•Chapter 5!

131 7 0
                                    

"Mau kemana?"

Abel tercengir gemas sambil menuruni tangga dengan langkah kecilnya menghampiri Arsy yang terlihat bersantai di depan televisi.

"Mauu keluar, tadi Mom ingetin suruh belanja bulanan"ujar Abel duduk di pangkuan Arsy"Temenin ayok"

Arsy mengangguk namun bukannya beranjak ia justru membenamkan kepalanya di dada Abel dengan mata terpejam menghirup aroma segar sang istri.

"Gamau yaa? Arsy capek? Abel sama bapak aja"katanya. Bapak yang Abel maksud adalah sopir pribadi dirumahnya.

"Yaudah ayok"Arsy bangkit mengambil ponsel dan dombetnya lalu menggandeng sang istri sambil berjalan keluar.

Abel tersenyum geli ia lebih menyukai saat Arsy berpakaian santai seperti sekarang. Persis saat lelaki itu datang untuk membawanya pergi dari dunia yang suram saat pertama kali bertemu. Calena jogger selutut dan kaos hitam yang melekat ditubuhnya.

Sampai di supermarket Arsy mengikuti Abel yang sedang memilih bahan bahan untuk dirumah sementara dirinya mendorong keranjang trolli disebelahnya.

Sejak tadi pun ia melemparkan tatapan datar dan tidak suka pada orang orang yang menatap nya dan istrinya, entah apa yang mereka pandang sangat menggangguk.

"Arsy mau apa?"tanya Abel yang mendapat gelengan"Yaudahkan? Ayok ke kasir"

Arsy menatap belanjaannya di keranjang mencari apa yang kurang lalu dirinya menggandeng Abel sambil berjalan mencari susu yang Abel butuhkan, gadis itu harus selalu meminum susunya.

"Oya Abel lupa"cengirnya.

"Masih muda pikun"cibir Arsy yang membuat Abel sebal"Mau apa lagi hm? "kata Arsy saat menyadari wajah kesal sang istri.

"Gamauu, pengen om mapia aja"jawabnya membuang wajah. Tidak memperhatikan wajah Arsy yang mulai menatap tajam.

"Mau apa?"tanyanya sekali lagi.

"Mau om mapia sama mas duda ih!"

Arsy menarik sudut bibirnya dan mendorong trolli itu sambil menggandeng kuat Abel menuju kasir.

"Pulang dari ini, jangan ucapin kata ampun. Abel."

***

Gadis itu mengeluh saat tubuhnya terasa sakit seperti terbelah menjadi dua dan remuk. Ia membuka matanya yang terasa sembab dengan susah payah.

Tubuhnya yang miring menghadap jendela besar kamarnya mengerjab berkali kali lalu mencari cari sosok yang semalam berulah hingga membuatnya tak berdaya seperti sekarang.

"Arsyyy!!!"teriaknya kencang namun tak mendapatkan sahutan"Mamas Arsyy!"panggilnya lagi namun hasilnya sama saja tak ada yang menyahut.

Gadis itu mendengus sebal dan turun dari ranjangnya perlahan merasakan bawahnya begitu sakit. Ia menuruni tangga dengan begitu pelan sambil meneriaki nama Arsy.

"Nyonya, tuan Arsy sejak pagi pagi sekali sudah pergi"ujar mbok Rubi.

"Kemana?"tanyanya kesal namun terlihat menggemaskan.

The Most Beautiful 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang