Moon 17

88 19 3
                                    

Tiga mingguku kacau.

Sangat kacau.

Senyuman lebar yang kutampilkan hanya akan muncul disaat kamera menyala dan menghilang ketika kamera mati. Itu terjadi begitu saja tanpa perlu ku sengaja hingga membuat orang-orang yang berada disekitarku merasa tak nyaman.

Namjoon Hyung sempat menegurku karena walau hal ini tidak berimbas apapun pada aktivitas kami, tapi jelas ini berimbas pada suasana dan chemistry diantara kami. Tidak ingin membuat beban hatiku menjadi dua kali lebih berat, aku justru merasa bersalah mendapati betapa sabarnya seorang Kim Namjoon dalam menghadapiku.

Aku tidak mengerti dengan jalan otakku saat ini.

Bagaimana aku bisa sekacau ini hanya karena masalah cinta? Inilah yang selalu dikhawatirkan oleh member. Terlalu dalamnya perasaan yang telah ku tanam, bisa berakibat kurang baik pada segala yang mesti kukerjakan.

Ini adalah kekurangan terbesarku, sulit mengontrol perasaan dan senang merasa bersalah. Sungguh, aku minta maaf akan hal itu. Seluruh logikaku dapat bergerak sesuai perintah dalam otak, tapi berhenti seketika saat perasaan sedang naik menguasai. Untungnya, pada lingkup pekerjaan aku masih mahir dalam berkamuflase. Tapi ketika sudah kembali pada realitas, diriku yang tengah merana akan muncul dengan sendirinya.

Hanya karena satu masalah.

Daisy, tidak ingin menemuiku.

Sudah tiga minggu sejak terakhir kali pertemuan kami di Bukit bulan. Menjadikan hari yang paling kusesalkan.

Awalnya masih baik-baik saja seperti biasa. Kami kembali ke Panti setelah menghabiskan waktu cukup lama di Bukit dengan badan selamat tanpa ada satupun yang kurang, masih banyak bercanda juga layaknya muda mudi kasmaran.

Tapi semua berubah ketika kami sampai pada pelataran Gedung.

Bermuara pada kalimat pengharapannya di Bukit Bulan, aku mengumpulkan semua keberanianku untuk mengutarakan sebuah bantuan pengobatan mata padanya dengan kalimat yang sehalus mungkin. Memohon persetujuan darinya dan juga meminta pendapatnya dengan pertimbangan tata bahasa agar tak terlalu menyinggung hatinya.

Tapi tak ada jawaban yang kudapat.

Saat Daisy selesai mendengar kalimat terakhirku, ia hanya terdiam dengan wajah terlampau datar. Berbalik, lalu berjalan tertatih menuju dalam Gedung. Mengalihkan semua persepsi buruk, aku mencoba meraih lengannya cepat bermaksud untuk membantu perjalanannya tapi dia menepis dan meninggalkanku tanpa kata sedikitpun.

Malam itu, aku sama sekali tidak bisa tidur.

Memikirkan apakah ada kesalahan dalam kalimatku, atau apakah aku telah melukai hatinya atas tujuanku. Terus berfikir dan merenungkan diri hingga pemikiranku hanya mampu mengambil kesimpulan positif, mungkin Daisy sedang kelelahan atau dia sedang dalam mode tidak mood berbicara.

Tapi tetap saja, hatiku tidak ingin berbohong. Dia tetap gelisah pada tempatnya seolah tak ingin membiarkan fikiranku diam dengan tenang. Ada satu hal yang salah.

Mencoba memastikan, aku datang lagi ke Panti tiga hari setelahnya dan mendapati luka baru tertoreh di hati lantaran ucapan Bibi Lee yang bilang bahwa Daisy sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun, termasuk diriku.

Luka pertama, yang semakin menyakinkan diriku bahwasanya aku memang telah melakukan kesalahan. 

Berlanjut pada kedatanganku yang kedua kalinya, ketiga, keempat, hingga kelima pada bulan itu. Daisy masih tidak ingin menemuiku dan masih bersembunyi di balik pintu kamarnya. Membiarkanku melayang jatuh seperti sebuah layangan kertas yang di tinggalkan oleh pemainnya.

Moon Daisy [Park Jimin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang