"Apakah kuku ku sangat panjang?"
"Sangat. Ini. Coba kau rasakan, sampai seperti ini. Rasanya seperti disengat macan."
"Dicakar."
"Oh, ya. Dicakar macan."
Aku mengarahkan telunjuk jari Daisy yang sedang ku pegang pada lenganku. Tepat di luka kecil akibat goresan kukunya saat menggenggam tanganku tadi.
"Maaf, ya. Hehe.."
Tanpa ada rasa bersalah Daisy nyengir padaku. Senyumnya sama sekali tidak menghilang sejak kami selesai mengitari halaman. Membuatku ikut tersenyum penuh kekaguman.
Kembali aku melanjutkan kegiatanku untuk memotong kukunya, saat ini kami duduk berdua di kursi kayu halaman samping gedung. Matahari yang semula bersinar terik kini mulai tampak perlahan meredup tertutup oleh awan.
Kami baru saja selesai makan siang bersama dengan semua penghuni Panti dan sekarang menikmati kembali waktu kami berdua.
Ini adalah waktu terlamaku bersama Daisy.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku selama menjadi publik figur, aku tidak merasa tertekan atau terancam dengan keberadaan kamera yang mengintai disekitarku.
Aku menikmati saat-saat diriku berada ditempat ini hingga melupakan kebiasaan was-was yang selalu kualami ketika berada di luar garis teritori amanku.
Sekalipun saat ini ada orang yang mengetahui keberadaanku dan berhasil mengambil gambarku bersama Daisy, aku tidak begitu peduli.
Aku adalah milikku sendiri, dan aku akan melindungi apa yang aku miliki. Salah satunya, Daisy.
"Jimin, apa kuku ku kotor?"
Aku berpindah pada jari yang lain. "Tidak."
"Kenapa kau mau memotong kuku ku? Bukankah itu hal jorok?"
"Karena dia yang menyakitiku, jadi aku yang harus menghilangkannya. Dan juga siapa yang bilang kukumu jorok? Sini, bilang padaku. Akan kupukul mulutnya."
Daisy tertawa lalu berhenti sejenak sebelum berucap pelan. "Maaf, ya.. Aku tidak sengaja."
"Iya, sudah ku maafkan."
Waktu sedikit berlalu dan aku sudah beralih pada tangannya yang lain. Kulihat Daisy masih tersenyum, membuatku jadi penasaran.
"Tidak lelah tersenyum terus?"
Dia menggeleng.
"Kenapa sebahagia itu? Apa karena aku membantumu memotong kuku?"
Dia mengangguk senang dua kali.
"Hati-hati, nanti kau bisa jatuh cinta padaku."
Dan Daisy tertawa ringan.
"Terimakasih, karena membawaku berlari, Jimin. Aku senang."
Aku hanya bergumam dalam senyuman, sedangkan dalam hati aku meruntuk. Aku merasa tidak melakukan hal yang begitu besar dan begitu sulit, tapi aku mendapatkan dampak yang sangat baik untuk hatiku lewat senyumnya saat ini.
Aku senang dengan senyumnya yang tampak jauh berbeda dari senyuman pertama yang dia utarakan padaku ketika kuberikan potongan semangka dulu. Seperti meringankan bebanku, juga menghapuskan kekhawatiranku.
Jika aku tau kalau berlari bisa membuatnya sesenang ini, pasti sudah kulakukan dulu-dulu sejak awal bertemu. Tapi setelah kupikir-pikir lagi, memang orang gila mana yang mengajak berlari di saat pertemuan pertama kali?
Yang ada justru aku di usir paksa oleh Bibi Lee.
Ngomong-ngomong tentang Bibi Lee, saat membatunya mencuci piring tadi Bibi tiba tiba saja datang padaku dengan mata yang sedikit memerah. Mengucap banyak terimakasih untukku serta memberiku sebuah pelukan hangat yang aku sendiri tidak mengerti bertujuan untuk apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Daisy [Park Jimin] ✔
Fanfiction#3. BTNoc Universe. Rembulan milikku, Bunga Daisy ku. Selamanya akan selalu begitu, meski jarak antara dirimu dan diriku tak bisa lagi tertembus oleh waktu. [COMPLETE] Start, 01-02-2021 Closed, 25-05-2021 _________________________________________ Th...