CHAPTER 6

1K 104 4
                                    

Ketika akhirnya pesawat mendarat di Yokohama, para penumpang segera turun lalu masuk ke limosin yang sudah menunggu. Naruto, Hinata, dan Sang Kekasih naik limosin berbeda, supir mereka mengambil jalan lain menuju hotel.

Hanya dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di hotel. Dan saat mereka tiba, wanita imut berambut merah- yang Naruto ingat adalah asisten Hinata- sudah mengatur semuanya. Wanita itu menuntun Hinata dan Sang Kekasih masuk lewat dapur, mengantar mereka ke kamar untuk menghindari gerombolan penggemar yang berkumpul di depan hotel.

Begitu pasangan itu masuk. Naruto segera mengatur pengamanan. Ia memerintahkan tiga orang anak buahnya bergantian berjaga-jaga di lobi dan lantai kamar Hinata. Setelah dirasa beres Naruto segera pergi ke kamarnya sendiri.

Naruto langsung berganti pakaian, ia berencana pergi ke gym untuk melampiaskan frustasinya. Entah kenapa tiba-tiba muncul keinginan berhubungan intim yang amat sangat. Ini semua pasti karena Diva Sombong itu, melihat betapa menggemaskannya wajah merah padam Hinata di pesawat tadi. Membuat Naruto harus menahan dirinya sekuat tenaga agar tak langsung mencium Hinata.

Naruto menggelengkan kepalanya. Ia mulai kehilangan kendali. "Sial! Ini berbahaya."

Tok ... Tok ....

Suara pintu diketuk terdengar ketika Naruto baru saja meloloskan sebuah kaus dari kepalanya. Ketika pintu baru saja dibuka, si rambut merah langsung melesat masuk, merunduk melewati lengan Naruto.

"Hai!" sapanya. "Kita belum berkenalan secara resmi. Aku Sara, asisten Hinata." Ujarnya terburu-buru.

"Naruto," Naruto mengulurkan tangannya.

Sara tersenyum genit sambil menjabat tangan Naruto dengan kedua tangannya. "Kau terlihat terburu-buru."

Naruto menganggukkan kepalanya. "Seperti yang kau lihat."

"Baiklah, aku akan mengatakannya dengan cepat. Earpiece Hinata tertinggal di pesawat. Tidak ada yang bisa mengambilkannya, jadi dia memintamu pergi mengambilkannya. Aku akan segera menelpon kru pesawat untuk menunggu."

Naruto diam sesaat. Otaknya memerlukan beberapa menit untuk menyerap pikiran bahwa ada orang di tur ini yang mengira bahwa ia adalah pembantu pribadi Hinata. Dan orang itu adalah Hinata sendiri.

Sara mengangkat alisnya, Naruto tersenyum lalu menarik tangannya dari genggaman Sara. "Tidak bisa, Sara." Ujarnya semanis mungkin.

"Tapi kau harus melakukannya. Tidak ada orang lain yang bisa."

"Maaf, tidak bisa." Jawab Naruto, masih tersenyum sambil menunjuk ke arah pintu.

"Jadi ... apa yang harus aku katakan pada Hinata?" tanya Sara, ragu saat Naruto membukakan pintu untuknya.
"Katakan pada Hinata, agar ingat bahwa dia membayarku untuk melindunginya, bukan untuk membereskan masalahnya, atau mengajak tikus sialannya jalan-jalan. Jadi kalau dia menyuruhku melakukan hal seperti ini sekali lagi, sebaiknya dia mencari bodyguard lain."

Sara mengerjapkan matanya kaget. "A-apa kau benar-benar ingin aku mengatakan itu padanya?" tanyanya ragu.

Naruto membungkuk hingga matanya sejajar dengan mata Sara. "Kata demi kata!" Ia lalu menegakkan tubuhnya lagi.

"O-oke." Sara menatap Naruto seolah pria itu adalah makhluk astral, tapi ia tetap berdiri di ambang pintu.

"Sampai jumpa," kata Naruto lalu menutup pintunya dengan keras.

Akhirnya Naruto batal pergi ke gym. Tapi ia berhasil menemukan bar yang menyajikan bir dalam jumlah besar. Setelah meminum minuman keras, Naruto sadar bahwa mungkin ia baru saja membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya.

LIMERENCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang