Mereka berdua keluar dari mobil yang sudah terparkir di pinggir jalan. Rachel menata rambutnya sebentar. Meskipun matahari terik, cuaca disini cukup sejuk dibandingkan cuaca hiruk pikuk kota yang mereka tinggali.
Jeffrey dan Rachel memasuki kawasan kampung atau bisa dibilang kayak pemukiman, bukan perumahan yang didominasi rumahnya bertingkat, bukan.
Pemukiman ini berpenampilan luar seperti gang sempit. Rachel ngeliat beberapa anak main kelereng di depan rumah pertama dari gapura tersebut.
“Jeff, kita mau kemana?” tanya Rachel bingung.
“Lo nggak pernah kesini emang?”
“Yaelah kalo gue tau ngapain gue tanya Jep.”
“Iya juga sih.” jawab Jeffrey “Keputusan bagus berarti ngajak lo kesini.”
Makin masuk gang, makin jauh, makin naik turun juga perjalannnya. Ini sebenernya dia niat healing apa cuma cari capek. Batin Rachel.
Rachel juga masih ngeliatin kanan kiri letak tujuan Jeffrey kesini tuh apa. Tapi yang ada malah mereka diliatin orang-orang sekitar yang lagi panen kutu didepan rumah.
Tatapannya setajam silet lagi. Rachel kan jadi sungkan dan cengar-cengir sendiri. Dia bahkan menarik bajunya yang kurang bahan itu.
“Lo capek ya? Mau gendong?” tanya Jeffrey mendengar deru napas Rachel yang memberat.
“Gayaan, kayak lo kuat aja.” Rachel meremehkan.
“Oke kalo lo bilang gitu,” Dengan gerakan cepat Jeffrey membungkuk dan memegang erat dengkul belakang Rachel.
“Heh! Heh! Jeffrey!! Jeffreeeey!!! Aaaaaa!” Rachel menjerit kala Jeffrey berlari cepat sambil menggedong dirinya layaknya membawa beban kapas.
“Eee goblok lo mau gue mati hah?!” semprot Jeffrey ketika Rachel merapatkan tautan tangannya di leher Jeffrey karena takut jatoh.
“Udah udah, turunin gue,” kata Rachel ngeliat jalan didepannya yang mulai gronjalan.
“Dikit lagi, tuh lo liat didepan sana. Bagus kan?” ujar Jeffrey sedikit menoleh ke Rachel, cewek itu sendiri menahan napas karena kali ini dia terfokus pada visual Jeffrey yang bener-bener keliatan makjrenggg karena mengkilat terkena cahaya.
Tanpa bales perkataan cowok yang tengah menggendong dirinya, Rachel malah menyenderkan kepalanya pada bahu Jeffrey. Entah kenapa dia merasa ini bukan hal yang salah.
Jeffrey pun membetulkan letak gendongan Rachel. Dia berjalan turun dengan Rachel yang sibuk memfoto kucing yang berkeliaran didepan sebuah rumah disana.
Waktu jalan makin turun, langkah kaki Jeffrey makin tak terkendali, membuat dirinya tak memperhatikan arah jalannya sehingga...
Jeffrey tersandung kakinya sendiri dan jatuh menggelepar di tanah dengan Rachel yang terduduk di pantatnya.
Nggak jadi romantis ini jadinya.
“Shhh, anjinggg,” desis Jeffrey membersihkan sikunya yang lecet karena dia menumpu badannya pake siku.
“Hm, Kan?????”
“Aduuuhhh...” Jeffrey masih mengaduh kesakitan.
“Dibilangin bandel, untung gue gak ikut jatoh.” Rachel bersyukur dia nggak ikut nyium aspal karena crop topnya berwarna putih.
“Ck, sini mana liat lukanya,” Rachel menarik siku Jeffrey lalu mengambil air minum dari tas Jeffrey.
Dia mengucurkan air pada luka kotor Jeffrey lalu mengambil sapu tangan di tasnya untuk di lilitkan pada siku Jeffrey.
