01

7.3K 583 51
                                    

Flashback a couple months ago.

Jeffrey melangkahkan kakinya ke area parkiran karena hari sudah mulai gelap.

Dia sendirian, sedangkan teman-temannya masih berada di sekretariat mengurus laporan umum untuk besok lusa.

Langkahnya terhenti ketika telinganya tak sengaja menangkap isak tangis tak jauh dari sana.

Rambut blonde.

Terjongkok menangis sementara handphonenya tergeletak berdering—tak ia hiraukan.

“Heh lo, gak pulang?”

“.....”

“Anying ga gerak, jangan jangan kunti.”

“.....”

Cewek tersebut tidak menjawab pertanyaan Jeffrey dan malah menarik tangan Jeffrey untuk ikut berjongkok menghadap dirinya. Jeffrey kaget, banget. Saat yang cewek itu lakukan selanjutnya adalah mencium tepat di bibir nya. Jeffrey merasakan ia menangis saat melumat bibirnya.

Selang beberapa menit cewek itu tiba-tiba memundurkan tubuhnya dan memandangi bibir Jeffrey yang memerah.

“Sorry gue kurang ajar, gue harus pulang,” cewek itu cepat-cepat berdiri namun belum sempat pergi, Jeffrey menahan tangannya.

“Rachelia, Mark Girlfriend? Am I right?”

“Gausah sok tau, gue gakenal Mark,” Rachel menepis tangan Jeffrey yang melingkar sempurna di tangannya.

“I know, you're not fine.” Jeffrey terkekeh. Rachel diam, bingung harus menjawab apa. Karena sebenarnya memang begitu, Rachel tidak baik baik saja.

“Mau lo apa? Gue udah minta maaf kan?” tanya Rachel. Jeffrey berfikir. “Gue boleh tau? lo ditipu Mark kan? Pacar lo sendiri?”

Rachel terkejut bukan main, dia ini siapa-iya tahu jika laki-laki di depannya ini adalah Jeffrey, yang wajahnya bak pahatan romawi kuno, kata segelintir temen-temennya.

Tapi Rachel heran, dia ini siapa, dalam artian ‘ini cowok kok bisa tahu permasalahan antara Rachel dan mantannya’ yang bahkan sekitaran kedua belah pihak aja nggak ada yang tahu. Pokoknya no one knows except they both.

“Diem gue anggap iya.” perkataan Jeffrey menghentikan lamunan Rachel.

Rachel kini hanya bisa memandang Jeffrey lemas, emosi nya naik lagi, dan benar cara mengatasi emosi nya dengan cara menangis.

✯✯✯

“Rachel?” Jeffrey memanggil perempuan yang ada di sebelah nya, menatap langit sore yang kian meredup melalui kaca jendela mobil.

“Kenapa Jeffrey?” Rachel menatap Jeffrey teduh, sangat berbeda dengan keadaan Rachel beberapa jam yang lalu.

Ah sial, sebenernya sejak pertama menatap manik Rachel, Jeffrey sudah merasakan gelenyar aneh. Namun Jeffrey cepat-cepat menepis perasaan itu.

“Eum...anu...” Jeffrey menoleh ke arah jalanan dan Rachel secara bergantian, dirinya nggak mau mati muda dengan berita ‘dua mahasiswa tewas karena penyetir tidak fokus saat berbicara dengan penumpang sebelahnya’

ArachellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang