Chap 15: Keluar Dari Cangkang

106 27 0
                                    

Light berjalan tenang ke ruang tata usaha sekolah. Di tengah ramainya manusia, tidak ada lagi tatapan yang mengarah ke Light. Tidak apa-apa, Light lebih suka dianggap tidak ada dari pada ada orang yang sengaja menginjak-injak namanya.

Tapi tetap saja, rasanya sepi.

"Permisi Pak," El membuka pintu dan duduk di kursi tamu. Di sana ada Pak Mephisto menunggunya di sana. "Izumi bilang Bapak manggil saya."

"Iya. Bapak yakin kamu sudah tau alasannya." Pak Mephisto menghela napas berat. "Kenapa? Kalo kamu mundur, perwakilan sekolah cuma Yukio."

"Masih banyak siswa siswi yang lain, Pak. Kalo saya terus yang diajukan olim, mereka nggak bakal dapat kesempatan. Padahal bisa jadi potensi mereka lebih besar dari saya."

"Saya berharapnya kamu bisa bimbing yang lain. Yukio baru beberapa kali ikut olimpiade. Kamu tau kan, sekolah ini gak punya banyak kandidat setelah Nico Robin keluar."

"Karena yang Bapak cari mendalinya." tegas Light menatap tepat pada Pak Mephisto. "Tujuan seksi OSIS cari program itu buat pengembangan siswanya, bukan ambisi perbaikan citra sekolah."

Sial, sial, sial.

Light takut menatap Pak Mephisto sekarang. Mengkritik orang di depan wajahnya langsung memang tidak mudah. Tapi Light sudah tidak bisa lari, ini titik realita yang harus ia hadapi. 

Kalau sampai sehabis ini Light diskors atau dikeluarkan, biarlah. Light sudah tidak punya apa pun untuk dipertahankan. 

"Kamu—"

"Dana BOS buat sekolah bakal tetap lancar, mau saya jadi perwakilan atau tidak. Saya jamin itu, Pak."

"Keluar."

Light terdiam. Tubuhnya mematung beberapa saat. Ada jeda sejenak sebelum cowok itu menghela napas pendek, kemudian beranjak ke pintu keluar.

"Silahkan omongin itu kalo kamu sudah bukan siswa di sini."

Kalimat itu membuat Light terhenti. Tangannya sudah menggenggam kenop pintu, tapi El melirik ke belakang. Lalu membuat seringai jelas di bibirnya.

"Pasti, Pak." 

Light pun membuka pintu dan beranjak keluar. Walau sempat diusir, kalimat terakhir Pak Mephisto malah membuat El tertantang. 

Entah apa yang akan terjadi. Kemungkinannya hanya dua. Pak Mephisto membicarakan itu sebagai peringatan, atau sebagai kalimat perpisahan sebelum Light dikeluarkan dari sekolah.

Tapi setelah kehilangan Nico Robin, jelas MAN 1 Isekai akan rugi kalau sampai mengeluarkan seorang Light Yagami.

"Ehm," Light berdeham sendiri. Cowok itu berjalan di tengah siswa yang lalu lalang. Seakan ia sendirian dalam keramaian ini.

"Eh, Sa. Siapa tuh,"

Light melirik, ada Mary yang menyikut pelan Misa. Misa menoleh, dan pandangan mereka bertemu begitu saja.

"Sa," Light refleks menahan lengan Misa. Membuat Misa pun berhenti melangkah. "Nanti sore lo kosong?"

"Hm?" Ekskul doang sih, abis itu selesai."

"Oh," Light melepas lengan Misa. Cowok itu pun mengusap tengkuknya canggung. "Gue tunggu deh, abis selesai lo langsung ke parkiran."

Mary, Yumeko dan Izumo seketika melotot. Misa sendiri pun mematung terdiam. Cowok ini kesambet apa coba? 

"Iya. Nanti kalo udah bubaran gue langsung ngampirin elo."


♖♜♖


Deru ombak yang menghantam batu karang terdengar jelas. Air pasang menghapus jejak langkah, matahari yang ada di cakrawala membuat pantai terasa hangat di sore hari. Bau air laut mengepung penciuman.

Apa yang lebih tenang dari pada ini?

"Sampe kapan mau pegang tangan gue?" kata Misa yang membuat El menoleh, tapi tak bicara banyak. Cowok itu malah kembali menatap ujung pantai.

Light menarik napas panjang dari hidung. Udara memenuhi paru-paru cowok itu, dengan perasaan monokrom, Light pun terdiam selama beberapa saat.

"Pernah kepikiran buat pergi ke ujung laut, nggak sih?" 

Misa melirik, memandang Light dengan tatapan kosongnya. Gadis itu pun menghela napas, "nggak ada Bunda lo di sana, El." jawab Misa pelan.

Light merapatkan bibirnya, tidak lagi menjawab. Hanya diam merasai kalimat Misa menampar hati Light cukup keras. Bunda. Memang Bunda yang ada di pikiran Light.

"Fake, keras kepala, egois." El menghadap pada Misa penuh, matanya menatap tepat pada dua iris coklat Misa. "Capek banget jadi tunagan gue ya, Sa?"

Misa terdiam beberapa saat. Mulutnya memang tak menjawab, tapi air mata perlahan berkumpul di sudut mata Misa. Light tersenyum. Tiara benar, El tak perlu bertanya untuk tahu jawabannya.

"Sini peluk."

Misa tak memajukan diri, membuat Light menarik pelan cewek itu dan mendekapnya hangat. Suara isakan masih terdengar pelan. 

"Selama ini lo ke mana aja?" kata El bertanya pelan. "Kenapa lo selalu hilang tanpa bilang gue? Tanpa kasih tau gue? Segitunya lo nggak mau dicari?"

"Maaf," jawab Misa. "Tapi Papah sama Mamah sepakat mau cerai bulan depan."

Light diam sebentar, "lo balik ke rumah sakit?"

"Iya,"

Light diam dan tidak melanjutkan lagi. Ia mengusap pucuk kepala Misa untuk menenangkan gadis itu. Lucu ya, padahal sudah cukup lama mereka bertunangan. Tapi Light biasanya melakukan hal ini dengan perempuan lain.

Misa termundur saat ponselnya di saku bergetar. Misa merunduk, satu telepon masuk dari Natsu. Gadis itu segera memundurkan diri dan mengangkat panggilan itu.

Satu hal yang Light baru tahu, ternyata Misa dan Natsu belum selesai.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Lacuna | Milight✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang