CHAPTER 11

865 98 3
                                    

Kritik Minggu Ini
(Sweet Star Tribune) Tidak peduli apakah Anda percaya atau tidak bahwa Hyuga Hinata adalah bintang pop Jepang terbesar berikutnya- terutama tanpa sebuah Japanese Idol untuk mendokraknya naik ke puncak popularitas- sulit untuk tidak ikut serta dalam ingar-bingar tur nasional pertamanya. Diva Jepang itu menampilkan konser dengan semua yang diinginkan publik, kembang api, tarian sensual, dan grup musik yang sangat hebat. Jangan lewatkan acaranya- acara yang pasti akan mengguncang dunia. (7:30 PM, Sat, 90$. Hakone Gora Park)

Calon Diva?
(Voce Weekly) Apakah Hyuga Hinata memiliki bakat menjadi seorang diva? Narasumber mengatakan bahwa tur nasionalnya ini mulai membuatnya stres. "Dia melempar majalah pada asistennya," kata seorang narasumber, "dia tidak bisa mengatasi konsentrasinya yang pecah." Juru bicara Hinata, mengatakan bahwa berita itu menggelikan. "Tidak ada apa-apa," ujarnya. "Tur ini berjalan dengan sangat lancar."

***

Ciuman di dekat danau itu cukup panas hingga bisa membangkitkan jiwa pria yang sudah mati. Jujur saja, Naruto tidak tahu apakah ia merasa tersinggung atau lucu dengan hal ini. Belum pernah ada wanita yang menyerahkan diri padanya dengan cara seperti itu, kemudian dengan sama cepatnya ia berusaha meyakinkan Naruto bahwa ia baru saja membuat kesalahan besar.

Tapi itu bukan masalah bagi Naruto- satu-satunya yang menjadi masalah baginya adalah ia harus terus menghilang dari hadapan Hinata sebisa mungkin. Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya, dan kembali ke kehidupannya, sekolah terbangnya juga pesawat yang ditinggalkannya dalam keadaan separuh terbongkar. Hanya dua bulan saja. Ia hanya harus terus menunduk, memusatkan pikiran pada pekerjaannya, dan semua akan baik-baik saja.

Itu keyakinan yang Naruto pegang teguh hingga peristiwa sepatu terjadi. Peristiwa itu dimulai ketika Toneri memutuskan untuk ikut campur dalam pekerjaan Naruto. Saat mereka tengah mengangkut peralatan ke tempat konser selanjutnya, si Badut itu mencari Naruto dan langsung memaksanya ikut ke dalam bus tur Hinata.

"Kenapa aku harus ...?"

"Karena aku memergoki anak buahmu itu," ujar Toneri sambil menunjuk Lee dengan dagunya. "hampir meniduri Sara sebelum aku berhasil menghentikannya. Kau beruntung aku tidak melaporkannya pada polisi."

Naruto mendengus. "Kenapa Lee harus menolak apa yang memang Sara tawarkan pada semua pria? Kalau kau memanggil polisi, Sara juga pasti akan menggoda mereka."

"Terserah," ujar Toneri tidak peduli. "Yang penting kau harus membuat beberapa perubahan. Kau yang harus berada di dalam bus kami, bukan orang lain."

Naruto tidak ingin ikut ke bus itu- ia lebih memilih diikat di tiang listrik dalam keadaan telanjang daripada harus naik bus tersebut. Jadi ia berdebat dengan Toneri jika anak buahnya adalah pengawal yang sudah sertifikasi, dan Naruto hanya akan mengkoordinasikan timnya. Tapi Toneri tidak mau mendengar sama sekali.

"Kami menyewamu, Bung. Kau harus ada di sana, kurasa uang jasa yang aku bayarkan termasuk keikutsertaanmu dalam kerja lapangan bukan hanya sekedar koordinasi. Hinata tidak merasa aman dengan orang lain."

Naruto terdiam, lalu menyipitkan matanya menatap Toneri. "Apa dia bilang begitu?"

"Dengar! Aku kenal Hinata lebih baik dari siapapun. Percayalah, aku tahu apa yang dia inginkan."

Si Lintah itu sama sekali tidak tahu apa yang pacarnya inginkan. Namun Naruto tak punya pilihan, tanpa sepatah kata pun, ia membalikkan tubuhnya dan mengambil barang-barangnya.

LIMERENCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang