Moon 2

136 17 5
                                    

"Siapa di sana?"

Suara itu menamparku kembali pada realita.

Aku melihat Gadis itu mengarahkan wajahnya tepat pada tubuhku yang berada tak jauh darinya, masih terdiam berdiri di tempat dan tak bergerak sama sekali.

Bagaimana dia bisa tau bahwa ada aku disini?

"Bibi Lee? Kau kah itu?"

Suaranya mengalun lagi, aku mulai kalang kabut.

Ku tolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri tapi tak ada seorang pun di sekitar kami. Mereka semua sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing di halaman yang jauh dari tempat kami.

Apa yang harus kulakukan?

"Aku tau ada seseorang disana. Bersuara, atau aku teriak sekarang juga. Satu."

Tunggu. Berteriak? Kenapa dia harus berteriak? Aku bahkan tidak melakukan apapun.

"Dua."

Ancamannya jelas berpengaruh padaku. Membuat bibirku lekas mengudarakan suara gugup yang tidak jelas hanya untuk menghentikan niatnya yang sepertinya bukan hal main-main.

Kinan Noona hanya menyuruhku mengantar semangka ini, bukan untuk membuatnya berteriak. Kepalaku bisa bengkak kena pukulan Yoongi Hyung kalau sampai membuat anak Gadis orang berteriak histeris. Walaupun sepertinya Jina Noonalah kandidat terbaik yang bisa melakukan hal tersebut.

"I-ini.. ini Park Jimin." Tanpa sadar tanganku yang bebas dari buah semangka kuletakkan di dada seolah sedang mengenalkan diri pada anak berumur lima tahun, detik berikutnya aku lekas tersadar bahwa Gadis ini tak akan bisa melihat tindakan bodohku.

"Kau siapa?"

"Park Jimin."

"Iya, Park Jimin. Kau ini siapa? Suaramu baru di telingaku."

Aah.. domba sialan pergi dulu dari otakku, jangan halangi kepintaranku untuk keluar. Aku jadi terlihat bodoh kan.

Mendengar Gadis itu bersuara lebih lembut dari sebelumnya, keberanian sedikit muncul dari dalam diriku. Memajukan tubuh hingga perbatasan ujung teras, aku berdiri kali ini tepat di depannya yang masih duduk.

Sekarang aku bisa melihat dengan sangat jelas bagaimana parasnya.

Tak ada kata lain, dia cantik.

Garis wajahnya terlihat sempurna mulai dari kening tipis, hidung kecil yang lancip, serta bibir penuh meruncing. Matanya yang paling menarik perhatianku.

Dia memiliki sepasang mata hazel indah hampir seperti milik Kinan Noona, hanya saja.. miliknya tampak kosong. Bola matanya bergerak sesuai dengan arah kepalanya bergerak, berkedip sedikit lebih lama daripada aku, dan mata itu memberikan kesan yang amat sepi bagiku.

Mungkin semua orang yang memiliki kebutaan pada matanya punya mata yang terkesan seperti itu, tapi untuk melihatnya secara langsung seperti ini memberikan sesuatu yang baru untukku.

Aku belum pernah berhadapan dengan orang buta sebelumnya. Jadi untuk sekarang, hanya kesan ini yang bisa kudapatkan.

"Ah! Bangtan Sonyeondan?"

Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Gadis itu sudah memekik terlihat girang. Senyumannya yang tertangkap mataku secara tiba-tiba menyuntikkan perasaan ikut gembira dalam dada.

Aku ikut tersenyum entah karena caranya yang berekspresi ceria secara tiba-tiba atau karena dia yang mengetahui identitasku. Aku tidak tau. Senyumanku terkembang begitu saja meskipun aku tau dia tidak mungkin bisa melihatku.

"Ya.."

"Kenapa kemari? Mencari Bibi Lee? Atau anak-anak membuat masalah?"

Hal yang mampu menyentuh hatiku adalah disaat bibir dan suaranya bergairah akan semangat, kulihat matanya tetap tak ingin menunjukkan hal yang sama selain dengan kekosongan.

Mengetahui hal tersebut membuat sebagian hatiku merasakan rasa penyesalan atas ketidakberuntungan takdir yang harus diterima oleh Gadis ini.

Gadis ini akan terlihat jauh lebih baik jika sedikit saja dia bisa memberikan ungkapan lewat matanya.

"Tidak.."

Bergerak lebih dekat lagi ke arahnya. Aku meraih lengan kanannya begitu saja dan secara perlahan mengeluarkan tangan kecilnya dari balik kain selimut. Membuatku bisa merasakan sentakan terkejut darinya lalu segera meletakkan potongan semangka pada bagian telapak tangan sebelum dia sempat berucap.

"Kinan Noona memberimu ini."

Aku memperhatikan Gadis tersebut meraba buah semangka di tangannya dengan tangan kiri, sebelum kemudian mengarahkan sepotong buah tersebut perlahan pada indra penciumannya.

"Semangka?" Tanyanya sambil tersenyum kearahku.

Apa itu tadi?

Padahal aku sempat melihat kerutan tak nyaman diwajahnya ketika tanganku memegangnya tadi, tapi bagaimana Gadis ini bisa kembali berubah ceria hanya ketika ia mengetahui benda apa yang berada di tangannya saat ini?

"Ya.." Aku jadi ikut tersenyum.

"Kinan adalah gadis yang baik. Tolong sampaikan terimakasihku padanya, dan juga terimakasih untukmu karena bersedia mengantarkan ini padaku. Park Jimin-ssi."

Jika aku menjawab ucapannya, apakah itu artinya aku harus segera pergi meninggalkannya karena tugas ku telah selesai?

Aku jelas memang ingin pergi, tapi ada sebagian dari diriku yang masih ingin tinggal.

Kepalaku lantas memutar untuk mencari keberadaan Kinan Noona. Aku menemukannya berada di dekat gazebo sedang berdiri sambil menautkan kedua tangan di belakang tubuhnya.

Pandangan matanya terarah padaku. Tampak sekali bahwa dia memang sedang memperhatikanku. Oh.. maksudku memperhatikan aku dan Gadis yang tengah bersamaku.

Menelisik kedua mata Kinan Noona lebih dalam lagi, maka detik itu pula aku mulai mengerti alasan kenapa Kinan Noona memerintahkanku memberikan sepotong semangka pada Gadis yang bahkan belum aku ketahui namanya ini.

Sorot mata Kinan Noona tampak seolah dia tengah memberi sebuah pesan padaku.

Mungkin ini terdengar lucu, karena bahkan hubunganku dan Kinan Noona masih belum bisa disebut dekat untuk bisa saling bertelepati atau menyampaikan sesuatu tanpa kata-kata. Tapi kali ini aku benar-benar mampu membaca maksud dari matanya.

Dia seperti tengah memberitahuku tetang Gadis ini.

Dari kekosongan tatapan matanya yang mampu menyentuh hatiku, senyumannya yang membiusku, juga dari setiap nada kalimatnya yang ditujukan untukku.

Aku mampu mendapatkan kesimpulan yang nyata, bahwa Gadis ini tengah dipeluk oleh jiwa kesepian tak kasat mata.

Mungkin Kinan Noona sudah mengetahui tentang hal ini, dan secara kebetulan akulah orang yang berada di hadapannya. Sehingga dengan kecerdikannya yang luar biasa, dia tidak ingin melihatku hanya duduk terdiam di gazebo setelah bermain lama dengan anak-anak dan bermaksud memberi kegiatan baru padaku dengan menemani Gadis ini.

Analisaku terdengar masuk akal bukan? Tentu saja. Domba bodoh dikepalaku sudah pergi, jadi sekarang tinggal Park Jimin yang cerdas.

Baiklah, mari kita temani Gadis tanpa nama ini sebentar.

Sebentar saja.

Saat itu aku belum tau bahwa sebentar yang ku rencanakan ternyata berjalan hingga satu tahun kebersamaan.

Aku sempat menyesal mengapa saat itu hanya kata sebentar yang kurencanakan karena seharusnya, aku merencanakan untuk menemaninya dalam waktu yang lama, atau saangaat lama.

Aku yakin, satu tahun kebersamaanku dengannya akan bertambah dengan tahun-tahun indah berikutya.

[]

Moon Daisy [Park Jimin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang