaligus kebingungan saat terbangun dan berada di tempat asing. Tempat yang sangat gelap dan terasa lembab.
"KEMBALIKAN BOLA MATAKUUU!!!"
Teriakan perempuan itu penuh amarah. Hadi sampai terduduk kaget mendengar suara tanpa sang empunya. Dalam sekejap mata, Hadi sudah berada di tempat yang berbeda lagi. Dia berada di sebuah rumah dengan penerangan yang minim. Melihat ada ayunan bayi, Hadi pun mendekat. Di dalam ayunan itu ada bayi yang sangat menggemaskan sedang terlelap tidur.
Hadi tidak bisa menahan dirinya. Dia sangat gemas dan ingin mengusap pipi bayi itu. Saat tangan Hadi siap menyentuh pipi gembul bayi itu, matanya terbuka, melotot dan berwarna merah.
"Aaargh!" Bayi itu menjerit melengking dan mulutnya pun melebar menganga sampai ke telinga. Gigi bayi itu runcing dan bertaring. Lidahnya seperti lidah ular semakin menjulur memanjang, lalu melilit leher Hadi. Sedari tadi, dia ingin berlari menjauh, tetapi kakinya seolah tertanam di lantai.
"Jangan pernah berpikir untuk menyingkirkan akuuu!" Sosok mengerikan itu berbisik serak berat, setelah Hadi terduduk tak berdaya di lantai yang kotor usai dicekik menggunakan lidah panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK IBLIS
HorrorMurni dan Hadi adalah pasangan suami istri yang sudah lama menikah, tapi belum juga dikaruniai keturunan. Berbagai macam cara telah mereka lakukan demi mendapat seorang anak, baik secara medis atau non medis. Namun, tidak kunjung membuahkan hasil. S...