CHAPTER 3

1.4K 131 18
                                    

Hinata hanya berencana minum sekaleng bir saja, bersantai sejenak, lalu kembali ke pondok dengan ATV-nya. Tapi malam itu terasa begitu sejuk, birnya juga sangat enak. Dan Uzumaki Naruto, yah ... dia itu seksi, tidak bisa dipungkiri.

Rasanya masih tidak nyata bagi Hinata. Setelan bertahun-tahun menyanyi dari cafe ke cafe, sekarang ia berhasil mencapai sukses besar sebagai pendatang baru di dunia selebritis terkenal. Dua dari single yang dinyanyikannya meroket ke puncak tangga lagu, ia tiba-tiba menjadi salah satu orang paling terkenal di Jepang. Ditambah jadwal rekaman album kedua yang melelahkan, syuting video klip, menghadiri berbagai acara media, dan perjalanan bolak-balik antara Tokyo-Kyoto, setiap dua hari sekali. Ia tidak bisa lagi menikmati waktu bersantai dan minum bir tanpa merasa takut dikuntit oleh para pria tua pemabuk itu, paparazzi, atau penggemar fanatik.

Menyenangkan rasanya bisa menghabiskan waktu dengan seseorang yang tidak tahu siapa dirinya. Naruto adalah orang pertama- pria pertama yang tidak menunjukkan kekaguman sedikitpun, bahkan tidak menginginkan Hinata berada di dekatnya. Biasanya orang lain justru ingin sedekat mungkin dengannya dan menawarkan apapun untuknya secepat mungkin. Tapi Uzumaki Naruto tidak menginginkannya, justru ia sangat ingin mengusirnya. Ia mengizinkan Hinata duduk hanya karena Hinata yang memaksa.

Dan sekarang Hinata duduk di sebelah Naruto, kakinya bersebelahan dengan kaki Naruto, lengannya yang menempel di lengan Naruto terasa lembab dan hangat. Ia merasakan getaran kecil saat menyadari betapa seksinya pria ini-luar biasa seksi- tubuh tinggi berotot, rambut kuning tebal juga mata biru yang dalam, dan bibir yang sangat indah.

Berhubung pria itu sudah tidak berusaha mengusirnya, maka Hinata memilih untuk tetap duduk di sana. Ia menatap lautan yang diterangi sinar bulan, menyipitkan mata pada cahaya kelap-kelip di kaki langit, dan berusaha menebak-nebak perahu apa yang terlihat terangguk-angguk di sana. Mereka saling berdiam diri sampai akhirnya Hinata mencoba memperbaiki suasana dengan bertanya, "ngomong-ngomong ... siapa sih Jiraiya-san ini?"

Naruto terkekeh pelan. "Dia pamanku." Ia menatap Hinata, matanya sebiru langit musim panas yang cerah. "Sebenarnya aku tak ingin mengakuinya. Kau tentu tahu alasannya."

Hinata tertawa. "Yah ... jika jadi kau, akupun tak ingin mengakuinya." Ia melirik Naruto dari sudut matanya.

"Lalu bagaimana kau bisa berada di pulau ini?"

Hinata mendengus. "Aku belum pernah bertemu atau mengenal pamanmu. Entah bagaimana dia mengenal manajer bisnisku. Ia menyakinkan manajer pribadiku kalau ini pekerjaan yang bagus. Lalu manajer pribadiku memaksaku agar tampil di acara pria yang katanya berperan penting dalam label rekamanku."

Naruto mengangkat sebelah alisnya. "Kedengarannya sangat rumit."

"Memang." Ujar Hinata, ia kembali menegak birnya lalu memutar tubuhnya menatap Naruto. "Bagaimana dengan dirimu, Ikemen?"

Senyum lebar Naruto memperlihatkan giginya yang seputih salju membuat ujung matanya berkerut. Ia menjelaskan secara singkat tentang perannya di KBC dan acara-acara yang pernah mereka tangani. Hinata bisa membayangkan Naruto melakukan adegan ekstrem dalam film- tubuhnya memang cocok untuk itu. Saat Naruto membukakan kaleng bir kedua untuk Hinata, mereka mulai membahas perjalanan karir seorang Hyuga Hinata.

Hinata memulai ceritanya di bagian saat Toneri menyuruhnya menulis dan merekam sebuah album pop. Insting Toneri terbukti benar, ia meminta bantuan temannya yang bekerja di stasiun radio untuk memutar lagu-lagu Hinata, dan dalam waktu 3 bulan Hinata tiba-tiba telah menerima panggilan tampil dari seluruh negeri.

Hinata juga menceritakan bagaimana lagu popnya yang berjudul "Lemon" meroket ke puncak tangga lagu, menyeretnya ke atmosfer berbeda. Tapi ia tidak menceritakan pada Naruto bahwa dalam waktu semalam, ia dibuntuti oleh para paparazzi dan wajahnya ada di setiap sampul majalah. Tiba-tiba setiap hari ia habiskan di tengah-tengah penata rias dan rambut, penjaga yang berbeda-beda, juga para investor dari label rekaman. Hinata tidak punya waktu luang hanya untuk memikirkan bagaimana ini bisa terjadi, ia terlalu sibuk dengan tampil di konser yang tiketnya selalu terjual habis, mengisi acara-acara televisi, bahkan sempat menyanyi di acara Japan Gold Disc Award di depan para pemilik agensi paling hebat.

LIMERENCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang