Chap 1: Bad Morning

305 44 4
                                    

"Pagi, anak koruptor."

Light menghela napas pendek. Cowok itu menutup pintu mobil sedan miliknya, lalu berjalan meninggalkan parkiran. Para preman sekolah yang sedang nongkrong di atas motor itu masih mengolok Light. Tapi Light tidak peduli, cowok itu terus melangkah sambil mengenakan earphone di telinganya.

Light masuk ke kelasnya yang masih sepi. Wajar, ia selalu datang pagi sekarang. Dari pada datang saat sekolah sudah ramai, membuat Light malas menghadapi cibiran yang datang.

"Dateng pagi lagi?" 

Light menoleh. Cowok yang baru saja menaruh ransel di atas meja itu mengangkat alis, rupanya ia datang bersama dengan Mello. "Hm? Lo sendiri biasanya masih nangkring di posnya Pak Yudi,"

"Enak aja, nyet. STNK gue udah cair," sanggah Mello jujur. Cowok itu menaikkan dua kaki ke atas meja dengan santai dan duduk di sebelah Light. Toh, memang tempat duduknya di sana.

Pak Yudi, polisi yang tenar di kalangan Light dan kawan-kawannya. Hari ini Light membawa mobil, ia memutar rute yang tidak melewati Pos Pak Yudi, jadi tidak kena tilang. 

Pak Yudi tidak gila. Ia menilang Light dan teman-temannya karena tidak ada kelengkapan akribut atau kesalahan mereka sendiri. Walau kadang kesal saat tertangkap, tapi Light tahu Pak Yudi menjalankan tugasnya dengan jujur. 

Tidak seperti Ayahnya.

"Eh, lu sekelas sama Light Yagami?"

"Lu baru sadar?"

Light mendadak diam. Mello melirik, sadar Light bahkan ikut menahan napas. Seakan sangat menunggu dan menajamkan telinga mendengar percakapan dari jendela kelas.

"Berat dong saingan kelas sama anak koruptor? Gak cukup otak sama duit, jabatan harus dilawan pake jabatan juga kalo mau menang."

"Hm. Waktu tes IQ katanya dia paling tinggi. Meh, bohong banget. Udah pasti nyogok, orang pulang sekolah aja ngejoki, gak pernah ada keliatan belajar serius." (*) ngejoki: melakukan aksi balap liar

"Iya sih, nyogok 10 sampe 25 juta uang kecil buat mereka."

Mello agak tersentak ketika Light tiba-tiba berdiri. Membuat kursinya membentur meja belakang cukup keras. Cowok bermata coklat itu langsung  berjalan ke arah pintu. Mello ingin menahan, tapi sudah terlambat.

"Tau kan, buah jatuh nggak jauh dari pohonnya? Masalahnya sih, si pohon aja udah busuk, apalagi bu—"

Kalimat itu terhenti saat sebuah pukulan melayang keras dan jatuh tepat di pipi kanan. Naoya Teshigawara jatuh tersungkur ke lantai, membuat anak-anak di koridor seketika menoleh. 

Sepatu pantofel yang digunakan setiap senin. Light mengarahkan sepatu itu ke wajah Naoya dan mulai menginjaknya. 

"Berdiri, lo. Laki bukan?" kata Light dengan tatapan tajam. "Oh bukan ya, iya sih. Lagian kalo lo laki gak bakal ngomongin di belakang juga."

"Mundur lo brengse—"

"ELO YANG BRENGSEK!" raung Light marah saat Junta Nakao hendak mendorongnya mundur. Cowok itu memukul Junta tepat di pipi kirinya, membuat cowok jangkung itu termundur beberapa langkah.

Teriakan Light membuat koridor semakin ramai. Bahkan para siswa dari gedung seberang sampai keluar dari kelas dan ikut menonton. Ryuji Suguro dan Renzou Shima yang baru datang jelas membelalak melihat kejadian ini.

Dua cowok itu segera berlari mendekat, hendak melerai. Tapi kesulitan karena terhalang oleh kerumunan siswa. Dan untungnya Rin Okumura datang dari tangga timur. Cowok itu menyibak kasar kerumunan itu dan langsung menarik Light menjauh.

"Udah, udah! Pak Karou otw kesini!" kata Rin menenangkan.

Light menatap tajam Junta dan Naoya. Namun tidak melakukan apa-apa lagi. Ia hanya mendengus pendek kemudian berjalan masuk. Kerumunan pun kecewa, dan mau tidak mau mereka juga ikut bubar ketimbang ikut terseret ke ruang BK.

Lagi pula siapa juga yang mau berurusan dengan Pak Kaoru Tsubaki, guru olahraga galak yang suka ikut campur dosa orang lain.


♖♜♖


"Misa?"

Gadis bermata coklat terang itu menoleh ke arah pintu. Pandangan polosnya membuat Yumeko dan Izumo Kamiki ternganga kaget. 

"Lu kemana aja? Kok baru masuk?" kata Yumeko langsung mendekat dan duduk di sebelah Misa. Sedangkan Izumo duduk di meja Misa.

Misa hanya tersenyum tipis. "Dirawat lagi gue,"

"Chat gue gak lo bales, orang di rumah lo pada nggak ada. Mana gue tau lo dirawat di RS mana," dengus Yumeko pendek. "Lo kecelakaan apa sakit?"

"Sakit, Ko, tipes gue kambuh. Kecapean katanya," balas Misa tenang. Ia mengeluarkan juz amma dari laci karena sebentar lagi bel sudah akan berbunyi.

Yumeko hanya mengangguk paham. Meski ia tidak terlalu mengerti apa yang membuat teman dekatnya itu bisa sampai sakit. Yah, mungkin karena ekskul, kegiatan tambahan, dan faktor pekerjaan orang tuanya yang kadang juga mengajak anak sebagai perwakilan.

"Lo baru banget datengnya? Kenapa nggak keluar? Tunangan lo ribut sama temen sekelasnya di koridor tadi loh," celetuk Izumo penasaran melihat sikap Misa yang cenderung amat sangat tenang. Padahal biasanya ia banyak tersenyum lebar.

Dan di luar dugaan, Misa kembali tersenyum tipis. "Bukan urusan gue, Mo." ujarnya sebelum bel akhirnya berbunyi.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ps: revisi ketiga, jangan bosen ya heheh. tahun 2021 semoga lapak ini tidak ampas

Lacuna | Milight✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang