4. Jalan-jalan

2.1K 205 22
                                    


Jika kalian heran kenapa Hinata mau menuruti Naruto maka jawabannya sederhana, gadis itu hanya ingin menepati janjinya. Menjadi milik Naruto awalnya Hinata sempat berfikir aneh tapi begitu melihat apa yang di perintahkan pemuda itu Hinata mengerti, Naruto hanya inin mencari seseorang untuk menjaga ibunya selagi dia bekerja.

Ahirnya Hinata bisa menghela nafas lega, gadis cantik itu mulai membereskan kamar seperti apa yang di perintahkan Naruto kemarin, siang nanti dia berencana kembali ke apartemennya dan mengambil beberapa barangnya. Hinata akan tinggal di sini setidaknya sampai Toneri sadar dari komanya.

Hinata mengerutkan keningnya saat melihat ada banyak sekali bingkai foto di dalam lemari yang sedang ia bereskan, anehnya semua foto di dalamnya hancur tak bersisa hingga membuatnya kebingungan. Sosok wanita di dalam foto itu terlihat familiar, dia wanita yang semalam datang dan di usir Naruto. Seingat Hinata namanya Shion.

“Apa sebelumnya ini lemari dia ya?” monolog Hinata sambil memasukan bingkai itu kedalam kardus. Hinata sempat berfikir untuk mengambil beberapa baju untuk di pakainya sementara tapi ternyata semua baju itu berbahan dasar ketat dan membentuk tubuh. Hinata tidak suka baju seperti itu jadilah dia lebih memilih memakai baju Naruto meski diam-diam dia mengambil dalaman di dalam lemari yang sudah di larang oleh Naruto.

Naruto itu gila, dia member Hinata baju tapi tidak dengan paket dalamnya. Lalu bagaimana bisa Hinata tidur dengan nyenyak jika tidak mengganti dalamannya? Beruntung Hinata masih menemukan pakaian dalam yang bersegel, sepertinya aman dan masih baru.

Ditengah kesibukan Hinata meratapi pakaian dalamnya sebuah suara lembut menyapa telinganya hingga membuat gadis itu menoleh ke sumber suara. “Hinata?”

“Iya, ada yang bisa Hinata bantu Tante?” buru-buru Hinata menyusul Khusina dan meletakan semua baju itu di lantai.

“Tante bosen di rumah, jalan-jalan yuk?” ujar wanita baya itu dengan tatapan kosongnya seperti biasa.

Hinata mengangguk antusias mendengar penuturan Khusina, “Iya Tan ayok, tunggu ya aku beresin ini dulu.” Ujarnya semangat.

Khusina tersenyum meski dia tidak bisa melihat wajah gadis itu, dari suara dan derap langkahnya Khusina bisa tau gadis itu sangat senang dan bersemangat pergi bersamanya. Tidak seperti Shion yang selalu ogah-ogahan menemaninya jalan-jalan. Jangankan jalan-jalan, bahkan di dalam rumah pun Shion sering membiarkannya sendirian.
“Udah Tante ayok,”

Khusina mengangguk, dia tersenyum lebar saat udara luar rumah mulai menerpa wajahnya. Sinar mentari yang hangat mulai menyengat kulitnya. “Kamu gak malu kan jalan-jalan sama Tante?”

Hinata mengerutkan keningnya heran, “Kenapa harus malu Tan?”

“Tante kan buta,”

Hinata tertawa pelan meski tawanya itu tidak akan mungkin di lihat oleh Khusina, “Malah mungkin Tante yang malu jalan sama aku.” Ujar Hinata sambil berusaha menetralkan tawanya.

“Kenapa gitu?”

“Aku cuma pake celana trainingnya Naruto sama kaus oblong Tante, udah kaya gembel pinggir jalan.” Kekehnya pelan.

Khusina ikut tertawa meski dia tidak bisa melihat seperti apa bentuk style Hinata sekarang tapi dia bisa membayangkannya dengan baik, “Kamu pasti imut pake celana sama baju kebesarannya Naruto.” Ujar Khusina.

“Imut apa Tan, cringe iya..”

Canda tawa mereka terus berlangsung selama perjalanan ke taman, Hinata begitu nyaman bertukar candaan dengan wanita baya itu. Khusina pun terlihat begitu menikmati waktunya bersama Hinata. Mereka terlihat cocok seperti pasangan Ibu dan Anak.
Sementara di tempat lain, Naruto sedang sibuk mengecek keadaan Toneri. Dia di temani oleh seorang perawat untuk mengecek perkembangan Toneri. Meski pemuda itu di nyatakan koma dalam waktu lama tapi Naruto yakin Toneri akan bangun.

Sesekali pemuda itu teringat pada sosok Hinata, gadis cantik kekasih dari pasien yang di selamatkannya.

Kalian pasti betanya-tanya kenapa Naruto membawa paksa Hinata ke rumahnya dan apa maksud dari kata menjadi miliknya bukan?

Jika kalian ingin tau jawabannya maka kalian harus menunggu ekor beruang berubah jadi taring gajah.

Karena Naruto pun tak tau alasannya, dia tidak punya alasan khusus kenapa melakukan itu. Dia hanya menyukai suara gadis itu yang sangat pelan dan terkesan lembut lalu tatapan matanya yang teduh. Karena memang Ibunya butuh teman dan Naruto menginginkan gadis itu jadilah dia menarik Hinata secara paksa ke rumahnya.

Lagi pula gadis itu punya hutang padanya jadi Naruto fikir itu setimpal bukan?

Ponsel Naruto berdering kencang hingga membuat konsentrasinya terganggu. ‘Shion.’ Naruto berdecak sebal lalu mengangkat panggilan telepon itu.

“Apa?!” tanyanya ketus dan dingin.

“Nar, kamu kenapa sih sayang? Kenapa cuek banget sama aku?”

“Lo ngapain sih? Kalau gak penting gak usah telpon gue!”

“Ini penting Nar, ini tentang hubungan kita.”

“Hubungan apa?”

“Kita mau nika-“

“Stop gak usah halu! Lo harusnya malu sama kelakuan busuk lo selama di belakang gue.”

“Nar aku bisa jelasin,”

“Bacot anjing. Jauhin gue atau gue bakar lo hidup-hidup?”

Shion bungkam, gadis itu mulai terisak dan menangis. Naruto berdecak kesal lalu mematikan panggilan teleponnya.
Kesal, marah dan emosi bercampur menjadi satu. Iya Naruto memang pemuda yang temperamental dan pemarah, image dingin itu sudah melekat kuat dalam dirinya sejak dulu tapi Naruto juga manusia biasa. Dia bisa memperlakukan beberapa orang yang istimewa untuknya dengan baik. Tersenyum hangat bahkan tertawa Naruto bisa melakukan itu tapi tidak pada semua orang.

“Dok-“

“KELUAR!!”

Bahkan si perawat yang baru saja membuka mulutnya hendak menanyakan sesuatu pada Naruto pun turut kena imbasnya. Dengan perasaan marah Naruto memilih keluar dari ruangan itu. Entah kemana dia pergi yang jelas Naruto perlu mendinginkan kepalanya yang mendidih panas. Dia butuh udara segar, lagi pula sebentar lagi jam siangnya tiba. Naruto bisa pulang dan mengistirahatkan kepalanya.
Naruto mengenarai mobilnya sambil memijit kepalanya yang terasa pening. Dia baru saja mengetahui fakta bahwa Shion diam-diam berselingkuh dan yang lebih parahnya dengan salah satu sahabat baik Naruto. Shion juga memperlakukan Ibunya dengan buruk padahal gadis itu selalu berlagak baik di depan Naruto. Pemuda itu menyesal mempercayakan Ibunya pada wanita ular itu.

Wanita yang bahkan tega menghianati Naruto setelah dua tahun hubungan mereka terjalin. Rasa cinta yang terlalu dalam suatu hari bisa saja berubah jadi boomerang dan berbalik membencinya.
Sekelebat bayangan Hinata berkelebat di pelupuk mata Naruto, senyuman di wajahnya terlukis tipis. Bagaimana gadis itu datang dan membuat hatinya terkunci dengan mudah? Aneh.

“Dia pake pelet apa sih, heran gue.” Monolog Naruto sambil tersenyum. Padahal tadi dia sedang marah dan emosi tingkat tinggi tapi ketika mengingat Hinata semua itu meluruh seketika dan berganti senyuman.

Next__

The Choice | Namikaze Naruto ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang