14

904 89 3
                                    





Mark kini tengah berjalan-jalan setelah pulang sekolah. Ia bisa berjalan-jalan dengan santai sambil melihat sekitarnya.

Sudah hampir dua bulan mereka ditinggal oleh Renjun. Mark dan yang lain juga sama sekali tidak mendapatkan kabar apapun dari Renjun.

Bahkan Mark berfikir positif, 'paling juga Renjun sibuk'.

Walaupun berfikir positif namun hatinya tak bisa berkata lain. Ia benar-benar cemas dengan adiknya apalagi ia kehilangan Jisung.

Ia meringis pelan ketika ada rasa nyeri yang tiba-tiba datang ke area dadanya.

"Jisung setiap hari gini terus ya? Tapi dia enggak pernah ngeluh sana sekali, padahal sakit banget"

Mark mendudukkan dirinya di kursi taman dan merogoh tasnya untuk mencari obat pereda nyeri.

"Setiap hari harus minum obat gini ya?"

Mark langsung menelan obat yang diberikan oleh dokter.

Ponsel Mark kini bergetar menandakan seseorang menelponnya. Ia enggan untuk menjawab telepon dari lawan bicaranya, namun disaat ia melihat nama adik tertuanya yang menelpon, ia langsung mengangkatnya.

"Renjun, gimana disana? Baik-baik aja kan?"

"Kak, ini Jisung"

Mata Mark—alias mata Jisung kini terbuka lebar. Lidah Mark seakan tidak bisa digerakkan walaupun ia ingin bertanya kepada adik bungsunya.

"J-jisung? Jisung kamu kemana aja? Kakak sama kakak yang lain kangen"

"Kak, maafin Jisung yang enggak bisa jagain kak Renjun"

Mark mendengar jelas apa yang dikatakan Jisung dan suara lirih Jisung dengan suara penyesalan.

"M-maksudnya?"

"Kak Renjun harus dioperasi karena patah tulang dan kehilangan banyak darah"

Mark yang mendengarnya hanya bisa menangis dalam diam, tanpa suara yang ia timbulkan.

"Jisung bisakah aku ke sana?"

Diam. Tak ada jawaban sama sekali dari lawan bicaranya. Mark hanya bisa menundukkan kepalanya sambil bermain tanah dengan ujung sepatunya.

"Hmm. Sendirian saja ya kak? Aku akan suruh kepercayaanku buat jemput kakak tanpa sepengetahuan siapapun. Jadi kak Mark bisa kan?"

Mark mengangguk-angguk kepalanya walaupun Jisung tidak dapat melihatnya.

"Hm, kakak harus berbohong soal ini ke yang lain terutama paman Johnny?"

"Hm iya, bagaimana? Bisa kan kak? Aku enggak mau kalau kakak jadi sasaran berikutnya oleh dia"

"Hm ok, kakak harus bisa berbohong demi bisa bertemu dengan kamu sama Renjun"

Tut...

Mark menghela nafas panjang. Ia harus egois, ia harus bertemu dengan Jisung, ia harus tau bagaimana keadaan adik bungsunya yang menghilang bagaikan ditelan bumi.

Iya, ia harus egois demi adik bungsunya. Mark seharusnya tidak bersikap egois dan selalu bersama adiknya yang lain, namun hanya sekali saja Mark akan egois demi menghilangkan rasa rindunya.

Sedangkan di masion, Haechan menikmati makanannya dengan tenang di sofa ruang keluarga. Jeno, anak itu sibuk dengan dunia gamenya bersama Chenle.

My Brother Always Happy With Jisung ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang