Chap 8: Permintaan Kecil

98 25 3
                                    

"Lo bawa bukunya nggak, sih?" kata Rin bosan melihat Light yang tak juga mengeluarkan buku tugas bahasa Indonesia dari tas. Padahal ini sudah masuk hitungan ke lima belas, guru sudah menunggu di depan pojok kelas.

"Udah kalo nggak bawa maju aja," ujar Ryuji menendang kaki kursi El dari belakang.

Tapi Light tidak juga menyerah. Light yakin sudah mengerjakan tugas tadi malam. Makanya ia terus sibuk merogoh ranselnya. Lalu tiba di hitungan ke dua puluh, Light baru ingat Bi Lastri menukar ranselnya karena permintaan El sendiri.

"Kenapa diem? Lo nggak bawa?" kata Mello mengernyit.

Light menghela napas panjang, kemudian berdiri dan berjalan ke meja guru. Terserah lah mau dihukum apa, El pasrah saja.

"Saya nggak bawa bukunya, Bu."

"Kamu?" Guru bahasa Indonesia itu mengerutkan dahi, nampak tak suka dengan figur siswa di depannya. "Keluar. Kerjakan di tangga."

"Buku pake—"

"Nggak bawa bukpak juga?"

Light mengulum bibir ke dalam, kemudian mengangguk berat. Cowok itu menunduk, tidak berani menatap tepat pada gurunya. Namun Light bisa dengar jelas suara helaan napas berat dari wanita itu.

"Agama 5 jam ke tujuhnya Bahasa Indonesia," kata Rin sambil menaruh tumpukan buku tugas di meja.

Light menoleh, tapi tak langsung menyahut. Ia bertatapan dengan Rin selama beberapa saat. Satu nama terlintas di pikiran dua cowok itu. Misa Amane, kelasnya Misa Amane.

Light menghela napas. "Saya permisi, Bu." katanya berjalan keluar dari kelas. Cowok itu pun berjalan memutar ke koridor seberang.

Malu memang, Light tidak tahu apa yang harus ia katakan apa lagi di depan anak kelas yang lain. Tapi mau bagaimana lagi, dari pada orang tuanya dipanggil karena masalah sepele.

Light berjalan menyusuri koridor kelas Agama. Kaca jendela yang cukup rendah bagi Light membuat cowok itu bisa melirik ke bagian dalam kelas. Dan setelah sekian lama, Light memelankan langkah tanpa sadar saat melihat Misa di dalam.

Misa nampak bergurau dengan Yumeko. Ia tertawa lebar, sampai dua matanya menyipit. 

Tunggu, kapan terakhir kali Light melihat Misa seperti itu? Dua tahun lalu? Tiga tahun lalu? Entahlah, yang jelas saat semua masih baik-baik saja.

"Permisi," Light mengetuk pintu kelas 11 Agama 5. Membuat Misa pun menoleh, saat itu El langsung melirik guru yang sedang mengajar. "Permisi Pak, maaf mengganggu. Saya mau pinjam bukpak Bahasa Indonesia,"

"Oh, silahkan," kata pak guru menunjuk dengan dagu.

Light pun mulai mendekati meja Misa yang ada di daerah tengah kelas. Misa yang mendengar percakapan Light dengan gurunya pun segera mengambil buku paket bahasa Indonesia dari laci, dan memberikannya pada El saat cowok itu berdiri di sebelahnya.

"Lo nggak bawa?" 

"Tas gue ketuker." jawab El apa adanya. "Ntar istirahat gue balikin."

"Iya."

Light pun berjalan keluar. Cowok itu sempat mengucapkan terima kasih pada sang guru yang sedang mengajar, sebelum melangkah keluar dari kelas.


♖♜♖


"Lo sama Natsu belum putus kan, Sa?"

Misa yang baru saja keluar dari bilik toilet pun menggeleng. "Emangnya kenapa?" tanya Misa balik pada Izumo.

"Tanya doang, sih. Abisnya gue kira lo udah move on dari El."

Misa terdiam menatap pantulan Izumo yang sedang memoles lip balm pada bibirnya. Cewek itu tidak paham. Apa hanya karena buku paket lalu Izumo mengira Misa gagal move on? Oh, tunggu.

"Kenapa?" Mary melirik ponsel Misa yang membuat cewek itu terdiam.

"Natsu bilang nggak bisa jemput, soalnya dia ada ekskul hari ini." Misa mengernyit khawatir. "Padahal hari ini supir keluarga gue pulang kampung."

"Terus lo nggak ada yang jemput, dong?"

"Bareng aja sama Light." goda Yumeko menutup kaca bedak. Mary dan Izumo pun saling tatap penuh arti.

Namun Misa malah menanggapinya serius. Cewek itu melebarkan mata seakan mendapat ide. Ia pun keluar dari toilet dan berjalan menuju ke kelasnya. Dan benar saja, Light sudah ada di depan pintu.

"Eh, buku paket lo gue kasih ke—"

"Gue pulangnya bisa nebeng elo, nggak?"

Raut wajah Light berubah seketika. Cowok itu tak langsung menjawab, membuat Misa terjebak dalam keheningan beberapa saat. 

"Lo nggak usah ngelunjak deh." kata Light menegaskan. "Lo kan tau gue bakal jemput Kanao."

Misa merapatkan bibir. Cewek itu hendak membantah kalimat pertama Light. Tapi kalimat kedua cowok itu justru membuat Misa terdiam. Ah iya, dia lupa.

"Yang ada urusan itu orang tua kita, bukan kita. Lo lupa?"

"Nggak," jawab Misa pelan. "Gue nggak lupa. Gue cuma berharap lo bisa diandelin dikit."

Light sedikit ternganga kesal. Diandalkan? Kenapa semua orang seakan menaruh beban di pundaknya? Ia bahkan tidak diberi kesempatan memilih mana yang ingin ia jalani atau tidak.

"Buku paket lo gue titipin temen lo yang mejanya pojok depan." kata El mengulang, sebelum akhirnya ia berjalan pergi meninggalkan koridor.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Lacuna | Milight✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang