"Luarbiasa!! Keadaan diluar rusuh, Draco menghilang, kobaran api dimana-mana. Ayah langsung menarikku dan ibu ke portkey, dan tadaaa...kami tiba di halaman belakang mansion" Alena mengakhiri ceritanya menyeruput lagi jus labu digenggaman.
"Cerita kita tak jauh beda. Kami langsung ke tenda keluarga Turpin dan pergi ke portkey bersama-sama. Lalu ayahku dan mr. Turpin langsung pergi ke Departemen sihir menyelidiki kasus ini," Mandy menimpali.
Keadaan lenggang sejenak. Suara gerbong berkelok mengisi kekosongan. Lisa membuka bungkus permen -kesekian- miliknya. "Kalian tahu, kejadian malam itu membuatku was was jikalau pangeran kegelapan kembali. Maksudku, hey, kita bahkan belum ada yang punya pacar. Setidaknya biarkan kita tamat dulu dari Hogwarts, setelah itu apa yang akan terjadi ya terjadilah"
"Sepasrah itu dirimu Lis?" tanya Alena.
"Kau heran, Al?" heran Mandy.
"Eenng..harusnya tidak"
Lisa memutar matanya, "sampai di Hogwarts nanti akan ku dorong kalian dari menara Ravenclaw"
"Oouuu...kejam sekali," komentar Al terdengar menyebalkan.
Lisa menatapnya tajam. "Kau yang pertama, Al"
"Hey, mana bisa gitu" Alena menatap Mandy meminta pembelaan. Namun empunya hanya mengangkat bahu seakan berkata- aku tidak punya ide
Alena menyenderkan tubuhnya pasrah. Kalah adu mulut dengan Lisa 'its another level of fail'. Pasalnya hanya Alena mau repot repot meladeni manusia sejenis Lisa, sementara Mandy lebih banyak mengalah. Seperti yang terjadi sekarang, tidak ada pembelaan yang diberikannya.
Suara pintu kompartemen terbuka mengalihkan perhatian mereka. Pria dengan pakaian serba hitam dan berambut pirang berdiri tegak disana.
"Aku pinjam Alena" ucapnya lurus.
"Jaminan?"
"Huh?" kata Draco tak mengerti. Apa maksudnya itu?
"Aku perlu jaminan agar teman bejat ku ini kembali dengan selamat" Alena mencibir pelan mendengarnya. Namun Lisa masih berwajah datar. Seperti saat ia mengatakan ingin mendorong Al dari menara Ravenclaw.
"Aku berhak menculiknya jika kau perlu tahu. Setidaknya manor ku jadi punya tahanan" Draco tak mau kalah.
Al menyerngit heran juga ngeri. "Kenapa orang-orang menjadi psikopat hari ini?"
"Aku tidak punya jawaban untuk pertanyaan mu. Jadi bisakah kau ikut denganku sekarang?"
Tidak ada lagi yang menyela. Alena akhirnya pergi keluar dan menutup pintu kompartemen. Draco membawanya beberapa meter menjauh lalu berhenti diantara kompartemen lain.
Draco berbalik menghadap Al sepenuhnya, menyenderkan bahunya ke dinding pembatas.
"Apa?" tanya Al bingung setelah sekian detik Draco hanya memandangnya lurus.
"Malam piala dunia Quidditch kemarin. Kau kemana?"
Alis Al bertaut heran. "Bersama keluargaku di tenda, kau pikir aku akan kemana?" ujarnya. "Harusnya aku yang bertanya, Draco. Kau kemana saat tragedi? Menghilang begitu saja? Beruntung ayah cepat menarik ku kembali. Entah bagaimana nasibku jika terus berkeliaran diluar malam itu"
"Aku tidak tahu kau mencari ku. Tapi kau tidak bertemu orang-orang bertopeng itu kan?" terdengar nada khawatir pada kalimatnya.
"Pelahap maut? Tidak."
"Baguslah"
Alena mangut-mangut. Tapi berikutnya ia teringat sesuatu yang mendorongnya berbicara. "Eumm..Draco. Kau tahu, ayahku jadi lebih protektif setelah kejadian itu. Dia bahkan mengantar ku ke stasiun tadi dan.."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's me,not another | slow-up
Fiksi PenggemarHari itu Adam mengirimkan surat pada Madame Maxime selaku kepala sekolah Beauxbatons agar Alena diberi izin pulang demi membahas suatu urusan. Urusan yang sama sekali tidak ingin dibahas Alena. ".....Aku tidak tahu menahu soal Sirius Black, aku tida...