Chap 13: Drunk

108 24 1
                                    

"Cewek lo masih bisa lo hubungi?"

Light menghela napas berat. Bayangan kalimat Lily masih terbayang jelas seperti sebuah sindiran keras baginya. Cowok itu melinting baju lengan panjangnya. Sambil berjalan kesana kemari, Light terus berusaha menghubungi seseorang.

Satu kali,

Dua kali,

Tiga kali,

Tidak ada panggilan yang diangkat. Tidak ada pesan yang dibalas.

Lily memang tahu sesuatu. Cewek itu berdiri di sisi Tanjirou, walau tak sepenuhnya menyatakan deklarasi perang pada Light. Tapi Light tetap tahu itu, ia belum buta. 

Lalu apa sekarang ada sesuatu di antara mereka?

"Apa?"

Sahutan ketus dari ujung telepon akhirnya terdengar. Light meneguk ludah, siap tidak siap mungkin setelah ini akan ada perdebatan.

"Kamu berubah."

"Aku gak berubah. Aku cuma gak bisa terus maksain diri."

Light merapatkan bibir, merasa ditampar dengan kalimat itu.

Lily benar. Hubungannya memang tidak baik-baik saja. Dan Lily tidak butuh jawaban Light untuk mengetahuinya.  

Mungkin ini titik realitanya selama ini. Kanao memang tidak pernah mencintai Light seperti Light mencintai Kanao. Hubungan mereka sudah sampai di titik perbedaan tipis antara menetap dan pergi. Tidak ada yang berubah.

"Aku kurang apa?" tanya Light, berharap ada yang bisa diperbaiki.

"Kamu nggak kurang. Kamu justru terlampau sempurna, dan orang sesempurna kamu nggak diciptakan buat aku."

"Aku harus apa?"

Jeda cukup lama.

Light memanjatkan doa, berharap ada jawaban baik. Karena memang manusia hanya bisa berdoa dan berharap, bukan? Sebab hati manusia lain, kita tidak pernah tahu.

"Lepasin aku."

"Maksudnya?"

"Ya putus."

Light membeku saat itu juga. Benar-benar terdiam, tidak tahu jawaban seperti apa yang terbaik. Kalau boleh egois, Light tidak mau. Tapi dari awal pun, Light sudah egois dengan memaksa Kanao menetap.

Mungkin ini jawaban dari semuanya.

Jawaban dari setiap perdebatan yang ada. Jawaban atas sikap Kanao akhir-akhir ini. Dari sekian orang yang datang dan pergi, Light tidak pernah memprotes banyak. Tapi Kanao, Kanao berhasil membuat Light ingin menahan.

Dan pertanyaan klasik itu terlontar.

"Aku salah apa?"

"Yang salah hubungannya."

Light terdiam. Jawaban Kanao tidak sepenuhnya menjawab. Mungkin memang menjawab, tapi juga menggiring Light pada opini lain yang tidak Light inginkan.

"Aku cuma pengen bebas. Yang aku mau sekarang cuma sendiri. Aku lagi nikmatin waktu damai sama kakakku. Apa itu kurang? Kalo kamu beneran sayang sama aku, kamu bakal biarin aku bahagia, kan?"

Light tak menyahut.

Lidahnya kelu menjawab, hatinya mati rasa, harapannya hancur. Apa pun alasannya, pada akhirnya El akan selalu ditinggalkan. Ibu, saudara, ayah, dan kini Kanao. Panggilan itu diakhiri tanpa perdebatan selanjutnya.

Light menatap layar ponselnya, dan panggilan itu sudah berakhir. Sama seperti hubungannya.

Light mengambil napas panjang. Kemudian segera membuka chat room dengan seseorang.

Lacuna | Milight✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang