CHAPTER 15

796 107 2
                                    

Pukul setengah 6 pagi keesokan paginya, telepon genggam Hinata berdering.

"Halo?" desis Hinata. "Hanabi?"

Pasti Hanabi, cuma keluarganya yang menelepon di jam-jam tidak masuk akal seperti ini, mungkin mereka butuh uang atau sesuatu.

"Hei, Cantik."

Suara Naruto membuat denyut nadi Hinata berdetak kencang, dengan cepat ia melempar selimutnya. "Naruto?" bisiknya sambil masuk ke kamar mandi.

"Ada apa? Apa aku dapat surat lagi?"

"Tidak, semuanya baik-baik saja." Jawab Naruto, "jam berapa kau akan dijemput untuk siaran?"

"Setengah 7. Kenapa?"

"Mau bolos?" tanya Naruto lembut.

Sebuah bayangan berbahaya dan tidak pantas muncul di kepala Hinata. "Kau punya ide apa?"

"Apa kau masih ingin menemui murid beasiswamu? Kalau kau masih ingin, aku sudah mengatur semuanya."

Hinata terkesiap kaget dan senang. "Kau sudah mengatur semuanya?" pekiknya. Ia tidak percaya Naruto mau melakukan semua ini demi dirinya, ia pun tersenyum. "Aku turun 20 menit lagi."

Dalam waktu 20 menit, Hinata segera menggosok gigi, menyisir rambut, merias wajah sedikit, dan berganti pakaian. Kemudian cepat-cepat menulis pesan untuk Toneri bahwa pria itu harus melakukan siaran sendiri dan ia minta tolong untuk memberi makan Kurama. Pasti Toneri akan marah. Tapi itu pantas, Hinata tidak suka cara Toneri mengatur janji-janji seperti ini tanpa persetujuannya lebih dulu.

***

Naruto sudah menunggu, ia bersandar di sebuah mobil, satu kaki disilangkan di lututnya dengan lengan dilipat di dada. Lengan kemejanya digulung ke atas, rambut kuningnya terlihat baru disisir jari. Naruto tersenyum lebar saat melihat Hinata lalu segera menegakkan tubuhnya.

"Kita pergi sekarang?" tanya Hinata terengah-engah, entah kenapa merasa sangat senang.

Naruto tersenyum, lalu membuka pintu penumpang depan. "Silahkan, Hinata-sama!"

Hinata tertawa, naik ke mobil kemudian melempar tasnya ke kursi belakang.

Hinata hampir merasa mereka berdua seperti Bonnie dan Clyde yang sedang merencanakan pelarian. "Gadis itu tahu kalau kita akan datang?" tanyanya sambil membenahi rambutnya di cermin yang menempel di pelindung sinar matahari.

"Ya, ibu Moegi sedang menunggu kedatangan idola putrinya."

"Bagaimana kau tahu nama gadis itu?"

"Aku merayu Sara untuk menelepon beberapa orang," ujar Naruto sambil mengedipkan matanya.

"Sungguh? Apa kau harus tidur dengannya?"

Naruto tertawa. "Tidak, tapi ia tidak melakukannya tanpa imbalan. Dia menelepon yayasanmu dan mereka tahu murid yang mana, kemudian menelepon ibu Moegi. Ini seharusnya akan menjadi kejutan untuknya dan 26 teman dekatnya."

"Aku tidak percaya kau melakukan ini," senyum Hinata melebar, hati dan kulitnya terasa hangat dengan rasa senang.

Naruto mengangkat bahu. "Aku kira ini pasti sangat berarti bagi gadis itu, dan kau, yah ... kelihatannya sangat ingin bertemu Moegi."

"Kau tidak tahu betapa ingin aku! Naruto ... kau sangat baik."

Naruto tertawa lagi. "Jangat kaget begitu! Aku bisa jadi orang baik kalau aku mau."

LIMERENCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang