09

3.2K 350 65
                                    

Sekitar tiga jam kemudian, Jeffrey nyusul Rachel keatas, tugas dia buat besok udah selesai. Niat Jeffrey adalah mengajak Rachel minum-minum karena kemaren dapet kiriman dari temennya yang kerja di bar, Johnny. Kini saatnya dia menengok Rachel yang sempat ngambek.

Dia pikir Rachel udah tidur karena ini udah dini hari, tapi ternyata Rachel nggak ada di kamar, melainkan di balkon mengapit sebatang rokok.

Jeffrey awalnya kaget karena image Rachel dimatanya adalah innocent, bukan berarti kayak bayi baru lahir ya, maksudnya kayak a girl with limit things. Jeffrey tentu nggak kecewa, emangnya siapa Jeffrey berani ngatur Rachel. Justru Jeffrey sedikit timbul rasa seneng dikit, that Rachel can balance his personality.

“Seems someone caught have a lot of thoughts.” suara Jeffrey membuat Rachel spontan menolehkan kepalanya.

Dia terlihat kegep dan buru-buru mematikkan rokoknya. Jeffrey mendaratkan bokongnya untuk duduk disebelah Rachel, lalu mengambil sisa rokok Rachel yang dia jatuhkan di lantai.

Rachel memandang Jeffrey yang menyalakan rokok sisanya. “Kenapa dibuang?”

“Lo belom tidur?” tanya Rachel.

Jeffrey ngasih satu botol kepada Rachel. “A bottle of bourbon, mungkin bisa ngelepas beban pikiran lo.”

Rachel menerimanya lalu membuka tutupnya dengan gigi membuat Jeffrey menaikkan kedua alisnya. “Boleh juga.”

“Hailey did this on interview shawr, saur i wanna try too.” jawab Rachel.

Jeffrey memilih membuka tutup botol menggunakan korek karena giginya sensitif.

“Cheers!” kata mereka bersamaan lalu bersulang.

“Hmm...” reaksi Rachel manggut-manggut lalu Jeffrey menoleh ikutan manggut-manggut sambil senyum.

Rachel memutar botol tersebut keliatan membaca merknya lalu meneguk lagi. “Bukan sembarang bir inimah.”

“Jujur sejauh ini, ini bir paling soft di lidah gue.” kata Jeffrey.

“Iya loh.” kata Rachel, meneguk bourbon lagi. Dirinya memang udah jarang minum bir, minum bir pun juga bir lokal yang dibawa Baskara, soalnya si Lisa nggak suka minum.

“Lo jangan sering-sering minum beginian, Jeff.”

Jeffrey menggeleng. “Gue jarang, nggak ada temen soalnya.”

“Sama geng lo, mana mungkin nggak pernah?”

“Berisik, nggak kondusif malahan, mana temen lo ikut-ikutan lagi, sampe makeout di rumah orang sama Mahesa.”

“Hah siapa?” tanya Rachel.

“Si Queencard ceunah.”

“Lo yang bener kalo ngomong.” Rachel tak percaya, dia kira awalnya Jeffrey bakal jawab Mina kayak, bisa ya Mahesa ngeruntuhin batas tinggi cewek itu.

Eh ternyata makin plot twist.

“Serius ini bener,” kata Jeffrey lalu menghembuskan asap rokok. “Mina ya?”

Rachel ngangguk. Jeffrey cuma ketawa. “Berapa kali, Jeff?”

Jeffrey mengendikkan bahu, sebenernya tau karena Mahesa lumayan deket sama dia ketimbang sama Baskara, Diki dan kawan-kawan, tapi dirinya ingin meredam Rachel yang posisinya ada ditengah-tengah tiga serangkai.

“Jeff, gue minta tolong. Jangan larang gue nendang titit Mahesa besok.” geram Rachel. Mencoba mempermainkan hati cewek yang bersahabat apalagi sampe menyebabkan putusnya pertemanan, sama sekali nggak keren dan nggak laki banget.

ArachellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang