"Jimin aku tau kau ada disini, bersuaralah."
Menyerah dengan permainan petak umpet, aku memacu langkah masih kelewat pelan mendekati Daisy dari arah belakang. Berhenti untuk ikut berjongkok tepat setengah meter di belakangnya dan melihat bagaimana tubuh itu berbalik menghadap kearahku dalam sekian detik kemudian.
Ini pertama kalinya mata Daisy berada tepat satu garis dengan mataku.
Sekalipun hanya kekosongan yang kulihat di sana, tapi perpaduan dari setiap komponen wajahnya menyamarkan kegelapan yang melingkupi mata indahnya.
"Disini.."
Daisy tersenyum lucu, kedua bahunya terangkat naik seperti kebahagian yang ditunjukkan oleh anak balita yang senang karena dibolehkan mencicipi gula oleh ibunya.
"Baru datang?" Tanyanya. Aku mengangguk.
"Iya. lalu melihatmu keluar dari pintu. Ayo, kubantu berdiri."
Kali ini Daisy tidak menolak bantuanku. Aku memegang kedua sikunya untuk membuatnya berdiri.
"Ini permen mu?"
"Ya, untuk anak-anak. Kau mau?"
"Boleh beri aku satu?"
"Tentu saja."
Aku mengambil satu bungkus permen lollipop dari dalam kantong, lalu memberikannya pada telapak tangan Daisy. Izin padanya sejenak untuk membawa masuk permen agar bisa di bagikan oleh anak-anak dan ketika kembali, Daisy masih berdiri di tempatnya tadi.
"Kenapa tidak duduk?"
Gadis itu menggeleng, "Bantu aku menuju kursi. Permenmu membuat hitungan langkahku berantakan."
Menuruti permintaannya, aku kembali memegang sikunya agar dia mengikuti langkahku. Langkah Daisy terkesan santai untuk ukuran manusia yang tidak bisa melihat. Dia seperti sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
Aku mengambil selimutnya terlebih dahulu dari atas kursi sebelum mempersilahkan Daisy duduk, melebarkan ke udara lalu meletakkan pada kaki Daisy seperti yang biasa dilakukan olehnya.
Mengingat perkataan Bibi Lee, sebelum selimut benar-benar munutupi, mataku teralih begitu saja pada kakinya yang terbuka.
Benar. Hanya ada sedikit luka tercetak disana dibandingkan dengan pertama kali yang kulihat. Aku tersenyum bangga.
Seperti biasa, aku memilih duduk di teras, di bawah dekat dengan kakinya.
"Jadi kau selalu menghitung langkahmu untuk bisa mencapai kursi ini?"
"Ya. Lima langkah normal kearah depan dari pintu, kemudian tujuh langkah sedikit lebar kekanan. Di langkah ke empat aku harus sedikit menyerongkan arah ke kiri barulah aku bisa meraih sandaran kursi."
"Bagaimana jika ada yang memindahkan kursimu?"
"Tidak akan." Daisy mengucap dengan begitu yakin diselingi senyuman.
Aku melihat kedipan kelopak matanya ketika dia berbicara, terlihat indah. Aku jadi ikut tersenyum.
"Kerja bagus.."
Tanpa sadar tanganku terangkat keatas untuk memegang sisi kepalanya. Hal yang selalu kulakukan pada Jungkook atau Taehyung ketika mendapati mereka melakukan pekerjaan yang membanggakan buatku.
Rupanya sentuhanku membuat Daisy terkejut, karena beberapa waktu kemudian dia hanya diam stagnan tidak melakukan pergerakan apapun. Membuatku jadi sedikit panik karena tingkahnya yang tiba-tiba berubah aneh.
"Ada apa? Daisy?"
Dia masih diam. Kusentuh punggung tangannya pelan.
"Daisy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Daisy [Park Jimin] ✔
Fanfiction#3. BTNoc Universe. Rembulan milikku, Bunga Daisy ku. Selamanya akan selalu begitu, meski jarak antara dirimu dan diriku tak bisa lagi tertembus oleh waktu. [COMPLETE] Start, 01-02-2021 Closed, 25-05-2021 _________________________________________ Th...