Intoxicate 1: Those Eyes

393K 19.2K 3K
                                    

[PERHATIKAN INI SEBELUM BACA KESELURUHAN CERITA]
Aku lihat akhir-akhir ini banyak yang bilang "Jadi inget film After", "Mirip film After", dll. Kalian perlu tau kalo cerita ini NGGAK ADA SANGKUT PAUTNYA SAMA FILM AFTER DAN NGGAK SEDIKITPUN TERINSIPIRASI DARI SANA. Bukan apa-apa, tapi capek liat anak sendiri disama-samain sama anak orang. Please, stop komentar kayak gitu. Aku nggak pernah nonton After, dan cerita ini justru beberapa adegan/tempat/karakter di cerita ini terinspirasi dari FIFTY SHADES BUKAN AFTER. Jadi tolong tolong tolong berhenti nyangkut pautin sama film itu.

 Jadi tolong tolong tolong berhenti nyangkut pautin sama film itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

VOTE DAN SPAM KOMENTAR YA

𝕴𝖓𝖙𝖔𝖝𝖎𝖈𝖆𝖙𝖊

"Haloooo!"

Rasanya seperti menjadi barang lama, dilempar ke sana kemari, tidak ada yang menginginkan. Chiara seperti mainan untuk orang-orang di sekitarnya, setidaknya begitu dia melihat dunia. Papa Mama tewas dalam kecelakaan pesawat beberapa hari lalu, tidak ada lagi keluarga Chiara yang tersisa di bumi. Dengan baik hati sahabat orang tuanya mau mengurus cewek 16 tahun itu. Om Dirga, punya satu anak perempuan beberapa tahun lebih tua dari Chiara, dan dia tinggal bersama cewek itu sekarang.

"Wah, gue pikir lo nyasar, hehehe." Hana cengar-cengir menyambut Chiara di apartemennya. Om Dirga memberi cewek malang itu dua pilihan, tinggal bersamanya atau bersama Hana—yang berbeda kota. Karena Chiara tidak dekat dengan Om Dirga, dia memilih tinggal bersama Hana, sekaligus akan satu sekolah dengan cewek itu. Mereka tidak akrab, hanya pernah bertemu tidak lebih dari tiga kali beberapa tahun lalu. Chiara harap, Hana tidak keberatan dia tinggal di sini. "Nah, yang ini kamar lo ya, Ra. Di sebelah itu kamar gue. Kalo butuh apa-apa bilang aja, chill sama gue mah, anggap aja temen seumuran. By the way, lo bisa istirahat aja dulu, barang-barang biar gue yang urus."

Chiara tidak biasa bergaul, tidak punya satu pun teman yang cukup dekat dari tahun-tahun sebelumnya. Ke luar kamar pun hanya saat butuh, tapi Papa Mama tidak pernah mempermasalahkan, mereka sibuk bekerja. Chiara tidak tahu caranya berteman, atau menyapa dan memberi senyum pada orang asing yang lewat. "Mmm ... gue langsung beres-beres aja, Kak. Nggak perlu dibantuin, kok," jawabnya canggung.

"Beneran? Lo nggak bawa banyak barang?" Menggeleng, jawaban Chiara. "Hm, ya udah, deh. Gue di luar, ya. Nanti ada temen-temen gue mau kerja kelompok, jangan kaget, oke?" Hana menepuk-nepuk kepala Chiara pelan, lalu cewek jangkung itu ke luar dan menutup pintu kamar.

Helaan napas lega terdengar samar, Chiara menyeret koper, kemudian duduk di tepi ranjang yang cover-nya berwarna putih gading. Ruangan ini tidak seluas kamar Chiara dulu, tapi dia lebih memilih tinggal di sini daripada sendirian di rumah lama yang terlalu luas untuk anak 16 tahun. Cewek itu mulai menyusun barang-barang; meletakkan pakaian di lemari, sepatu pada rak, dua buku hitam di atas meja belajar, dan lampu tidur berbentuk menara Eiffel di meja dekat ranjang. Tersisa foto orang tua Chiara di dalam koper, dia mengambil benda itu, dan memandanginya, tak lama, cewek itu meletakkan figura di samping lampu tidur. Hal yang kemudian dia lakukan adalah menyimpan koper di dekat lemari pakaian.

Intoxicate [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang