Chap 10: Teman Lama

88 26 3
                                    

Mello: Lama bgt sih monyet

Light: Rekayasa jalan bgst, muter dulu gw tadi

Light: Salah siapa minimarket jauh

Mello: Alah cepet

Mello: Anak2 SMP udah pada dateng nih

Light: Sabar

Mello: Gak usah beli bintang, ada cewek2

Mello: Gw titip malboro sebungkus

Light: Iye anjing bawel bgt sih


Light mematikan ponselnya. Ia segera menyusuri rak makanan ringan dan permen. Geng SMP Light memang akan reuni malam ini di rumah Mello. Salahkan saja rumah Mello yang jauh dari minimarket, Light sampai harus memutar jauh cuma untuk cari jajan.

"Singkong goreng, coklat, yupi, apa lagi?" ujar Light pelan sambil terus berpikir. Ya maklum cowok itu sebenarnya jarang jajan. Toh, di rumah sudah banyak makanan.

"Kalo beli es krim lumer nggak sih?" gumamnya mengernyitkan dahi. 

Light pun menghela napas. Oke, dia menyerah. Mungkin memang kalau soal ini ia harus tanya Mello. Baru ia mengeluarkan ponsel dari saku baju, Light berhenti.

Nggak. Kalo cuma jajan doang sih gampang.

El kembali mengangkat wajah. Tapi pandangannya berhenti begitu saja pada sosok gadis berponi yang ada di ujung rak yang sedang memilih minuman. Entah sejak kapan gadis itu ada di sana, Light membeku begitu saja.

"Kanao?"

Gadis itu menoleh. Matanya melebar, nampak kaget dengan kehadiran Light. Light sendiri juga kaget bisa bertemu dengan pacarnya di sini.

"Kamu ngapain di sini?" kata Light begitu saja.

"Kenapa nggak boleh? Ini deket rumahku," balas Kanao mengernyit.

Light pun terdiam, ia merapatkan bibir begitu saja. Iya kah? El bahkan tidak tahu persis rumah Kanao di mana sejak pertama kali mereka pacaran. Alasannya karena setiap kali dijemput, Kanao selalu meminta turun di tempat yang berbeda-beda.

"Dua hari lalu aku jemput kamu loh. Kamu kok nggak bilang kalau udah pulang?" ucap Light sebelum kembali melanjutkan. "Kamu ke sini sama siapa?"

"Kak Giyuu, alumni olimpiade."

Light mengangkat alisnya tinggi mendengar jawaban itu. Ah, siapa yang tidak kenal dengan senior olimpiade itu. Nama Giyuu Tomioka sudah familiar di telinga para anak olimpiade. Light bahkan sampai lupa pertanyaan pertamanya belum dijawab oleh Kanao.

"Kok sama dia?"

"Nggak boleh?" Kanao menoleh heran. "Kak Giyuu yang mentorin aku sebelum ikut OSN."

"Ya tapi kan tetep aja. Kak Giyuu itu cowok lain. Kamu juga nggak bilang sama aku."

Kanao menghela napas panjang. Kali ini ia berbalik sepenuhnya pada El dengan sorot mata yang sudah cukup menjelaskan. Kanao lelah dengan semua ini. Semua perdebatan setiap kali mereka bertemu.

"Udah Kan—"

Giyuu yang muncul seketika merapatkan bibir. Ia tidak jadi melanjutkan melihat atmosfir yang berat, apalagi kehadiran Light di sini membuat cowok itu terkejut.

"Lo di sini? Ada angin apa?" ujar Giyuu begitu saja.

Light tersenyum tipis. "Kebetulan doang ketemu, Bang."

"Gue udah ambil ultramilk dua sama milo satu buat Teh Shinobu." ujar Kanao menunjukan pada Giyuu. "Yok."

Giyuu mengangguk singkat, lalu menatap El lagi. "Gue duluan."

"Iya Bang," Light tersenyum tipis sambil mengangguk canggung. Dan dengan begitu Kanao pergi beranjak dengan Giyuu. Sementara Light terdiam mematung di tempat.


♖♜♖


"Ku kan tenang dan kau kan pergi," Light menggumam sambil turun dari motor. Ia berjalan ke arah rumah Mello dengan sekantung penuh jajanan. "Berjalan lah, walau ha—AAA!"

Light mengumpat kasar. Ia paling kesal kalau sudah dikagetin, belum lagi jalannya gelap begini jauh dari tempatnya memarkir motor. Saat Light menoleh ia malah melotot kaget. "HAH BANGSAT!"

"Apa sih anjir,"

Ino terkikik puas melihat ekspresi Light. Gadis itu menurunkan tudung hoodienya dan tersenyum geli. "Masih latahan lo, El? Udah berapa taun coba?"

Light kembali mengumpat. "Jalannya kecil gelap begini, mana jeket lu item semua."

Ino terkikik pelan dan mulai berjalan bersama Light. "Takut lo?"

"Kaget doang, gue kira maling."

"Ya takut itu namanya."

"Udah dibilang enggak."

Ino terkekeh lagi, masih merasa puas mengerjai Light. Sementara itu El malah mempercepat langkahnya. Ino pun semakin geli. 

"Apa sih lo? Takut beneran?" goda Ino mengulang.

"Woi cepetan! Malah arisan di lengkong!" seru Bakugou dari teras yang sudah geregetan. (*) lengkong = jalan kecil yang biasanya hanya bisa dilewati pejalan kaki.

Ino dan Light pun berjalan semakin cepat. Mereka langsung membuka kantung plastik yang berisi jajanan penuh. Light bergabung dengan teman-temannya yang lain. Berhubung Mello sedang ditinggal sendiri di rumah, malam ini mereka bebas.

"Lo masih ngeband, El?" tanya Subaru yang duduk selonjor di depan.

"Enggak sih. Kenapa emang?" jawab Light mengunyah permen.

"Yah, padahal Ino lagi nyari yang bisa ngiringin gitar buat coverannya di yutub." Subaru terkekeh pelan dan melirik Ino di sebelah Light. "Temen lo nih, sekarang colabnya sama yutuber Bali. Gila nggak, tuh?"

"Ck, apa sih." sahut Ino mengernyit kesal. Kebiasaan cewek itu kalau sudah diungkit soal akun yutubnya yang semakin lama semakin besar. Ino memang seorang vlogger yang terkenal di kalangan anak sekolah.

Light terkekeh pelan dan menoleh pada Ino. "Ya udah kalo lo mau gak papa. Gue masih belum lupa cara main gitar, kali." katanya santai. "Mau shoot kapan? Besok?"

"Nggak besok juga, lah. Buru-buru banget lo kayak mau namatin Uttaran," balas Ino merunduk pada layar ponselnya.

Light hanya terkekeh pelan. Cowok itu meraih segelas cola di depannya dan meneguknya perlahan. Larut dalam keramaian malam yang jadi sesi penyembuhan luka baginya setelah sekian lama.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Lacuna | Milight✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang