Aku mendongak memandang rembulan dari balik jendela kamar yang tertimpa rintikan air hujan dengan penuh pertimbangan.
Sayup-sayup aku dapat mendengar suara ramai member yang sedang bercanda di ruangan tengah sembari menunggu makanan yang kami pesan datang.
Sebenarnya bersama mereka pasti bisa membuatku melupakan pikiran tentang Daisy. Tapi sepertinya, saat ini aku sedang tak ingin melupakannya.
Rasanya masih seperti dalam dongeng.
Cerita dari Bibi Lee masih membuatku tidak menyangka bahwa itu adalah hal yang nyata dan bukan sebuah karangan semata.
Daisy..
Kenapa Tuhan memberi takdir yang begitu tak indah pada hidup Daisy? Kesalahan apa yang pernah dia lakukan hingga dia harus menerima kesakitan berkali-kali seperti itu yang bahkan belum tentu orang normal mampu menahannya.
Tapi Gadis itu mampu.
Gadis seperti apa sebenarnya yang sedang ku hadapi ini?
Daisy bisa membuatku ikut merasakan kesakitan dunia yang tak pernah ada dalam bayanganku sebelumnya. Kisahnya mengobrak abrik perasaanku, dan keberadaannya menyedot habis perhatianku.
Harus kuakui bahwa setelah mendengar kisahnya, hampir sembilan puluh persen fikiranku hanya tersudut pada namanya.
Aku masih tetap melakukan pekerjaanku dengan baik, masih makan dengan baik, dan masih bisa bercanda dengan baik. Seperti biasanya diriku. Hanya saja, disetiap jeda perputaran kinerja otakku, aku hanya akan terus mengingat Daisy.
Mengingat namanya, senyumnya, matanya..
Ah.. Aku ingin bertemu lagi dengannya.
Kupandang lebih lekat lagi benda bulat besar yang ada di angkasa tersebut, wajah Daisy mulai terbayang disana. Sedang tersenyum padaku serta memanggil namaku.
Kira-kira sedang apa dirinya saat ini?
Dia mengingatku tidak ya?
Bayangan Daisy pada rembulan semakin menjelas di mataku seiring dengan senyuman yang mulai terkembang lewat sudut-sudut bibirku.
Membuatku semakin..
'Brakk'
"JEMEN-SSHEEE."
Terbukanya pintu kamarku secara tiba-tiba disusul dengan suara panggilan menyebalkan dari orang yang sudah kuhafal tabiatnya membuyarkan semua bayangan indahku.
Aku terjingkat dari tempatku berdiri dengan perasaan kesal atas gangguan yang datang pada waktu yang sangat tidak tepat.
Tidak boleh mengumpat.. tidak boleh mengumpat.. tidak boleh mengumpat,,
"Sedang apa?" Tanyanya dengan nada begitu polos diambang pintu.
Kupandangi wajahnya dengan pandangan yang kubuat kesal. Padahal aku yakin itu tidak ada pengaruh untuknya sama sekali.
"Bisa tidak mengetuk pintu lebih dulu sebelum membukanya? Membuat kaget saja."
Taehyung berjalan mendekat padaku, merapatkan wajahya pada kaca jendela lalu ikut melongokkan kepalanya ke luar persis seperti yang aku lakukan sampai-sampai ujung hidung bangirnya menempel di kaca dan menimbulkan uap dari nafasnya.
"Memang sejak kapan kita melakukan hal itu? Apa yang kau lihat?"
Lagi-lagi dia memberiku pertanyaan dengan pandangan matanya yang bulat sarat akan kepolosan seorang anak. Aku jadi semakin kesal karena dalam kondisi seperti apapun dia masih saja terlihat tampan. Laki-laki itu mengenakan bandana cuci muka warna pink yang kuketahui jelas itu milik Seokjin Hyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Daisy [Park Jimin] ✔
Fanfikce#3. BTNoc Universe. Rembulan milikku, Bunga Daisy ku. Selamanya akan selalu begitu, meski jarak antara dirimu dan diriku tak bisa lagi tertembus oleh waktu. [COMPLETE] Start, 01-02-2021 Closed, 25-05-2021 _________________________________________ Th...