"Gue nggak habis pikir, Han. Bisa-bisanya kak Doyoung gak bilang ke gue."
Hana menghela napas di seberang sana. Dari tadi dia mendengarkan suara tangisan Valerie. Sahabatnya itu terdengar sangat rapuh. Sampai-sampai suaranya tersendat ditengah-tengah. Entah, Hana tak tahu kenapa Valerie sekacau itu. Yang jelas dia berpikiran kalau sepupunya udah bikin Valerie hilang kepercayaan.
Karena sedari tadi Valerie terus saja bicara kalau dokter Doyoung udah menyembunyikan suatu hal yang besar.
"Hiks... Gue ngerasa nggak dianggap."
"Val, gue bingung. Sebenernya dokter Doyoung salah apa sampai lo resah kayak gini?"
"Dia sakit. Dan nggak ngasih tau gue."
Hana membeku. Aliran darahnya terasa tersendat di satu pembuluh darah. Sehingga dia merasakan sensasi aneh. Sembari menggaruk alisnya yang nggak gatal, Hana nyamperin Mama yang lagi nonton acara ceramah ustadz Danu.
Dia jauhin hpnya. Sementara Valerie di seberang sana kebingungan karena suara Hana tiba-tiba hilang.
"Ma, kak Doyoung kenapa?"
"Kenapa?" tanya Mama Hana balik, "tumben dia belum minta lauk. Padahal dia udah pulang dari Kalimatan. Tadi habis ashar nyampenya."
"Wah udah pulang?" tanya Hana penasaran. Jangan-jangan tadi Valerie sama sepupunya sempat ketemuan dulu, dan berakhir cek-cok sehingga Valerie mengadu padanya.
"Iya Hana. Udah pulang. Tumben banget kamu nanyain Doyoung. Kenapa?"
"Ma, jawab jujur ya. Emangnya kak Doyoung itu punya penyakit?"
"Iya."
"Mama kok nggak ngasih tau Hana?!"
"Kamunya nggak nanya, Han. Lagian Uak kamu tuh titip ke Mama. Jangan sampe orang di luar keluarga kita tau kalau anaknya sakit."
"Sakit apa Ma?"
"Sakit ginjal."
Hana langsung bengong. Bisa-bisanya dia nggak tahu kalau sepupunya punya penyakit berat. Habisnya semenjak Doyoung kuliah di Jogja, Hana jadi jarang ngobrol. Terus sekarang Doyoung juga dosennya, jadinya canggung dan nggak sedekat dulu.
Dia masih diam dan mikirin gimana nanti perasaan Valerie kalau tahu soal penyakit pacarnya. Pokoknya dia nggak tega walau cuma bayangin gimana kacaunya Valerie nanti. Entah itu tahu langsung dari Doyoung. Atau dari orang lain. Yang jelas Hana nggak akan ngambil resiko. Dia memilih buat cari aman saja. Takutnya malah jadi kesalahan yang fatal-kalau dia sampai ngasih tahu hal itu pada Valerie.
***
Bermain dengan gelembung sunlight emang sebuah meditasi yang menguntungkan bagi Valerie dan tentunya bagi anggota keluarganya. Valerie kalau lagi pengin ngelupain masalah atau uneg-uneg yang ada dalam pikirannya suka gitu. Berlama-lama nyuci piring. Valerie lebih pilih cuci piring daripada cuci baju.
Apalagi kalau cuciannya itu banyak jeans, atau jaket, udahlah Valerie nggak mau. Bikin pegel tangan pas bagian meras sama bersihin dari deterjennya. Rasanya tulang tangannya mau patah kalau kebanyakan nyuci jeans.
Dari tadi hpnya berbunyi. Nama kak Doyoung muncul di layar hpnya tak henti-henti.
Sebenarnya Valerie mau ngangkat panggilan itu. Tapi dia masih kesal karena Doyoung menyembunyikan sesuatu darinya. Dan jujur saja hal itu bikin hati Valerie agak sakit. Soalnya ada pikiran yang terlintas begitu saja kalau dia itu merasa nggak dianggap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Doctor
Fanfiction[SELESAI] "Kehilangan kakak adalah luka yang bisa sembuh setelah menempuh waktu yang lama." ©jaemicchan, 2020 | Hello Doctor