05

3.7K 388 24
                                    

Sedikit flashback ketika pertama kali Jeffrey room tour kepada Rachel di. Jeffrey langsung memarkirkan mobil nya di garasi, disana ada motor CRF dan mobil yang barusan dia tumpangi, Fortuner.

Bisa diliat sendiri kalo Jeffrey emang berasal dari keluarga berada, udah keliatan sih dari cara dia berpakaian.

Meskipun yang dipake kaos polos item kalo nggak putih mulu tapi branded. Belum lagi jam tangan sama sepatunya, udah bisa buat beli harga diri Rachel kayaknya.

“Masuk Chel,” kata Jeffrey yang setelah Rachel masuk dia ngeliat rumah Jeffrey yang totally bersih banget.

“Lah ini rumah lo udah bersih,” Rachel bersuara sembari matanya berpendar ke seluruh rumah Jeffrey.

“Iya, gue abis manggil cleaning service kemaren, biar lo kagak culture shock.” jawab Jeffrey.

“Lo sendirian?” tanya Rachel lagi, Jeffrey mengangguk. “Iya, aman kan berarti?”

“Hah?” Rachel bingung. “Oh...hehe iya.”

“Gue sediain kamar buat lo, jaga-jaga kalo ada apa-apa.”

“Oh ya? Dimana?”

“Di bawah ada di atas ada.”

“Terserah lo deh.” jawab Rachel membuat Jeffrey menjawab. “Di bawah mau?”

“Boleh aja.”

“Tapi gabung sama gue.” jawab Jeffrey.

“Apaansi.” ujar Rachel menabok singkat bahu Jeffrey.

Tak banyak barang atau pernak-pernik di kamar tersebut, hanya ada pigura properti di rak, AC, lemari dan meja.

“Kamar nya cuma dipake kakak gue bulan lalu nginep disini. Kalo mau tambahin dekorasi bebas kok. Terserah lo.”

“Gue tempel lukisan gede disitu boleh nggak?” tanya Rachel menunjuk area dekat pintu.

Jeffrey mengikuti arah telunjuk wanita itu. “Boleh, apa sih yang gak buat Rachel.”




✯✯✯




Rachel duduk di sofa ruang tamu sembari mengabari Lisa tentang dirinya yang barusan pindah ke rumah Jeffrey.

Tau gak apa yang membuat Rachel tiba-tiba meng iyakan ajakan Jeffrey saat itu?

Setelah melewati berbagai obrolan A to the Z diawali dengan kisah pertemuan kiss accident itu lalu merembet kepada keseluruhan Jeffrey baik cara ngetreat Rachel dan lain sebagainya.

Di siang bolong gini, Rachel diberi wejangan sama Lisa, membuat Rachel merenung berjam-jam.

“Terima, Chel.”

“Lisa, lo beneran???” jawab Rachel ngegas.

“I never said you must have feelings with him. Jalani aja dulu.”

“Ini masukan tergila yang gue denger dari lo, asli deh.” Rachel yang awalnya duduk berhadapan dengan Lisa, berdiri. Berjalan mondar-mandir seperti sedang menimbang keputusan di ambang batas.

ArachellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang