04

1.7K 180 3
                                    

—Take care of the person we love very much before he leaves us alone here—




Jisung mengerjapkan matanya pelan-pelan. Ia meraskan pusing dan sesak dibagian dadanya.

Ia mencoba membuka matanya dan mendengar suara gaduh dan suara alat-alat yang tak asing baginya.

"Jisung, kamu udah sadar?"tanya seseorang yang berada di pinggir ranjangnya.

Jiusng tak menjawabnya, namun ia hanya menyapu seluruh ruangan yang bernuansa putih polos dengan alat-alat di sampingnya dan tak lupa saudara-saudaranya yang menatapnya khawatir.

"Kamu baik-baik saja kan? Ada yang sakit gak? Biar hyung panggilkan dokter"tanya kakak sulungnya panik.

Jiusng menahan tangan kakaknya yang akan menekan tombol di samping ranjangnya.

Jisung membuka alat pernafasannya. "Hyung, ambilkan Jisung minum"pinta Jisung.

Mark langsung mengambilkan minuman untuk Jisung. Ia melihat Jisung yang meminum air itu sampai tandas tak tersisa, lalu tangannya terulur untuk mengusak rambut Jisung.

"Kamu baik-baik ya, jangan buat kita-kita khawatir. Kalau ada yang sakit cepat harus bilang ke kita, ok?"oh, ini sungguh bukan sebuah pertanyaan. Jisung cuma mengangguk-anggukan kepalanya.

Chenle datang lalu berdiri di samping Mark yang duduk manis di kursi di samping ranjang Jisung.

Chenle memukul pelan kepala Jisung. "Dasar bodoh! Sampai segitunya kau sakit dan tertidur sampai 1 Minggu lamanya"ucap Chenle geram.

Jisung memiringkan kepalanya. "Emang aku tidur sampai seminggu?"tanya Jisung dengan tampang polosnya.

Yang lain cuma mengangguk. Padahal Jisung baru saja menemui sang Buna tercinta cuma hanya beberapa menit saja.

"Tadi Jisung ketemu sama Buna"ucap lirih Jisung.

Mark yang mendengarnya langsung melotot sampai bola matanya ingin rasanya keluar dari tempatnya.

"Kau tak ada niatan buat tinggal sama Buna dan ninggalin kita disini kan?"tanya Mark was-was.

Jisung mengangguk pelan. "Sebenarnya Jisung ingin sekali menemani Buna"

"Jisung!"

.
.
.
.
.

"Kau tak ingin membicarakan ini baik-baik dengan anak-anakmu? Kau ingin memisahkan mereka bertujuh?"

"Cih! Aku tidak peduli sama sekali, aku ingin Mark yang meneruskan perusahaanku"

"Dasar keras kepala!"

Orang itu menyeringai. "Iya, memang aku keras kepala, aku akan buat mereka selain Mark menderita"

"Kau ternyata pilih kasih ya… Bagaimana dengan anak bungsumu yang seharunya kau berikan kasih sayang?"

"Aku tidak peduli dengannya sama sekali. Aku bahkan saat melihatnya ingin rasanya aku caci maki dirinya dengan mulutku ini"

"Kau memang gila!"

"Biarkan aku gila, dapatkan Mark dan bawa dia kemari! Aku tidak ingin alasan-alasan lainnya darimu!"

My Brother Always Happy With Jisung ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang