VOTE DAN SPAM KOMENTAR YA!
𝕴𝖓𝖙𝖔𝖝𝖎𝖈𝖆𝖙𝖊
Nancy memaksa Chiara untuk ikut dengannya ke kelas Theodoric, entah apa yang ingin cewek itu lakukan, tapi Chiara hanya terseret pasrah mengundaki tangga sampai ke tempat tujuan. Dia melihat Bella dan Jennifer di kursi di luar kelas, Hana dan Randi dari arah sebaliknya sedang berjalan sambil cekikikan. Chiara benci dirinya yang berharap menemukan Theodoric di antara mereka, lalu dia memilih tetap berdiri di luar kelas karena segan menemani Nancy. Dia sempat diam-diam melirik, melihat Theodoric di kursi belakang sedang duduk bersebelahan dengan si cewek body gitar, cewek itu melipat tangan di bahu Theodoric dan meletakkan dagu.
Wah, manisnya.
“Ngapain diri di situ, Sayang? Sini lah gabung.” Suara buaya milik Randi memang tidak sulit diidentifikasi.
“Ngomong sayang sekali lagi, gue potong burung lo!” kata Hana kesal, berusaha melindungi Chiara dari modus-modus tidak berguna seorang Randi.
“Wah anjir. Mulutmu kasar sekali, Adinda.”
Jennifer terbahak-bahak. “Adinda katanya, Bell.” Dia menyikut lengan Bella masih sambil cekikikan. Bella sibuk menatap ponsel dan tidak melirik sama sekali. “Mentang-mentang Bella keras, lo malah jadi jual murah. HAHAHA.”
Randi berdecak. “Diem, Anying.” Lalu menoleh lagi pada Chiara yang memperhatikan mereka. “Nyari Bos Theo, ya? Tuh lagi di dalem, hehehe.”
“Enggak,” jawab Chiara cepat-cepat. “Nancy yang ada perlu.”
“Ooooh, Nancy katanya.” Randi melihat Hana, kemudian memberi kode-kode yang tidak Chiara pahami.
Chiara melihat ke dalam kelas, lalu tersentak kecil menemukan tatapan Theodoric lurus padanya. Dia langsung melarikan tatapan pada punggung Nancy, cewek itu kelihatan sedang mengetik sesuatu pada ponsel yang Chiara ingat adalah milik Theodoric. Lalu cewek body gitar tadi sudah tidak ada, dia mengalihkan tatapan, dan bersandar pada dinding supaya terlindung dari tatapan laser cowok psikopat itu. Chiara melihat Hana yang masih membujuknya untuk bergabung, tapi dia lagi-lagi menolak dan berkata Nancy akan segera ke luar.
Cewek itu menunduk, memperhatikan pola tali sepatu, mengingat-ingat lagi di mana dia membeli sepatu itu dulu. Chiara baru mendongak saat merasakan kehadiran seseorang, dia bahkan sudah tahu itu siapa tanpa harus mendongak, tapi tubuhnya bereaksi lain.
Theodoric menatapnya dingin, seolah berkata “Ngapain lo ke sini?”, dan Chiara tidak sanggup berlama-lama ditatap oleh cowok itu. Syukur saja Nancy muncul dari sisi lain badan Theodoric dan segera menarik Chiara untuk pergi, dia merasa masih diikuti oleh tatapan tadi, tapi tidak ingin ambil pusing.
“Gue sebel banget sama Kak Glory!” kata Nancy menggebu-gebu ketika mereka sampai di kafetaria dan sedang memilih minuman botol. “Pokoknya gue gak suka dia deket-deket Kak Theo, atau dateng-dateng ke rumah terus carmuk sama Mama. Ih, nyebelin!”
“Memang dia siapa?” tanya Chiara setengah hati, dia tidak tertarik pada topik pembicaraan mereka sampai Nancy kembali menjawab.
“Dia tuh mantan temen satu geng sama Kak Hana, tapi udah beda gituuu. Udah pisah haluan, nggak se-frekuensi lagi. Trus kayak menghasut Kak Theo mulu, dia suka juga soalnya.” Nancy cemberut sambil menarik pintu kaca kafetaria. Chiara tidak tahu kenapa dirinya harus merasa terganggu oleh itu. “Tapi Kak Theo gak suka sama dia, kok! Kayaknya ….”
Chiara tidak menunjukkan reaksi apa-apa, mereka duduk berhadapan di meja kafetaria. Chiara minum dari kotak susu vanilla-nya seperti orang tidak minum satu minggu. Apa sih yang membuatnya tidak nyaman, dan penasaran?
KAMU SEDANG MEMBACA
Intoxicate [TERBIT]
Romance[COMPLETED] "Apa rasanya?" tanya Chiara spontan. Theodoric menoleh, cowok itu mengapit rokoknya di jemari, lalu tersenyum miring. "Manis, kayak ciuman," jawabnya tenang. Chiara berkedip lugu, masih menatap Theodoric dan terlihat benar-benar percaya...