Sekarang di tempat masion besar namun agak kuno kini sepi.
Orang-orang yang menempatinya kini masih berbaring di atas ranjang mereka masing-masing tak ingin bangun dari tempatnya. Kecuali pemuda dengan mata sipit dan juga pipi tembemnya kini melamun di kursi taman halaman masion itu.
Ia menghela nafas panjang. Sudah 2 hari yang lalu tubuhnya berganti dengan pemuda tinggi yang tak lain adalah tubuh sang adik bungsunya.
Mark, nama pemuda itu. Ia menundukkan kepalanya menahan air mata yang ingin sekali keluar dari kelopak matanya.
"Takdir, tolong jangan mempermainkan adik saya"
"Tuhan… biarkan saya yang mengganti keberadaan asik saya. Bagaimana saya akan menjelaskan masalah yang tak masuk akal ini ke saudara-saudara saya?"
"Apakah dahulu saya adalah orang jahat dan sekarang kau mengutukku bertukar jiwa denganku. Walaupun bukan aku yang tersakiti tapi…"Mark menetralkan nafasnya yang mendadak berhenti bekerja alat pernafasannya.
"Tapi tuhan menyakiti apa yang aku sayangi. Dadi ibu kami sampai adik saya"
Ia menangkup wajahnya yang memerah menahan tangisan dan mendongak menatap awan yang akan berwarna biru.
"Siapapun yang menukar jiwa ini, aku ingin memohon kepadanya untuk segara mengembalikan jiwa kami masing-masing"
…
Pemuda dengan alis camar kini keluar dari kamar yang membuatnya 2 hari ini takut karena ada sosok yang menghantui dirinya.
Ia menetralkan jantungnya yang berdetak kencang. Ia sama sekali belum pernah menemui sang pahlawan yang ia idam-idamkan dulu.
Namun setelah mendengar penjelasan dari roh-roh wanita-wanita yang pernah bersetubuh dengan sang Ayahnya kini pemuda itu murka tapi ia tidak ingin mengambil resiko dan mati sia-sia.
"Tuan muda, sudah bangun?"tanya salah satu pelayan disana. Si pemuda beralis camar itu menatap sekeliling yang ia lihat hanya para maid yang mondar-mandir kesana-kemari.
Ia langsung menatap maid yang menyapanya hari ini tanpa ada ekspresi sama sekali.
'buta apa gimana nih si pelayan, udah jelas aku berdiri di depan malah tanya lagi'—batin pemuda beralis camar.
"Tuan muda, saya dan yang lain sudah membuat sarapan untuk tuan muda. Kalau begitu, saya antar tuan muda ke ruang makan, ayo"
Pemuda beralis camar—Jisung mengikuti maid yang mengarahkannya ke ruang makan. Ia menurut aja karena ia sangat sangat lapar walaupun kemarin ia diberi makan tapi ia tak nafsu makan karena ada 3 wanita yang bermain-main di kamarnya.
Disaat sampai di ruang makan, disana ia disambut dengan pria yang beberapa hari lalu mendatangi dirinya dengan mata nyalangnya.
Pria itu yang tadinya bersantai membaca korannya dengan kopi di depannya kini beralih menatap dirinya.
Pria itu tersenyum tipis sampai orang mengira kalau dia menyeringai.
"Mark, sini sama Daddy. Daddy mau bicara baik-baik sama kamu"suruh pria itu.
Diam-diam Jisung mencibir pria itu dengan mengumpat sana-sini.
Ia langaung duduk di depan pria paruh baya itu dengan ekspresi wajah yang sungguh datar.
Pria itu yang melihat ekspresi wajahnya kini menyeringai dengan lebar.
"Jangan datar-datar gitu Mark wajahnya, biasanya kamu juga receh banget orangnya"ia membereskan korannya dan ia lipat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Always Happy With Jisung END
Fanfiction❝Hanya demi sang kakak, ia harus melakukannya walaupun ia akan berakhir dengan 2 mayat nantinya. Semoga keberuntungan ada dipihaknya... ❞ Judul lain: ❝The Miracle / Mirror❞ Start: 30 Oktober 2020 End: 28 Juli 2021 Jeannise✨