CHAPTER 2

1.6K 140 8
                                    

Rombongan Hinata ditempatkan di sebuah pondok dengan 3 kamar tidur. Pondok itu sangat luas dengan teras yang langsung menghadap laut. Hinata sekarang memang seorang selebritis, tapi tetap saja, ia tidak terbiasa dengan kemewahan semacam ini. Di sini sungguh indah, luar biasa indah.

Meskipun indah tak terkira, Hinata masih kesal pada pacar sekaligus manajernya, Toneri, dan juga juru bicaranya, Shizuka- mereka berdualah yang merayunya untuk mau menerima tawaran ini. Dengan iming-iming liburan dan istirahat, Hinata akhirnya menerimanya.

Namun ia malah dipertemukan dengan Jiraiya dan teman-temannya. Hinata berhasil bertahan selama satu hari penuh dengan para pria pemabuk yang menatapnya lapar seolah ia adalah seorang wanita pekerja seks komersial.

Toneri menyakinkannya bahwa bayaran yang diterimanya akan sangat bermanfaat. Uang itu bisa membantu membiayai tur nasional pertama Hinata, yang bertepatan dengan peluncuran album kedua. Ini kali pertama ia berada di bawah naungan label rekaman besar, dan perusahaan itu ingin Hinata melakukan tur, tapi biaya tur harus ditanggung sendiri. Sebagai manager, Toneri sudah memperhitungkan semuanya hingga memaksa Hinata menerima pekerjaan ini.

Tanpa peduli pada perasaan terganggu yang Hinata alami karena Jiraiya terus membuntutinya. Ia mengikuti Hinata sepanjang hari, mengetuk pintu kabin Hinata di jam-jam tidak wajar. Jiraiya jelas lupa kalau ia sudah memiliki seorang istri- yang kelihatannya juga sedang asyik dengan beberapa temannya.

Hinata mengeluh pada Toneri, tapi pria itu hanya memutar bola matanya dan menghela napas. "Cuma satu akhir pekan saja, Hinata. Tentunya kau bisa mengatasi seorang penggemar berat di tengah surga tropis."

"Kau tidak bilang kalau aku harus mengatasi orang gila yang ingin mendobrak kamarku."

"Tapi Jiraiya-san tak ingin melukaimu. Dia hanya ingin dekat dengan idolanya. Meskipun agak berlebihan."

"Agak berlebihan? Dia sangat berlebihan, seperti psikopat, dan membuatku tak nyaman, Toneri."

Toneri malah tersenyum lebar, merangkul Hinata lalu mencium pipinya. "Sudah, tahan saja. Ini hampir berakhir."

Hinata tidak membalas senyuman Toneri.

Malamnya, setelah konser usai dan Jiraiya tergeletak di pantai dengan posisi tengkurap sambil menangis bahagia- atau lebih tepatnya karena terlalu banyak alkohol. Hinata pergi lewat jalan belakang, mengambil salah satu ATV yang tersedia, dan pergi ke bagian pulau lainnya. Bagian pulau yang tenang, di mana para pemabuk itu tak bisa mendekatinya.

***

Setelah seharian mengikat tubuh-tubuh manusia ke atas flying fox, Uzumaki Naruto merasa muak dengan seluruh acara pesta. Ia tak mengira acara ulang tahun pamannya ini akan menjadi acara yang menyiksa. Diperparah oleh para sahabat sekaligus rekan kerjanya yang bersikukuh menjodohkannya dengan salah satu wanita penyedia jasa boga.

Naruto berusaha menghindari mereka seperti menghindari virus covid-19. Sepertinya sejak Sasuke dan Sakura berpacaran dua tahun lalu, yang lainnya mulai menyusul. Shikamaru dan Temari belum lama menikah, bahkan Sai mulai menjalin hubungan serius dengan Ino. Sekarang, semuanya mengkhawatirkan Naruto. Tiba-tiba mereka berambisi untuk bisa melihat Naruto bahagia dan menikah, tidak peduli meskipun dirinya sendiri menikmati status lajangnya.

Oke, memang Naruto tidak begitu beruntung dalam hal asmara. Ia sadar kalau umurnya mendekati kepala tiga, masa dimana ia tidak boleh terlalu pemilih dalam mencari wanita kalau ingin memiliki keturunan. Tapi itu masih belum terjadi dan Naruto yakin ia akan menemukan pasangan hidup jika saatnya tiba. Lagipula, ia sudah mempunyai tujuan baru.

LIMERENCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang