•Chapter 6!

123 7 0
                                    

Arsy baru saja dari ruang kerjanya di lantai bawah untuk mengambil laptop dan ponselnya yang tertinggal, ia duduk di sebelah Abel dengan seenaknya sedikit membuat tubuh kecil gadis itu terapung.

Abel mengabaikannya ia masih kesal dengan Arsy sejak tadi, kini Abel kembali mengerjakan tugasnya untuk persiapan besok.

"Secara spesifik seni teate—"

"Hooaamm"

Abel melirik Arsy yang menguap dengan suara yang sengaja di timbulkan, Abel kenal Arsy yang tidak pernah mengeluarkan suara saat menguap.

"Seni drama yang menampilkan perilaku manusia dengan gerak tari dan-"

"Ehem!"

"Nyanyian yang di sajikan lengkap dengan dialog dan akting—apasi liat liat? Abel bukan pisang"

Arsy terkekeh dan mengecup lengan Abel"Udah marahnya, udah malem"

"Trus kenapa? Terserah mau udah malem atau subuh, Abel masih marah, mau dingin"

Arsy mengangguk"Bisa?"

"Apa?"tanyanya polos.

"Bisa marah? bisa dingin?"

"Bi-bisa kok, kata siapa Abel gabisa"jawabnya ragu"Udah ih sana Abel lagi belajar buat besok, jangan ganggu"

Arsy akhirnya diam memperhatikan bibir sang istri yang berkomat kamit membaca bukunya. Sangat lucu dan menggemaskan dengan wajah kesal itu.

"Arsy"

"Iyah sayang"

Abel memejamkan matanya berusaha untuk kuat. Entah mengapa Arsy menggemaskan saat membujuknya apalagi saat Abel sedang marah.

"Abel ke ganggu"

"Arsy ga perduli, sayang"jawab Arsy menatapnya santai"Yaudah ulang"

"Arsy"

"Hm?"

"Abel ke ganggu"

"Gatau, Arsy dingin"

Abel mengerutkan keningnya tidak percaya dengan jawaban suaminya. Sedikit mencetak sahutannya pagi tadi.

"Arsy ihh"

"Apa"Arsy merentangkan tangannya dan memeluk tubuh Abel dari samping"Udah marahnya, jangan seharian juga ga kuat"gumamnya yang masih terdengar.

"Lagian Arsy ngeselin, Arsy jaha-hat"

Arsy mendongakkan wajahnya bingung menatap Abel yang tiba tiba saja menimbulkan suara tercekat dan wajah yang memerah. Perlahan ia menangis karena melihat Arsy yang menatapnya.

"Sayang"panggil Arsy meraih tangan itu" sorry"

"Arsy jahat! Arsy mau buat Abel matii ya semalem? Arsy jahat tauu"

"Sstt, gaa sayang aku ga jahat"Arsy memeluk tubuh itu"Maaf"katanya penuh penyesalan.

Namun Abel tetap setia pada tangisnya ia terus meraung raung dan terisak sambil mengingat betapa kejamnya Arsy semalam dalam memperlakukan nya bahkan lelaki itu seperti menulikan telinganya dan tidak menerima permohonan Abel untuk berhenti. Justru semakin gencar dalam menempurnya lebih dalam.

The Most Beautiful 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang