CHAPTER 9

889 101 6
                                    

Di atas sana, sejajar dengan panggung, di tempat tertutup tirai yang dibuat oleh para kru untuk Hinata berganti kostum, Naruto berdiri menyaksikan seluruh acara. Konser itu begitu mengagumkan- Naruto sungguh terpesona dengan bakat dan kemampuan Hinata. Wanita itu mampu berinteraksi dengan 12.000 penonton.

Jujur saja Naruto lebih menyukai lagu balada lembut yang Hinata nyanyikan dulu, tapi ia tetap menyukai konser ini. Hinata menari seperti dancer profesional, pinggulnya berputar, rambutnya bergoyang-goyang. Suaranya begitu merdu, wanita itu sungguh cantik. Mungkin hal mengejutkan bagi Naruto adalah Hinata terlihat lebih bahagia di atas panggung.

Jelas Hinata memang terlahir untuk menjadi seorang bintang pikir Naruto. Konser ini adalah bukti bahwa Hinata begitu memesona dan tidak heran para penonton sangat menyukainya. Acara ini begitu hebat, dengan tidak lebih dari dua kekurangan kecil ... sampai Toneri ikut naik ke atas panggung dan menunjukkan pada semua orang bahwa Hinata adalah miliknya. Naruto sangat muak- karena pria itu sudah mencuri saat- saat terakhir dari sebuah awal tur yang sukses dari tangan Hinata, pria itu menyingkirkan Hinata dari para penonton, dan ia masuk ke tempat yang bukan miliknya.

Sekarang, ketika lampu-lampu sudah dimatikan, para penonton mulai bubar, kru mulai membersihkan aula, dan sepasang kekasih itu masih belum muncul dari bawah panggung. Naruto berusaha menyingkirkan sedikit rasa cemburu yang aneh dan berjalan pergi.

***

Setengah jam kemudian, Naruto melihat pasangan itu akhirnya muncul di pesta perayaan. Hinata tampak berseri-seri, wajahnya berbinar bahagia karena sudah berhasil menyelesaikan sebuah konser yang hampir tak bercela. Atau karena hubungan intim singkat di bawah panggung. Oke, Naruto memang tidak yakin dengan itu, tapi Naruto tahu wanita, dan ia juga tahu arti penampilan Hinata sekarang.

Hinata berpindah dari satu tamu ke tamu berikutnya, menerima pujian, menandatangani topi dan sampul CD. Toneri mengangsurkan gelas minuman ke tangan Hinata sementara wanita itu berdiri sambil berpose untuk lusinan foto dengan para penggemarnya yang cukup beruntung bisa memiliki akses ke belakang panggung. Senyum Hinata tidak pernah pudar, kilau di wajahnya tak pernah surut.

Ketika Hinata akhirnya berjalan menuju bar, ia melihat Naruto lalu tersenyum begitu hangat hingg Naruto merasa ada sesuatu yang tersentak di dadanya. "Hei, bagaimana menurutmu konsernya, Ikemen?"

Naruto tersenyum, "menurutku konsermu seperti sebuah keajaiban," ujarnya tulus. "Kurasa kau akan menjadi bintang yang lebih besar lagi ... kau memiliki bakat luar biasa di atas panggung."

"Wow! Terima kasih," jawab Hinata berseri-seri. "Aku harus mentraktirmu minum untuk pujian itu." Ia berkata pada pelayan bar dengan riang, "tolong segelas anggur! Dan apapun yang dipesan temanku ini."

"Tidak usah," ujar Naruto pada pelayan bar juga Hinata. "Aku sedang bertugas, ingat?"

Saat pelayan bar itu pergi, Hinata kembali menatap Naruto. "Jadi kau menonton konsernya sampai selesai? Maksudku, dari awal hingga akhir?"

"Setiap lagu, setiap tarian."

"Benarkah?"

Naruto mengangguk.

"Baik, kalau begitu izinkan aku bertanya. Bagaimana menurutmu pengaturan lampu pada lagu 'Sayonara Crawl'?"

"Sedikit teralu gelap," jawab Naruto.

"Terlalu gelap!" Hinata tertawa, "apa maksudmu? Itu lagu yang menggoda ... memang harus gelap. Kau mungkin bukan jenis pria yang suka menggoda."

LIMERENCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang