8. Tidak Istimewa

387 8 3
                                    

"Vin, lo kenal cewek tadi?"

"Cewek yang depan perpus tadi?" tanya Kevin, balik bertanya.

"Iya, dia." Chika memasang tampang ingin tahu.

Kevin menggeleng, tanda bahwa ia tidak mengenal gadis itu.

"Wajah dia kelihatan kayak orang baru di sekolah kita. Tapi, gue nggak suka cara di ngelihatin lo!"

Kevin menyinggung senyum. "Emang dia ngelihatin gue kayak gimana?

"Ya, kayak gitu! Intinya gue nggak suka sama cewek jelek itu!"

"Lo emang mudah cemburu sama hal kecil!" ucap Kevin lalu mencubit gemas pipi Chika, kekasihnya.

"Ada yang lagi kasmaran, nih!" Farhan mengambil posisi duduk di samping Kevin.

"Lo benar-benar nyamuk ya, Han. Ganggu banget!" sindir Chika. Ia cemberut, Farhan benar-benar menganggu waktu tidurnya.

"Rio sama Aiman mana?" tanya Kevin.

"Kayaknya dua orang tuh nggak bisa ke kantin, deh. Soalnya Aiman bilang ke gue ... dia ada tugas kelompok penting yang harus dikerjakan," jawab Farhan panjang lebar.

***

"Ai, bisa-bisanya lo ngajak dia satu kelompok sama kita!" cerca Rio menatap sinis ke arah gadis berkacamata dengan rambut tergerai acak-acakan yang duduk di sebelah Aiman.

"Kita kurang orang," balas Aiman tidak ambil pusing. Ia tidak masalah berada satu kelompok dengan siapapun. Selama ... orang itu dapat diandalkan dan mampu bekerja sama dengan tim.

"Maaf, kalau kehadiran aku ---" Ucapan gadis bernama Sera itu terpotong.

Kepalanya menoleh ke kiri, menatap tangan pria bernama Aiman yang menyentuh pelan pundaknya.

"Bukan salah lo, atau bukan salah siapa-siapa."

Sera mengangguk paham, ia kembali fokus pada gambar organ tubuh yang harus ia warnai.

Selama tiga puluh menit pekerjaan mereka akhirnya selesai. Sera mencoba menahan rasa kantuk yang menghampirinya, beberapa kali ia memukul pahanya agar terbangun dan tetap sadar diri.

Sera berusaha kalem dan tenang seperti gadis nerd pada umumnya.

"Ai ... Kevin chat gue katanya kita kumpul di Markas setelah pulang sekolah."

Sorot mata Sera seketika berpindah pada Rio.

Apakah barusan pria itu, menyebutkan nama Kevin?

"Oke," jawab Aiman singkat.

Sera berpindah haluan, ia curi-curi pandang ke arah Aiman dan Rio bergantian.

Dilihat dari wajah dan penampilan keduanya yang bisa dibilang di atas rata-rata.

"Apa dua curut ini ... merupakan teman baik Kevin?" tanya Sera dalam hati.

"Eh lo, jangan bengong!"

Sera tersentak kaget, matanya melotot sempurna saat Rio mendorong dahinya dengan kasar.

Hampir saja ia oleng dan jatuh dari kursinya ke belakang. Namun, dengan sigap Aiman menahan bagian belakang tubuh Sera.

"Biarin aja jatuh kali, Ai!" kata Rio bangkit dari kursinya.

Aiman tidak menyahut, Sera memperhatikan pria itu. Dia memang terlihat dingin dan irit bicara. Tipekal pria membosankan.

Aiman nampak sibuk membereskan buku-bukunya dengan tenang.

"Kalau gitu gue cabut duluan, gue mau ketemuan sama ayang Juli!" pamit Rio segera meninggalkan ruang kelas.

Sera sudah selesai berkemas peralatannya, ia beranjak menuju tempat duduknya.

"Eh, lo!" kata Aiman datar.

Entah karena alasan apa, Sera terpanggil. Ia menoleh ke arah pria itu.

"Kamu manggil aku?"

"Lo nggak kelupaan sesuatu?"

Sera berpikir sesaat. Bertanya-tanya, apa ia melupakan satu hal penting.

Ah. Benar!

Setelah beberapa detik hening, Sera mengangkat pandangannya.

"Terima kasih untuk yang tadi," kata Sera tulus.

Bagaimana bisa ia melupakan terima kasih, atas tindakan baik hati Aiman itu?

"Apa-apaan! Bukan itu, ini dompet lo, bukan?" tanya Aiman memastikan.

Senyum di bibir Sera hilang, matanya bergerak mengikuti tunjukan tangan Aiman.

Dimana sebuah dompet berwana hitam dengan bercak putih berada di bawah alas sepatu pria itu.

Iya.

Sera mengepalkan tangannya.

Cukul kesal melihat dompetnya diinjak dengan sengaja oleh Aiman.

"Iya, itu punya aku." Dengan cepat Sera berjongkok dan berusaha mengambil dompetnya.

Namun, Aiman malah menendangnya ke arah pintu.

Sera mendongak menatap wajah mengesalkan pria itu. Tanpa rasa bersalahnya, Aiman pergi meninggalkan ruang kelas.

"Oh mother fucker! Fuck you, Aiman!" umpat Sera berteriak dalam hatinya.

Queen Sera & Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang