6. Nice to meet you

434 59 24
                                    

Hujan badai petir turun sejak semua orang kehilangan kesadaran di tengah malam. Hingga pagi menjelang keadaan diluar tak kunjung membaik, hujan tetap deras disertai petir sebagaimana datangnya.

Tak terbilang berapa kali Mandy berusaha membangunkan Alena sejak setengah jam yang lalu, namun gadis itu masih saja pulas di kasurnya.

"Alenaaa..." panggil Mandy mengguncang tubuh gadis itu.

Alena menggeliat sejenak, kembali lelap.

"Alena ayo bangun. Ayo kita sarapan..." Mandy mengguncang lagi tubuh Alena.

Merasa tidurnya terganggu, Alena mengumpulkan kesadarannya.

"Masih terlalu pagi," gumamnya.

"Sudah pukul tujuh lebih, bangun dan bersiaplah. Jangan lewatkan sarapanmu saat cuaca buruk begini," Mandy mengomel.

"Persis seperti ibu," keluhnya berbisik.

Alena akhirnya bangkit, masih mengumpulkan kesadaran dalam keadaan duduk di atas kasur.

Setelahnya ia segera mencuci muka. Suhu air turun drastis karena cuaca hujan. Bila bukan karena Mandy, Alena pasti akan menetap dikamar saja.

Mandy dan Lisa sudah di ruang rekreasi bersama yang lain saat Alena datang. Semua anak kamar tampak berkumpul disana. Kehadirannya menghentikan sejenak pembicaraan mereka.

"Sudah selesai tuan putri?" tanya Mandy.

Alena hanya bergumam, mengusap wajah.

"Kau nonton Quidditch juga, Al?" Isabel MacDougall bertanya.

"Tidak," jawab Alena lalu duduk di salah satu sofa. "Kalian nonton?"

"Tentu saja!" jawab Su Li semangat.

"Quidditch terlalu istimewa untuk dilewatkan. Aku tidak pernah absen menghadiri pertandingan Quidditch selama tiga tahun sekolah disini," ia berujar bangga.

"Kita bahkan belum genap tiga tahun sekolah," Padma mengoreksi.

"Well, selama aku bersekolah disini," Su Li mengoreksi.

"Aku mau lihat Seeker Hufflepuff yang tampan itu. Cedric Diggory," Isabelle terkikik genit.

"Oh, aku pernah melihatnya di lorong! Dia memang tampan, sungguh, gagah sekali," puji Lisa bertubi-tubi.

Alena tidak mengenal Cedric Diggory yang mereka bicarakan. Namun setampan apapun rupa pria itu tidak mampu membuatnya tergoda untuk ikut kelapangan.

Padahal ini pertandingan pertama Harry yang bisa ia saksikan secara langsung. Semoga Harry bisa memaafkan permusuhannya dengan udara dingin.

"Ayo kita ke Great Hall," Mandy berujar, membubarkan kumpulan mereka.

Jembatan di menara Ravenclaw menuju menara tangga telah di pasang atap hasil sihiran Professor Flitwick, sehingga hujan tidak membasahi ketika mereka melintas. Meski begitu, mereka tetap harus mencari jalan alternatif lain yang tidak mengharuskan mereka melewati lapangan supaya tidak kehujanan.

Alena berjalan paling belakang sembari mengingat-ingat jalan mana yang telah mereka ambil.

Para gadis didepan hanya membicarakan ketampanan Cedric Diggory sepanjang perjalanan. Alena sama sekali tidak punya topik untuk ikut bercerita. Dirinya lebih memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan seharian ini bila hujan tak kunjung berhenti.

Tak ada hal lain selain ke perpustakaan dan merusuhi Draco yang terpikirkan dalam benaknya.

Mereka lalu tiba di perempatan, Alena melihat segerombolan anak Slytherin berjalan dari arah berlawanan, dan mereka berbelok ke lorong yang sama.

It's me,not another | slow-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang