"Boleh aku duduk disini?" Tanyaku kala itu.
Gadis itu tampak sekali terkejut. Ia sedikit menegakkan tubuhnya lalu kepalanya bergerak sedikit ke kanan dan ke kiri.
"Kau mau duduk disini?"
"Ya."
"Be-bersamaku?"
Aku agak bingung dengan pertanyaannya. "Iya, bersamamu." Maka kujawab saja seadanya.
"Kenapa?"
Aku jadi dua kali makin bingung, apakah perlu alasan hanya untuk duduk bersamanya?
"Kenapa bagaimana? Aku hanya ingin duduk, apakah tidak boleh?"
Gadis itu mengayunkan tangan kirinya ke udara cepat sebagai tanda penentangan atas pertanyaannku. Bergerak gelisah seperti sedang kebingungan, membuatku yang melihatnya terkekeh karena hal tersebut justru terlihat lucu dimataku.
"Tidak ada kursi lain disini, atau kau duduk di sini saja."
Aku melihat ia seperti ingin berdiri dari tempatnya, membuat giliranku untuk terkejut dan lekas menahan lengannya pelan agar dia kembali duduk. Akibat gerakannya tersebut, kain yang menutupi setengah tubuhnya terjatuh. Menampilkan sebagian kakinya yang tidak tertutupi dres warna putih bermotif sebatas lutut.
"Tidak, tidak. Hanya tetap diam disitu Nona, aku bisa duduk dimanapun."
Aku meraih kain yang terjatuh di bawah kakinya tersebut lantas melebarkan benda itu ke udara sebelum meletakkannya lagi pada tubuhnya dengan lebih baik. Namun sepersekian detik hal tersebut kulakukan, mataku tanpa sengaja melihat hal yang seharusnya tidak boleh kulihat.
Hampir di setiap kakinya dari lutut hingga mata kaki, di penuhi oleh goresan luka jatuh dan lebam kebiruan. Ada juga luka yang terlihat masih baru di bagian lutut sebelah kanan, dan banyak lebam di sepanjang garis tulang kering.
Hanya sekilas itu yang dapat tertangkap oleh mataku, aku tidak berniat melihatnya lebih jauh lagi karena itu bukanlah hal yang sopan untuk dilakukan.
Maka hanya dengan kemampuan otak pas-pas an ini aku menebak.
Dia tidak mungkin korban tindak kekerasan bukan?
Dia pasti terlalu banyak jatuh.
Dia tidak sengaja melukai kakinya ketika berjalan atau ketika melakukan sesuatu.
Ya. Benar. Sekalipun kurang pintar aku masih bisa membedakan antara mana luka yang disebabkan oleh kekerasan dengan mana luka yang disebabkan oleh kecerobohan.
Setelah dia kembali duduk dengan kain selimutnya, aku mendudukkan diriku sendiri disembarang tempat. Saat itu tempat yang menjadi sasaranku adalah lantai kayu teras.
Jadi, bokong dan sebelah kakiku kulipat di atas teras sedangkan kakiku yang lain berada pada rumput halaman.
Sengaja ku hadapkan tubuhku menyerong kesamping supaya dapat melihatnya yang berada satu garis di belakangku.
Kutatap lamat-lamat wajah teduhnya dari bawah.
Ah.. jadi seperti ini sudut pandang hewan peliharaan? Pasti seperti ini yang dilihat *Yeontan ketika dia bersama Taehyung atau siapapun.
*Nama anjing peliharaan.
Hebatnya, dilihat dari sudut ini Gadis itu makin terlihat cantik. Wajahnya tanpa make up. Natural, juga menyenangkan untuk dipandang. Aku hanya suka saja dengan postur wajahnya. Bagaimana ya mengatakannya, wajahnya itu tipe ku sekali.
Tapi sungguh, demi apapun. Aku tidak pernah memberi patokan kecantikan wajah pada wanita yang kelak akan ku cintai. Selama aku nyaman bersamanya dan dia nyaman bersamaku, maka wajah bukanlah hal utama bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Daisy [Park Jimin] ✔
Fiksi Penggemar#3. BTNoc Universe. Rembulan milikku, Bunga Daisy ku. Selamanya akan selalu begitu, meski jarak antara dirimu dan diriku tak bisa lagi tertembus oleh waktu. [COMPLETE] Start, 01-02-2021 Closed, 25-05-2021 _________________________________________ Th...