Hinata duduk di kursi sebelah pengemudi dengan gelisah, hatinya mendadak takut dan tak karuan. Pemuda dengan wajah sedater papan tripleks ini hanya diam dan menatap lurus kedepan sambil mengemudikan mobilnya, tak ada kata yang dia ucapkan setelah membawanya keluar dari ruangan Toneri.
Hinata tidak tau, dia merasa harus menuruti pemuda itu meski hatinya menjerit menolak dan tak terima. Tapi pemuda itu menepati janjinya dengan menyelamatkan Toneri, bahkan dokter di sana sudah menyerah tapi Naruto bisa membuatnya keluar dari masa kritisnya meski sekarang dia harus koma dengan jangka waktu yang entah sampai kapan.
Hinata tak tau apa yang terjadi padanya nanti yang jelas dia hanya mencoba berlaku baik, mungkin Naruto hanya akan menjadikannya pembantu atau semacamnya. Meski terlihat mengerikan, tapi Naruto tidak terlihat jahat. Semoga penilaian Hinata tidak salah kali ini.
Naruto Namikaze, Hinata baru saja mengetahui nama itu saat mereka meninggalkan rumah sakit tadi. Hinata tak sengaja melihat nametag yang tergeletak di dashboard mobil.
Naruto membelokkan mobilnya di sebuah rumah berukuran cukup besar namun bergaya klasik yang sangat elegan, Hinata hanya mengamati dari dalam mobil bagaimana luasnya halaman itu dan bagaimana rapihnya susunan bunga di sana. Sangat nyaman dan menyejukan mata.
“Turun,” titahnya. Hinata menurut saja meski agak canggung, dia turun dari mobil lalu mengikuti Naruto. Langkahnya yang begitu mungil membuatnya sedikit tertinggal dari Naruto yang memiliki langkah jenjang dan lebar. “Ck, lama.” Naruto menarik tangan Hinata hingga gadis itu kini berjalan di sebelahnya.
“Kita mau kemana dok?” tanya Hinata was-was. Pasalnya ini pertama kalinya Hinata memasuki tempat asing bersama ornag yang tidak di kenalnya pula.
“Gak usah bacot,”
“T-tapi.”
“Gue gak akan bunuh lo, gak usah takut!” mungkin Naruto memang memerintahkannya untuk tidak takut, tapi apa dia gila? Mana ada wanita yang tidak takut jika di bawa pergi oleh lelaki asing yang tak di kenalnya? Jika ada maka dia gila!
Hinata di buat terngaga saat melihat design arsitektur yang sangat indah dalam rumah Naruto, ternyata selain luarnya yang sangat menyejukkan mata dalamnya pun tak kalah memanjakan mata. Semuanya sangat rapih dan cantik. Hinata jadi penasaran seperti apa keluarga Naruto dan siapa orang yang membuat design seperti ini.
Naruto membawa Hinata ke dalam kamarnya, “Dok saya mau di apain?” Hinata refleks berhenti lalu menatap Naruto horror.
“Masuk!”
“Gak mau!”
“Lo ngelawan?!” Naruto menatap Hinata tajam dengan bola matanya yang sekelam langit pekat.
“T-tapi,”
“Mauk gue bilang!!”
Naruto menyentak tubuh Hinata kasar hingga gadis itu masuk ke dalam kamarnya. Hangat, hanya itu yang Hinata rasakan saat memasuki ruangan ini. Ruangan yang di dominasi oleh warna putih dan coklat ini terkesan sangat nyaman, ada sebuah ranjang berukuran sedang yang sepertinya pas-pasan jika di gunakan untuk tidur gadis seperti Hinata yang lasaknya seperti pemain bola.
“Mulai sekarang lo tidur di sini, itu lemari lo.” Naruto menunjuk sebuah lemari dengan matanya dia mengkode gadis itu untuk membukanya. Hinata menurut saja dia membuka lemari kaca itu dan mengerutkan keningnya saat melihat ada banyak sekali stelan baju wanita di sana. Lengkap sampai ke pakaian dalamnya pula.
“Besok lo keluarin semua baju itu, gue gak mau liat baju-baju itu masih di sana.” Hinata mengangguk, dia mengikuti kemana arah Naruto berjalan dan ternyata Naruto berjalan ke arahnya dan membuka lemari di sebelahnya. “Sebelah sini lemari gue, lo boleh buka kalau mau beresin aja.” Lagi Hinata hanya mengangguk patuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice | Namikaze Naruto ✔️
Fanfiction18+ Jangan mampir kalau masih merasa belum cukup umur! Disclaimer : Masashi Kishimoto Ide cerita : MhaRahma18 Cover by : Pinterest