22. bidadari

996 200 2
                                    

Happu reading:)

🌹🌹🌹🌹🌹

chapter 22. i want you to know that you are my angel
.
.
.
June 23, 2023

🌹🌹🌹🌹🌹

Jennie membantu sang kekasih membawa koper ke kamar di rumah barunya bersama mommy. Sejak kemarin lusa orangtua Lisa sudah resmi bercerai dan Lisa bersyukur sebab hak asuh anak jatuh pada mommy, bukan daddy yang hobi berselingkuh. Setahun terakhir ini mommy memang sudah berusaha mengembalikan rumah tangganya bersama sang mantan suami agar kembali harmonis, tapi nyatanya sudah tak bisa lagi.

Laki-laki yang satu tahun lagi menginjak kepala empat itu tetap main belakang dengan selingkuhannya dan beliau lelah untuk bertahan memperjuangkan pernikahan mereka sendirian. Mommy tahu anak satu-satunya ini juga tertekan pada keadaan tersebut karena sering mendengar pertengkaran di rumah dan akhirnya beliau mengambil langkah untuk berpisah.

Mommy mengintip ke arah dua gadis yang hendak masuk ke kamar bersama. Beliau membuka suara, “Jennie, Lisa, jangan macem-macem di kamar ya!” peringatnya sambil tersenyum jahil sebelum masuk ke kamar.

Jennie dan Lisa bertukar pandang lalu membuang muka mereka bersamaan dengan kedua pipi sudah memerah.

Damn, apa maksud mommy tadi?

Lisa dengan buru-buru masuk ke kamar barunya lebih dulu, ia letakkan koper yang lebih besar tersebut di samping meja dekat almari setelah itu duduk di tepian kasur. Jennie menyusul, ia tutup pintu kamar kemudian menaruh koper yang berukuran lebih kecil di samping koper besar Lisa tadi.

Lalu, suasana jadi canggung.

Semua ini salah mommy.

Melihat kekasihnya hanya mematung memegangi kopernya Lisa pun mengambil tindakan, lagipula tidak enak bila canggung terus seperti ini.

“Ke balkon sini kita liat ada pemandangan apa aja,” ajak Lisa mengangkat dagunya ke arah balkon untuk memberi kode.

Okay.” Jennie mengintilinya dari belakang.

Keduanya berdiri berdampingan di balkon dengan memegang besi pembatas yang tampak masih baru karena kinclong berkilauan. Tak ada pemandangan istimewa, hanya ada deretan rumah yang penuh dan diselingi satu pohon antara satu rumah ke rumah lain.

Jennie menoleh untuk mengamati wajah Lisa dari samping yang begitu menawan apalagi poninya sedikit terbuka, ia tersenyum seraya berpikir kenapa bisa seberuntung ini bisa memiliki Lisa di kehidupannya entah sebagai sahabat atau kekasih. Sejak kecil Lisa sudah hidup dengan penuh kasih sayang dari kedua orangtuanya—meski akhirnya berpisah—jadi Jennie berjanji pada dirinya untuk memberi kasih sayang itu juga pada sang pujaan hati. Setelah puas memandangi ia pun bertanya, “How is my girl’s feeling?”

Lisa menoleh dan tersenyum dengan begitu lebar seakan beban hidupnya selama ini telah hilang. “I’m happy, so so happy.”

Why?”

“Em ... jujur aku agak sedih sih karena mommy sama daddy harus pisah, tapi kalo itu yang terbaik buat mereka ya aku bakal berusaha nerima lagipula aku nggak mau mommy terus-terusan diselingkuhin. Dan aku ngerasa bahagia karena akhirnya mommy bisa bebas untuk nggak pura-pura bahagia lagi buat nyelametin pernikahannya sama daddy demi kebahagian aku,” jawab Lisa dengan senyum yang masih betah nangkring di bibir tebalnya, mereka saling tatap sebelum ia meraih tangan Jennie di atas pegangan. “Aku tambah bahagia lagi karena ada kamu di sini buat ngasih support aku. Makasih banyak ya.” Ia kecup punggung tangan Jennie yang lembut.

Dada Jennie menghangat. “Iya sama-sama.”

Tiba-tiba saja Lisa main nyosor, bibir tebalnya melabuhkan diri pada milik Jennie hingga gadis itu tersentak kaget, tapi tak berselang lama kemudian ia memejamkan mata dan mengalungkan kedua tangan ke leher si gadis Thailand.

Shit, bibir tebal Lisa candu sekali. Jennie tidak mau melepaskan kontak bibir mereka meski sejak tadi hanya saling menyentuh, tak lebih.

Namun, mau tidak mau Jennie harus melepaskan bibir Lisa yang menjauh. Mata besar Lisa mengamati keelokan paras sang pujaan hati dan tak lupa terpampang senyum di wajahnya, kilau kebahagiaan terpancar jelas membuat Jennie yang melihat ikut bahagia.

“Aku seneng banget liat kamu udah ceria gini,” ungkap Jennie jujur, beberapa bulan terakhir melihat Lisa sering bersedih membuatnya sangat bahagia ketika gadis itu akhirnya mendapat kebahagiaan juga.

“Karena kamu juga.” Memakai tangannya yang lebar Lisa menangkup wajah bulat Jennie. “Aku kagum banget sama kamu,” ujarnya membuat Jennie kebingungan sebab tidak memahami maksud perkataannya.

“Maksudnya?” tanya gadis itu dengan suara sangat lembut.

“Kamu nggak pernah nuntut untuk selalu ada waktu aku bahagia, tapi kamu selalu ada waktu aku lagi sedih, you’re truly an angel.”

Jennie menertawakan Lisa sembari berjinjit agar bisa memeluk serta meletakkan wajahnya di ceruk leher gadis itu, embusan napasnya sontak menerpa di sana membuat bulu kuduk Lisa meremang.

I’m not an angel,” kata Jennie menggeleng menolak pernyataan Lisa barusan yang menurutnya sangat berlebihan. “Im not an angel, bubba, I’m your true love.”

🌹🌹🌹🌹🌹

Happy 23rd🥳

xoxo,
nia.

sweet love ➳ JENLISA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang