•Chapter 8!

104 6 0
                                    

Hembusan nafas keluar dari seorang pria yang baru saja membuka matanya. Ia menelisik ruangan itu dan mengenali dimana dirinya berada.

Arsy. Mengangkat tangan kanannya yang di pakaikan infusan ia menoleh ke kanan dan ke kiri lalu menemukan sang istri yang terbaring tak jauh dari tempatnya. Wajah cantik nan imut itu terlihat begitu pucat dan lemas ia yakin Abel mengalami syok setelah kejadian itu.

Pintu ruangan terbuka menampakkan dua orang yang berjalan mendekat. Satu wanita itu memeluknya dengan erat dan sedikit menangis.

"Archeon"panggil Abra—ayah Arsy"Bagaimana keadaan mu, son?"

Arsy mengangguk menandakan ia sudah cukup baik dengan keadaan nya sekarang.

"Sayang, gada yang sakit hm?"tanya Nike khawatir"Bilang sama mom, ada yang sakit?"

"Nothing mom"balasnya.

"Abel"katanya menoleh pada sang istri.

"Abel baik baik saja dia hanya mengalami syok acrophobia dan hanya butuh banyak istirahat untuk memulihkannya"jelas Nike"Kamu mau kita tuntut siswa yang menyebabkan kalian seperti ini, Arche?"

Lelaki itu belum sempat menjawab namun suara Abra membuat keduanya menatap.

"Anak tengil itu sudah ku urus, dia seorang anak dari Jermy Egos"katanya"Pemilik sekolahan itu dan rekan kerjamu"

Arsy terdiam dengan wajah datar lalu menatap sang istri yang terlihat bergerak. Dengan cepat ia bangkit dan menghampiri sang istri duduk di sebelahnya.

"Heii"bisik Arsy menggenggam tangan mungil itu yang di balut kain perban di beberapa luka dan infusan"Lihat aku"

Abel membuka matanya dan menatap Arsy samar samar sambil menetralkan cahaya yang masuk ke matanya.

"Are you okay? Ada yang sakit?"gadis itu mengangguk"Biar aku pijit okey?"

"Abel gamau"katanya lalu merentangkan tangan"Abel pusing, perut Abel mual"

Menerima pelukan itu, Arsy mengelus punggung kecil istrinya.

"Mau minum?"Abel menggeleng"Tenang sayang semua itu cuma mimpi buruk"

"Kita udah di surga belum, Arsy?"tanya Abel pelan menolehkan kepalanya di pelukan Arsy"Kenapa surganya bau obat obatan? Abel enggak suka"

Jangan salahkan Arsy mengapa membawa Abel kerumah sakit tempat yang paling istrinya benci sejak dulu. Namun gadis itu memang butuh penanganan dari rumah sakit.

"Kamu laper?"

"Enggak, Abel mau ketemu tuhan"

Arsy memejamkan mata sekejab dan meremat punggung istrinya membuat Abel bingung. Arsy mendekatkan wajahnya dan berbisik.

"Shut up, jangan bicara apapun tentang surga dan kematian"bisiknya seram"Abel mau Arsy marah, hm?"

Menggeleng, Abel membenamkan wajahnyaa seketika membuat amarah Arsy redam.

"Abel sayang, kamu makan dulu yaa? Abis itu minum obat"mendengar ucapan Nike membuat Arsy melepaskan pelukan istrinya dan menatap gadis itu.

"Abel gamau mom, Abel mual"tolaknya.

"Tapi harus makan sayang, biar cepat sembuh"

Menggeleng keras. Abel memeluk lengan berotot Arsy.

"Jangan pergi, Abel mau sama Arsy aja Abel benci obat"katanya merengek"Abel gamau"

"Mom, kita keluar aja"ajak Abra berjalan keluar lalu di ikuti oleh Nike.

Kini tersisa sepasang suami istri itu. Arsy terus mengelus perut mulus sang istri yang sudah terbaring.

"Arsy"

"Hm"sahutnya"Jangan aneh aneh Abel"peringatnya.

"Abel ga aneh aneh, Abel cuma mau bilang kalo ujian Abel belum selesai"

"Bisa di lanjut nanti kalo kamu udah sembuh"balas Arsy"Sekarang makan dulu, trus minum obat kalo nolak aku tinggalin kamu"

Abel terdiam"Abel mau nolak tapi gamau Arsy tinggal"

"Abel harus minum obat supaya sembuh kalo gamau, Arsy tinggal pergi Abel jauh"

"Selamanya?"tanyanya polos lalu pria itu mengangguk.

"Selamanya, sekarang kamu pilih nurut atau aku tinggal?".

Terdiam sejenak sebelum kepala itu mengangguk dua kali membuat senyum Arsy tercetak. Ia mengambil makanan yang di bawakan oleh kedua orang tuanya dan menyuapi Abel.

"Abel mual"lirihnya.

"Buka mulutnya"kata Arsy mengabaikan ucapan sang istri"Gapapa"katanya meyakinkan.

Gadis itu pun membuka mulutnya dengan terpaksa dan mencerna makanan di mulutnya.

"Arsy makan juga"Arsy mengangguk dan menyuapi dirinya sendiri"Arsy"

"Apa"

"Kalo lagi pucet gini tambah ganteng"gadis itu terkekeh geli sambil menerima suapan nya kembali.

Pria itu juga punya hati entah mengapa mendengar ucapan Abel membuat nya merasa malu dan salah tingkah namun Arsy tetap bisa menanggapi ucapan istrinya itu.

"Oya?"

"Hum"angguknya"Arsy selalu ganteng dimata Abel"

"Karena Abel cinta Arsy?"

"Kenapa gitu?"tanya Abel"Ada hubungannya?"

"Tentu, seorang yang di cintai akan tampak sempurna meski satu dunia mengatakan dia tidak sempurna"Arsy memberikan minum yang langsung Abel terima"Mengerti?"

Abel meletakkan gelasnya"Arsy selalu sempurna dimata Abel karena Abel mencintai Arsy"

"Pinter"

Pria itu tersenyum kecil menatap wajah Abel yang selalu ceria. Mau bagaimana pun keadaan nya gadis itu akan selalu ceria selama dirinya masih memiliki strategi cara untuk membahagiakan diri sendiri dan seorang yang membimbingnya untuk tetap hidup.

"Sayang, dengerin aku"Abel mengangguk lalu tangan kekar itu mengusap kepala Abel.

"Tetaplah bernafas meski selalu merasa sesak, bernafaslah terus sekali pun dunia hanya memiliki 50 persen pasokan oksigen"

Abel mengernyit namun tak mau mengeluarkan suara karena yakin Arsy belum selesai dalam ucapannya.

"Tetaplah hidup sekali pun dunia membunuhmu, sebelum waktu untukmu berhenti berputar. Selamanya"

¤¤¤

Note;

See u, good bye!.

The Most Beautiful 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang