VOTE DAN SPAM KOMENTAR YA
𝕴𝖓𝖙𝖔𝖝𝖎𝖈𝖆𝖙𝖊
Sial. Chiara membelalak ketika melihat pesan masuk dari Theodoric, dapat serangan panik, dia tidak tahu harus melakukan apa dengan ponselnya. Cewek itu tergagap tiba-tiba, Chiara kebingungan setengah mati karena tidak ada Hana, dia sendiri sedang berada di kamar Luna atas undangan cewek itu untuk datang menemaninya.
“Kenapa?” tanya Luna setelah berhenti memainkan piano dengan nada-nada sedih.
Chiara menggeleng kaku. “Nggak, kok,” ucapnya. Chiara diundang ke sini bukan untuk menceritakan tentang Theodoric, karena sepertinya Luna sedang mengalami sesuatu yang buruk.
Sejak Chiara datang, Luna masih saja duduk di depan piano dan menekan tuts dengan jemarinya. Menciptakan nada-nada sedih seperti wajahnya yang terlihat depresi, mirip Chiara beberapa hari lalu. Tapi di sisi ini, Chiara tidak berani bertanya apa-apa, selain karena masih canggung, dia juga tak ingin melangkahi privasi. Jadi Chiara hanya memeluk kucing Luna yang warna bulunya putih bersih.
Luna menghela napas panjang, cewek itu meletakkan kepala pada piano hitamnya. Kemudian menekan beberapa tuts, dan berhenti untuk melihat Chiara. “Lo ada acara ntar malem?” tanyanya.
Chiara menggeleng. “Kenapa?”
“Ke night club, yuk?” Luna menawarkan, sebelum Chiara menjawab, dia mengimbuhi, “Lo bakal tetep bisa masuk walaupun belum punya KTP.”
Beberapa detik pertama Chiara terdiam, memikirkan dirinya yang tidak pernah pergi ke night club. Tapi sepertinya Luna sedang sangat butuh teman. Chiara terkejut saat masuk rumah besar ini. Di dalam kosong, tidak ada suara apa pun selain di kamar Luna; suara piano.
“Oke.” Chiara mengangguki. “Tapi gue harus bilang apa sama Kak Hana?” tanyanya kemudian.
“Jujur, aja, sih,” Luna berkata dengan suara rendah. “Eh, boong dikit, deh. Bilang lo mau nemenin gue ke birthday party, karna gue gak punya partner.”
Chiara mengangguk pelan, lalu hening. Luna mulai menekan tuts lagi, bernyanyi pelan dengan lirik yang terdengar seperti; ‘Cause I still fucking love you. Diam-diam Chiara berani menebak bahwa Luna pasti sedang mengalami apa yang dia alami beberapa hari lalu; patah hati.
“Lo gak pa-pa?” Chiara memberanikan diri bertanya pelan, sangat pelan sampai terdengar seperti bisikan.
Luna melirik singkat, lalu menegakkan punggung dan memainkan piano lagi dengan posisi sempurna. “Kayaknya gue kena karma,” ujar cewek itu lirih. “Gue jadiin mantan pacar gue sebagai pelarian karna ... gue pernah kejebak friendzone. Sekarang, waktu gue mulai serius sama dia, ternyata dia juga jadiin gue pelarian dari mantannya.”
Chiara bergeming, memperbaiki posisi kucing Luna di pelukannya dan memperhatikan cewek itu. Siap mendengarkan.
“Jangan marah, ya, tapi cowok yang friendzone sama gue itu ... cowok yang lagi deketin lo.”
Kali ini Chiara tersentak, napasnya tertahan. Dia sudah berkaca-kaca akan menangis lagi kalau itu benar adalah Theodoric.
Luna mendengkus ketika melihat Chiara sudah tak karuan. “Bukan Theo,” sanggah Luna, “tapi ... Demon.”
“O-oh ....” Chiara jadi salah tingkah, dia berdehem pelan merasa malu karena sudah khawatir dia dan Luna menyukai cowok yang sama. “Gue gak bakalan marah, soalnya gue gak tertarik sama dia.”
“Hm ....” Luna mengangguk pelan. “Gue masih suka dia, Ki. Banget.”
“Trus masalahnya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Intoxicate [TERBIT]
Romance[COMPLETED] "Apa rasanya?" tanya Chiara spontan. Theodoric menoleh, cowok itu mengapit rokoknya di jemari, lalu tersenyum miring. "Manis, kayak ciuman," jawabnya tenang. Chiara berkedip lugu, masih menatap Theodoric dan terlihat benar-benar percaya...