Moon 1

198 21 2
                                    

Malam ini, rembulan sedang menampakkan dirinya dengan begitu indah. Sangat indah hingga aku tak kuasa memalingkan wajah darinya.

Malam ini, di atas bukit ini. Aku berdiri dengan kedua kaki yang sekuat mungkin kubuat tetap berdiri. Menatap lurus pada Sang rembulan dengan sisa air mata yang tercetak di pipi, lalu sebaris pertanyaan mulai terlintas di dalam hati.

Mengapa rembulan bisa terlihat begitu menenangkan malam ini?

Hanya perasaanku saja, atau disana memang sedang ada sesuatu yang menenangkan?

Senyuman tipis lekas terurai dari kedua sudut bibirku.

Tuhan, alangkah indah alur ceritaMu.

Benda yang berada dalam genggamanku mengalihkan tatapan mataku dari Sang rembulan.

Sedikit menjeda waktu untuk memandangnya sambil berfikir,

Harus ku dengarkan atau ku buang?

Namun belum sempat aku mampu mengambil keputusan, sederetan memori yang menjadi awal dari kisahku secara membabi buta menerjang ingatan.

Membuat senyumanku berubah menjadi seringaian sendu, mengantarkan hatiku terjatuh pada tumpukan daun di musim salju.

Semangatku kembali membara akan gejolak indah saat ku ingat sebuah nama.

Park Daisy..

Kalian dengar?

Biar ku sebutkan satu kali lagi,

Park. Da.i.sy.

Hmm..

Hanya dengan menyebut namanya saja, aku sudah dapat mencium aroma bunga di udara.

Rencana dari Tuhan, Marga kami sama.

Mungkin ini adalah sebagian dari kemudahan yang dibuat olehNya untukku, agar nanti aku tak perlu meributkan perihal penggantian nama Marga setelah menikah.

Ha. ha. ha.

Aku bilang, mungkin. Jadi tolong jangan mencelaku dengan kata 'terlalu berharap' ya. Itu terdengar jahat.

Tapi hey, bukankan dari Taman Kanak-kanak kita selalu disuguhi pertanyaan pengharapan seperti: 'Kalau sudah besar mau jadi apa?'

Lalu apakah tidak boleh kalau aku menjawab pertanyaan tersebut sekarang dengan jawaban: 'Ingin punya Istri yang bermarga sama.'

Tidak boleh?

Boleh, kan.

Kita ini sekarang berada di dunia dengan sistem Demokrasi yang menjadi sistem utama, dimana setiap pendapat atau pemikiran mempunyai hak untuk diakui atau di perhatikan. Apalagi jika itu pemikiran atau pendapat dariku. Ha. Ha.

Aku pasti mendapat pukulan di kepala dari Seokjin Hyung jika dia mendengarku berbicara melantur seperti ini.

Tapi mau bagaimana?

Setiap Daisy hadir di kepalaku, aku merasa otakku hanya terisi dengan kelopak bunga yang menyenangkan. Membuatku selalu bahagia serta tersenyum seperti orang gila.

Ah tunggu, apakah aku belum mengenalkan namaku tadi?

Oke maafkan aku.

Namaku Park Jimin. Jika kau menekan nama tersebut dalam sebuah platform pencarian di internet, kalian akan dengan mudah menemukan wajahku disana. Bukannya sombong atau apa, tapi aku ini terkenal. Sangat terkenal.

Sebenarnya penggemar hebatku sih yang membuatku terkenal, aku hanya bergerak dengan usaha dan merekalah yang menghargai seluruh usahaku dengan cara yang amat menakjubkan. Kadang aku berfikir, mereka hanya mendapatkan hal kecil dariku sementara mereka telah memberikan hal yang begitu besar padaku.

Moon Daisy [Park Jimin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang