10

991 96 8
                                    

Hari yang cerah menyambut pemuda beralis camar yang kini masih terlelap.

Dengan mata yang lelah, ia membuka matanya karena sinar matahari yang menembus jendela kamarnya.

Ia menguap lebar sambil mengangkat tangannya ke atas dan langsung menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Jam berapa sih? Matahari ganggu banget"tanya Jisung dengan nada kesal miliknya.

"Sungguh lelah sekali dengan kemarin, dengan sedikit demi sedikit aku akan mengacaukan rencananya apalagi kak Mark bantuin juga"batin Jisung.

"Kau sangat hebat Mark"puji Jisung ke dirinya sendiri.

"Ya kau hebat sekali"puji ketiga wanita yang selalu membantu Jisung.

"Nyonya nona, selanjutnya apakah yang aku lakukan kali ini?"tanya Jisung dengan semangat membara walaupun ia masih mengumpulkan nyawanya yang hilang sedikit.

"Bukankah tanggal 23 Maret ulang tahun kakakmu, Renjun? Daddymu pasti bakalan mengincarnya"jawab

"Benarkah!? Dia akan menyelakai kak Renjun!?"

Ketiga wanita itu mengangguk kepala mereka bersamaan.

"Nona Park yang mendengarnya langsung, kita berdua tidak ada disana waktu itu"

Jisung menatap ketiga wanita yang berdiri menggunakan dres putih selutut itu dengan tatapan tajam.

"Kalian bagaimana ada disana? Bahkan aku sama sekali tidak mengatakan dimana masion milik kakak-kakakku"

Nyonya Lee tersenyum tipis. "Kau lupa kita ini bukan lagi manusia dan juga kota ini dulu pernah pergi ke masion kalian kalau kau tidak ingat"

"Terus? Kalian kenapa ingin banget bantuin aku?"

Nyonya Choi berdecak pelan. "Kami membantumu ingin membalaskan dendam kepada Daddymu dan ingin menebus kesalahan kami"

Jisung sekarang duduk dipinggiran kasur dan menatap ketiga wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apakah Mommyku akan kembali jika kalian menebus kesalahan kalian? Tidak kan? Aku selalu mendengar tangisan Mommy di kamarnya setelah tau apa yang kalian lakukan dengan Daddyku"

Nyonya Lee menatap Jisung dengan tatapan memohon pengampunan sedangkan kedua wanita yang lain hanya menundukkan kepala mereka.

"Maafkan aku Mark, maafkan kita. Kita tidak tau kalau itu akan terjadi. Kita hanya mendengarkan tuan Jung saja, kita juga butuh uang waktu itu. Terpaksa kami melakukan semua perintah tuan Jung Mark. Maafkan kami"mohon nyonya Lee.

"Aku tidak akan memaafkan kalian. Tapi akan kupastikan kalian harus membantuku dan mengubur mayat kalian dengan layak"

Seorang dengan usia berkepala 3 namun masih terlihat muda kini memainkan pulpen di ruangan kerjanya, tak lupa wajahnya yang mengeluarkan aura kemusuhan.

Ia langsung menatap ke arah komputernya yang menampilkan foto keluarga besarnya.

Pria Jung itu tersenyum remeh menatap layar komputernya. "Hidup kalian bertiga bakalan habis di tanganku sendiri"

Ia langsung mengambil ponsel dengan harga yang sangat mahal untuk dibeli dikalangan masyarakat yang berkecukupan ataupun tidak berkecukupan sekalipun.

Ia menghubungi orang yang ia yakini mampu malaksanakan otak jahatnya ke anak-anaknya yang sekarang berada di masion besar milik sang mantan istrinya dulu.

My Brother Always Happy With Jisung ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang