Nyatanya segala perkiraanku sebelumnya sama sekali tidak terjadi.
Dua manusia yang ku sangka akan menjadi jembatan panjang pemisah antara aku dan Daisy tergantikan posisinya oleh buntalan manis cerdas yang bahkan aku heran anak sekecil itu mampu mengucapkan kata-kata tak kalah indah dari seorang penulis romansa.
Kurasa aku harus minta maaf pada dua saudara Kim tersebut atas pemikiran burukku tentang mereka. Tapi jika keadaan mendadak diluar rencana ini tidak terjadi, memang ada yang menjamin mereka tidak bertindak usil?
Helaan nafasku kembali terhembus.
Seharian sudah aku berada ditempat ini. Setelah ramai-rami bermain permainan seru, semua melakukan kegiatan santai sekarang. Mataku mengedar melihat sekeliling aula gedung yang ramai diisi permainan anak-anak.
Terlihat Taehyung sedang bermain game di ponselnya dengan enam anak laki-laki mengerubungi dirinya di atas sofa.
Coba bayangkan, enam anak. Dari sini aku hanya melihat kepala-kepala mungil itu terfokus pada layar ponsel yang di pegang Taehyung. Ada di perut, dada, hingga sisi leher Taehyung tanpa mempedulikan posisi tubuh mereka yang saling tumpang tindih.
Hebatnya lagi, Taehyung tampak tak terganggu sedikitpun dan nyaman-nyaman saja dengan keadaannya.
Lalu saat kutarik garis lurus, di sisi lainnya ada hal bertolak belakang yang sedang terjadi. Seokjin Hyung, masih setia bermain rumah-rumahan serta jamuan teh bersama Gadis-gadis cilik pemilik imajinasi hebat luar biasa. Kurasa dia sedang berperan sebagai ayah yang pulang dari kantor atau mungkin suami yang sedang merayu istrinya.
Hahahaha. Lihat wajahnya.
Aku tidak tau kira-kira senyuman yang terpatri di bibir Seokjin Hyung tersebut benar tulus atau dia memang sedang mempraktikkan mata kuliahnya dulu di bidang aktor. Jika itu benar senyuman tulus maka aku dedikasikan mulai saat ini Seokjin Hyung sudah siap menjadi seorang ayah dari anak perempuan. Tapi jika itu hanya acting saat berhadapan dengan anak-anak, maka dia perlu dapat piala oskar.
Lalu sekarang, kira-kira apa yang terjadi padaku?
Haha.
Aku, Park Jimin.
Orang yang tadi pagi sudah mengomel pada semua orang dan membuat ribut isi rumah lantaran ingin segera bertemu Daisy serta menghabiskan waktu berdua bersama, kini hanya berakhir dengan duduk sambil memangku Kanna -Si Bayi perempuan lucu- yang tengah tertidur pulas sambil menatap Daisy yang sedang sibuk bermain bersama manusia terpenting dalam hidupnya, Park Sara.
Kedatangan Sara yang tanpa diduga jelas memberikan efek terbaik pada diri Daisy. Dia tampak tiga kali lebih bersinar daripada ketika aku membawanya berlari mengelilingi halaman. Ini seperti melihat sisi lain dari Daisy yang baru muncul ke permukaan.
Mereka berdua masih tampak asik dengan kegiatan mereka tanpa memperhatikan sekeliling. Aku sampai ragu kalau Daisy ingat keberadaanku disini sejak pagi hingga sore begini. Sedih sekali hatiku.
Setelah melihat Daisy, mataku beralih pada Sara.
Dari hanya memperhatikan saja, aku tau. Park Sara itu Gadis cilik yang cerdas.
Berkali-kali kudapati sikapnya yang diatas batas normal anak seusianya, juga kalimat yang diucapkan terlalu logis untuk anak berusia enam tahun.
Sara ini seperti Gadis cilik yang dipaksa atau terpaksa menjadi dewasa sebelum waktunya. Aku tidak bisa menebak apakah lingkungan sekitar yang membentuk pribadinya seperti itu, atau dia memang memiliki karakter tersebut murni dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Daisy [Park Jimin] ✔
Fanfiction#3. BTNoc Universe. Rembulan milikku, Bunga Daisy ku. Selamanya akan selalu begitu, meski jarak antara dirimu dan diriku tak bisa lagi tertembus oleh waktu. [COMPLETE] Start, 01-02-2021 Closed, 25-05-2021 _________________________________________ Th...