15. We're Ravenclaw

242 32 4
                                    

"All stand!"

Semua orang berdiri. Dumbledore mengarahkan tongkatnya pada tulisan yang tercipta di atas kain melayang-layang diudara kosong.

"Hogwarts, Hogwarts,
hoggy warty Hogwarts...
Teach us something please..."

Alena berkutik. Ia tak paham konsep nada nya. Bagaimana bisa mereka bernyanyi dengan nada random begini?

Kacau. Tak beraturan. Rusuh.

Telinganya tersiksa mendengar nyanyian ini.

"Jenis lagu apa ini?" tanya Fleur berbisik.

Alena menggeleng kaku. "No idea"

°〽°〽°〽

"Kau tega sekali, Mandy. Kami ini sahabatmu loh" ucap Lisa kecewa. Lisa terduduk di lantai dengan wajah cemberut sembari memeluk bantal yang dicurinya dari kasur Mandy.

Sejak tadi mereka bertanya perihal apa yang membuatnya tersenyum saat di Great Hall tadi. Namun Mandy hanya memamerkan wajah merah padamnya setiap kali ia berusaha menghindari pertanyaan.

"Mungkin dia malu, Lis. Kau tidak lihat wajahnya merah begitu?" Alena menunjuk Mandy dengan dagu, mencoba mengalihkan amarahnya. Ia tidak menyukai wajah kecewa Lisa. Entah mengapa itu membuatnya tak nyaman.

"Uumm..Alena, apa kau sepemikiran denganku?" Lisa menatap bertanya pada Alena yang duduk di atas kasur.

"Tentang apa?"

Lisa menatap Mandy lalu kembali menatap Al. Membuat kerutan di dahi Al semakin dalam. Lisa kemudian mengatakan 'waktu di three broom stick' tanpa suara, berharap Alena mengerti maksudnya.

Alena mengingat ingat, saat mereka di three broom stick. Tak ada kejadian yang terlalu penting menurutnya. Al menatap Lisa lagi mengangkat bahunya menggeleng.

"What?" Alena menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.

Mandy yang sejak tadi memperhatikan kedua temannya sibuk membicarakan perihal dirinya menatap mereka mencibir dari atas kasur.

"Kalian membicarakan aku di depanku? Bodoh" Lalu Mandy segera tidur membelakangi Alena yang duduk di pinggir kasurnya. Tak lupa menarik selimutnya sebatas bahu.

Alena mengalihkan pandangannya pada Lisa di lantai. "Kau tidak kembalikan bantalnya?" tanya Al. Meski jelas ia melihat Mandy sama sekali tak keberatan.

"Tidak. Aku masih marah padanya" ujar Lisa datar.

Alena bangkit dari duduknya, menutup tirai kamar Mandy kemudian menarik Lisa menuju kasurnya.

"Apa maksudmu three broom stick? Aku tak ingat ada yang istimewa" Melupakan soal ia pertama kali melihat Adrian disana, Al tak paham bagian mana yang istimewa dari sudut pandang Lisa.

Lisa membenarkan posisi duduk nya, menghadap pada Al sesekali menoleh kamar Mandy. "Waktu kau bertanya soal pemain Quidditch Slytherin. Kau tahu siapa yang dia perhatikan?"

Alena mengulang kejadian yang dibicarakan Lisa dikepalanya. Ia berusaha mengingat setiap detail memorinya di three broom stick. Ia melihat Draco duduk tak jauh dari mejanya.

"Yang duduk sebelah kiri paling pinggir menghadap kesana" Mandy menunjuk tembok di belakang Lisa, "dia Lucian bole".

"Mungkin aku ingat, Lis" ucap Al di sela keheningan.

"Siapa yang kau pikirkan?" tanya Lisa ingin tahu.

Alena menatap Lisa seakan mencocokkan pikiran mereka. "Memang kau memikirkan siapa?"

It's me,not another | slow-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang