19. menangis

1.9K 327 6
                                    

Happu reading:)

🌹🌹🌹🌹🌹

chapter 19. i don't want you cry because of me
.
.
.
May 6, 2022

🌹🌹🌹🌹🌹

“Sayang,” panggil Jennie kepada sang kekasih yang tengah bermain ponsel dengan posisi memunggunginya di kasur.

“Hm?” dehem Lisa cuek.

Jennie menghela napasnya panjang kemudian meluruskan kaki di atas kasur dan menyandarkan punggung ke kepala ranjang, ia menoleh ke arah Lisa sebentar baru setelah itu mengeluarkan pertanyaan yang ingin dilemparkannya, “Kalo seandainya aku mau jadi artis gimana? Daftar jadi trainee di agensi gitu.”

“Terserah,” jawab Lisa cuek lagi.

Jennie kembali mengembuskan napasnya karena tidak puas pada jawaban yang diberikan Lisa, cuek sekali.

“Ih sayang beneran dong!” rajuknya menggoyanggoyangkan lengan Lisa dari belakang.

“Terserah kamu aja, kalo kamu ngerasa itu yang terbaik buat masa depan kamu ya aku ikut,” jelas Lisa mengoreksi jawabannya tadi yang terlalu singkat.

Jennie kini benar-benar menoleh ke arah Lisa karena merasa ada yang aneh dengan gadis itu. “Beneran? Kamu tahukan agensi-agensi itu biasanya strict ke trainee-nya dan nggak dibolehin pacaran, terus kita gimana?”

“Kamu harus lepasin salah satu antara mimpi kamu jadi artis atau aku, kalo kamu milih jadi artis ya berarti kita harus putus karena di dunia ini kamu nggak bisa milikin sesuatu tanpa pengorbanan, kamu harus korbanin salah satu di antara mereka,” jawab Lisa yang lagi-lagi membuat Jennie kebingungan karena sang kekasih tidak biasanya menjadi bijak seperti ini.

Apa yang sudah terjadi?

“Sayang tega lepasin aku gitu aja?” tanya Jennie sembari melepas bantal di pahanya agar bisa memeluk Lisa dari belakang.

“Iya, kalo itu emang kemauan kamu ya aku bakal lepas, aku nggak mau jadi penghalang kamu ngeraih apa yang kamu pengenin,” jawab Lisa tanpa berkutik sedikit pun saat dipeluk sang kekasih dari belakang, ia tetap fokus pada ponselnya, berselancar ke sana kemari untuk mencari hiburan. Lalu tiba-tiba saja tanpa Jennie sangka Lisa berkata, “Semuanya emang nggak ada yang sayang sama aku, semuanya mau ninggalin aku.” Napasnya mendadak berat.

Jennie pun kaget dan langsung menegakkan badannya untuk duduk. “Kok ngomong gitu? Kamu kenapa?” tanyanya penasaran sambil mengelus lengan Lisa dari belakang dan memandanginya.

“Nggak pa-pa.”

“Nggak mungkin nggak pa-pa. Ayo jujur ke aku kamu kenapa?” Perlahan Jennie mengangkat tubuhnya untuk mengintip wajah Lisa dari samping, tapi gadis itu langsung menutupinya dengan guling, ia jadi makin penasaran. “Sayang kenapa?” Dan beberapa saat kemudian ia merasakan tubuh Lisa bergetar.

Apa gadis itu menangis?

Bubba, what happened?” tanya Jennie dengan lembut, ia tarik lengan Lisa secara hati-hati agar posisinya menjadi duduk dan ia bisa melihat wajah gadis itu, apa benar menangis atau tidak. “Hey, did something bad happened? You can talk to me.” Jennie masih berusaha membujuk Lisa agar mengatakan padanya, ia yakin sekali ada masalah yang disembunyikan Lisa darinya dan ini pasti masalah berat. Karena tak kunjung mendapat jawaban Jennie pun jadi mengasumsikan jika Lisa mendadak murung sebab pertanyaannya tadi, ia tidak benar-benar ingin menjadi public figure, tapi ada juga sedikit—sekali—keinginan untuk menjadi itu. “Sayang bangun biar bisa aku peluk.” Dengan segala kekuatan yang dimilikinya Jennie menarik tubuh Lisa dan berhasil karena sepertinya gadis itu sudah lelah menolak.

“Jangan tinggalin aku,” cicit Lisa dengan beruraian air mata, wajahnya sudah berantakan karena air mata yang tergesek guling tadi. Dengan lemah Lisa merentangkan kedua tangannya untuk dilingkarkan ke tubuh sang kekasih dan menyandarkan kepalanya di dada.

Jennie sendiri menerima pelukan dari Lisa dan langsung mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang, kasihan sekali Lisa sampai menangis hanya karena pertanyaan bodohnya tadi. Ia seharusnya tidak bertanya seperti itu karena bila Lisa juga melakukan hal yang sama kepadanya maka Jennie pun juga tak mau diputuskan, ia sudah terlanjur mencintai Lisa sedalam ini.

“Aku nggak mau ditinggalin, tapi aku juga nggak mau jadi penghalang buat ngeraih mimpi kamu. Aku harus gimana, sayang?” tanya Lisa yang makin keras menangis, ia makin memendam wajahnya di dada sang kekasih yang empuk dan nyaman digunakan bersandar.

Jennie menempelkan pipinya di puncak kepala Lisa dan berbisik, “Ssstt, aku nggak akan tinggalin kamu, aku nggak akan jadi artis.”

Tiba-tiba Lisa mendorong tubuh Jennie dan mendongak untuk menatap wajahnya. “Aku mau kamu raih mimpi kamu.”

Jennie langsung membungkam mulut Lisa setelah selesai berbicara dengan mengecup bibirnya cukup lama hingga sekiranya Lisa balik rileks lagi, setelah selesai Jennie menangkup wajah sang kekasih seraya membersihkannya dari rambut-rambut yang menempel di wajah cantik itu.

“Denger, keinginan aku buat jadi artis di masa depan itu mungkin cuma bersifat fana, sementara, dan aku pasti bakal ngerasa bosen dengan sendirinya setelah dapetin apa yang aku mau, tapi keinginan aku buat selalu barsama kamu itu abadi, selamanya, I want to spend the rest of my life with you, bubba. Do you want it too?” tanyanya lembut dan tersenyum dengan teduh.

Lisa mengangguk. “I do.”

I love you.”

Mungkin ... aku akan mencintai kamu lebih dari selamanya.

🌹🌹🌹🌹🌹

Dah lama nggak update ya🥲 semoga kalian suka🤗

xoxo,
nia.

sweet love ➳ JENLISA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang