Intoxicate 14: Blurrin' All The Lines

131K 14.7K 1.5K
                                    

VOTE DAN SPAM KOMENTAR YA!

𝕴𝖓𝖙𝖔𝖝𝖎𝖈𝖆𝖙𝖊

“Kak Theo.” Chiara mengetuk pintu kamar Theodoric yang sebenarnya tidak ditutup rapat, dia takut kalau langsung menerobos masuk dan justru melihat hal yang tak diinginkan.

“Masuk.”

“Eh, nggak, gue cuma mau na—”

“Masuk, Chiara.” Entah sihir apa yang Theodoric miliki, bahkan hanya karena nama Chiara keluar dari mulut cowok itu saja sudah terdengar seperti ancaman hukum gantung. Theodoric bisa dengan mudah membuat Chiara menuruti hampir semua permintaannya, bukan?

Chiara tidak menutup pintu kamar, jika sewaktu-waktu dia butuh untuk melarikan diri, cewek itu bahkan berdiri tak jauh dari pintu setelah masuk. Enggan terlalu dekat dengan Theodoric yang sedang memunggunginya. Musik di kamar Theodoric tidak berhenti, Chiara jadi yakin kalau cowok jangkung nan menyeramkan itu sebenarnya berjiwa galau. Atau mungkin dia adalah penikmat musik dengan beat santai tanpa memedulikan lirik.

“Sini,” panggil Theodoric saat Chiara tidak juga bergerak dari sana.

“Gue—”

Suara Chiara terpotong oleh decihan kesal Theodoric, cowok itu masih tanpa menoleh kembali berkata, “Kalo ngomong sama orang itu orangnya dideketin, ngomong di depannya. Apa lagi orang yang lebih tua dari lo. Diajarin sopan santun gak?” Wah, kalimat yang sangat panjang, Theodoric.

Chiara menggertakkan gigi-gigi gerahamnya, cewek itu melangkah skeptis ke arah Theodoric. Sampai dia bisa melihat jelas cowok itu memegang sekotak susu Ultra Milk cokelat di tangan kiri.

“Duduk.”

“Di situ?” Chiara menunjuk bagian tepi ranjang di samping Theodoric yang menyisakan tempat sangat lebar untuk satu orang saja. Namun, Chiara merasa dia tidak akan cukup aman untuk duduk di sana. Belum apa-apa, Theodoric sudah menariknya, kejadian itu sangat cepat, yang Chiara tahu sekarang dia ada di pangkuan cowok itu. “Eh—”

“Cepet ngomong,” tukas Theodoric, lagi.

“Ya ini mau ngomong dipotong mulu!” seru Chiara kesal, cewek itu merengut. Dia bahkan tidak bisa bangkit karena tangan Theodoric melingkari pinggangnya, Chiara melipat bibir, berusaha tidak tercekat. “Kak Theo, gue mau pulang!”

Dengan tenang Theodoric mendongak, memberi tatapan lasernya pada iris kelabu Chiara. “Kalo gue gak mau?” Dia memberi pilihan. Sepertinya masih belum puas menakut-nakuti seorang cewek 16 tahun.

“Bilangin Kak Hana buat jemput,” kata Chiara, tidak mau tahu. Mau ada gempa atau hujan badai pun, dia ingin pulang.

“Orangnya belum pulang.”

“Ih, ya terusss? Gue harus di sini sama lo gitu?”

Theodoric lagi-lagi terlalu tenang, mengangguk jawaban cowok itu.

“Nggak! Pokoknya gue mau pulang!”

“Apa bedanya di sini sama di apartemen Hana?” Theodoric mendesis, dan Chiara sadar dia baru saja membuat seseorang semakin marah padanya.

Chiara menelan ludah, kemudian cewek itu bergeming, tidak ingin membuat Theodoric mencapai batas kesabarannya dan menelan Chiara hidup-hidup saat ini juga. Dia khawatir Theodoric mendengar detak jantungnya, yang mungkin bisa saja melompat ke luar sekarang juga.

Theodoric mengalihkan tangannya dari pinggang Chiara, bergerak setengah memutar dan dia bisa merasakan cewek itu menarik napas terkejut. Dia mendengkus. “Mandi. Lo bau.”

Intoxicate [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang