16 END

1.6K 98 4
                                    

Sebuah kehidupan pasti ada keberuntungannya dan juga sebaliknya.

Pemuda beralis camar kini hanya bisa menatapi cincin yang diberikan oleh si kerudung hitam misterius.

Jisung, hanya bisa menghela nafas panjang dan menggenggam erat cincin itu dengan kuat.

"Siapa sangka kalau gara-gara cincin ini dan juga diriku sendiri bakalan kayak gini?"

Dengan penuh amarah Jisung mengelus kasar cincin itu. Sampai disaat tempat disekitarnya meluap dan digantikan oleh pepohonan lebat.

Hutan itu terlihat sangat-sangat hijau sampai-sampai matahari tidak bisa masuk ke dalam hutan.

Yang membuat Jisung bingung adalah setidaknya ada pohon gundul yang ditebang, namun di hutan itu hanya ada warna hijau tanpa sinar matahari.

"Sialan! Seharusnya aku enggak pernah gantiin kak Mark waktu itu tapi kalau enggak digantiin orang gila itu bakalan nyakitin kakak. Udah cukup kak Renjun yang pergi, aku enggak mau kehilangan yang lain"ucap Jisung dengan matanya yang menahan air matanya yang akan jatuh. Ia hanya bisa melihat ke atas agar air matanya tidak jatuh membasahi pipinya.

"Kalau kata kak Nana 'nangis aja karena menangis adalah jalan dimana rasa sesak itu akan menghilang' tapi menangis bagi diriku adalah tangisan yang akan membuat diriku sendiri lelah menangisi apa yang ditangisi"

"Sekarang cukup main-mainnya, aku akan menyelamatkan nyawa kak Mark apapun caranya. Agar tugasku selesai dan kembali"

Jisung menelusuri hutan lebat itu sambil melirik kanan-kirinya. Ia dapat melihat tanaman liar itu yang tadinya bergerak ke arahnya, kini menjauh dari jangkauannya.

Jisung melanjutkan perjalanannya sambil bersenandung kecil sampai ia berada di rumah gubuk yang dikatakan oleh orang tua waktu itu.

Jisung dapat melihat orang tua yang ia temui itu sedang mengangkat buku-buku yang sudah berdebu itu keluar dari gubuk itu.

Disaat orang itu menepuk-nepuk tangannya, ia hanya melirik Jisung dan tersenyum tipis.

"Sudah selesai tugasmu wahai anak muda? Apakah masih ada tugas lain lagi?"tanya orang itu sambil duduk di kursi tuanya.

Jisung menarik nafasnya lalu ia buang perlahan. "Tugas saya sebenarnya tidak cukup penting tapi demi untuk kakak saya, saya akan melakukan apapun untuknya. Namun ada beberapa yang saya sesali di perjalanan saya menjadi kakak saya sendiri"

"Saya sudah menyakiti semua orang yang ada di samping saya. Bahkan kakak saya harus mati-matian menahan sakit yang saya derita. Kata perpisahan belum sama sekali saya sampaikan untuk saudara saya, walaupun saya berada di depan mereka. Saya tidak akan mengatakan salam perpisahan karena saya tidak ingin mereka menahan saya untuk pergi dari dunia yang bukan saya miliki lagi. Jadi bisakah aku kembali ke dunia yang seharusnya aku miliki? Saya ingin bertemu dengan ibu yang sudah merawat ku dari kecil"

Orang itu berdiri dengan tongkat di tangannya. "Anak muda, jika yang kau inginkan itu. Maka saya hanya bisa mengabulkannya karena tugas saya disini juga selesai. Saya juga akan meninggalkan dunia ilusi ini dan kembali ke alam saya sendiri. Sebenarnya saya hanya ingin sesuatu darimu, untuk mengucapkan selamat tinggal untuk saudara-saudaramu yang menunggumu disana namun disaat saya mendengar alasanmu tidak mengatakan selamat perpisahan saya paham. Kita hidup di dunia hanya sekali bukan dua kali"

Jisung sedari tadi hanya bisa menundukkan kepalanya dan menahan tangisannya.

"Tolong saya, tolong kembalikan tubuh ini ke tubuh aslinya. Dan kembalikan tubuh asli saya"

Orang itu tersenyum tipis dan menatap anak muda yang di depannya iba.

"Orang tua ini, menuruti semua perintahmu. Orang tua ini hanya bisa melakukan itu saja. Maafkan orang tua ini yang menghancurkan masa depanmu, nak. Maafkan orang ini"

My Brother Always Happy With Jisung ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang