"Aku hamil anaknya Vargas, Jav."
Gue sama Chelsea berada di sebuah ruangan gelap, entah di mana. Di hadapan gue, gadis berambut sebahu itu menunduk, mencoba menyembunyikan air mukanya yang entah bagaimana gue harus menjelaskannya.
"Ha-hamil?"
Gadis itu mengangguk pelan. "Sudah tiga bulan. Aku minta maaf karena tanpa sepengetahuan kamu, aku udah jalin affair sama Vargas."
Tiba-tiba saja, kedua kaki yang sejak tadi kokoh memijak tanah berubah menjadi agar-agar. Apa yang baru saja dikatakan oleh gadis itu tak pelak ngebikin sesuatu di dalam diri gue runtuh. Keteguhan. Keteguhan gue sebagai laki-laki yang pada akhirnya tak mampu menjaga kekasihnya dari godaan pria lain yang mendekatinya.
"Jadi mulai detik ini, boleh aku minta putus?"
Entah dari mana asalnya, gelegar petir muncul bersamaan dengan kalimat terakhir yang keluar dari bibir Chelsea. Dari atas sana, tiba-tiba saja gerimis jatuh dan menabraki ujung kepala gue.
"Tapi, Chel." Mencoba meraih tangan Chelsea, gue mengatakan itu. Namun rupanya, gadis itu sudah lebih dulu mengibaskan tangannya.
"Maafin aku, Jav."
Dan tepat setelah mengatakan itu, gadis itu memutar tubuhnya. Menggerakkan ayunan kakiknya menjauh sehingga tubuhnya perlahan-lahan menyekat jarak di antara kami.
Tanpa bisa gue tahan, kedua kaki gue seketika terasa lemas. Gue ambruk, jatuh dengan lutut menyentuh tanah, sementara tetes-tetes air tiba-tiba jatuh menggenangi pipi gue. Ada yang terasa menyengat di sana, di dalam dada gue. Bagaimana bisa Chelsea mengatakan kenyataan menyakitkan itu sementara gue telah berjuang menjadi laki-laki terbaik yang dia inginkan?
Di luar kesadaran gue, sosok lain muncul dari arah depan. Tepat ketika suara ketukan sepatunya terdengar semakin dekat, gue bisa merasakan dua lengan kokohnya telah lebih dulu memeluk tubuh gue. Gue mengangkat kepala, mendapati dua mata teduh Miko telah bertubrukan dengan padangan gue.
"I'm here for you, Jav. Please don't cry."
Dalam gerakan lambat, tangan kanan Miko menyentuh dagu gue. Dan rupanya, hasrat yang muncul dalam diri kami masing-masing membuat kedua bibir kami kemudian saling bertaut. Hangat. Basah. Sekaligus lembut. Rasa manis yang bercampur pahit rokok, faktanya membuat gue semakin terbelenggu dalam ciumannya.
Terlena, tangan-tangan Miko telah berhasil melucuti ikat pinggang dan menurunkan ritsleting celana gue. Dalam gerakan lembut, laki-laki tersebut meremas gundukan di sana, membuat sebuah erangan tertahan seketika lolos dari bibir gue.
"Feels good, baby?"
Gue mengangguk tanpa bisa mengatakan apapun. Dan ketika gue tersadar satu detik berikutnya, Miko rupanya telah memasukkan ujung penis gue ke dalam bibirnya. Rasa basah yang bercampur nikmat luar biasa seketika membuat tubuh gue menggelinjang. Gue ingin menjerit, namun tangan kiri Miko sudah lebih dulu membebat bibir gue.
Jauh sebelum gue bisa menolak, gerakan bibir pria itu semakin kencang mempermainkan batang kelamin gue. Tubuh gue semakin tak keruan. Di bawah sana, sesuatu yang luar biasa mulai perlahan menyentak-nyentak ingin dikeluarkan. Miko terus mencecap, menjilat-jilat, sambil sesekali meremas buah zakar gue. Dorongan itu semakin kuat. Semakin kuat. Hingga pada akhirnya—
"Arrrggghhhh!!"
Mata gue terbuka seketika bersamaan dengan sesuatu basah terasa di area selangkangan gue. Gue mendesah berat, mendapati setitik noda cukup besar tercetak di bagian depan celana boxer yang gue kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MPREG#3] BE A GOOD DADDY
RomanceBabak kedua kisah Javier Pradikarsa dan Reytama Adliandhika segera dimulai! Benarkah Javi akan bertransformasi menjadi seorang good daddy? Sebuah sekuel dari HAMIL. COPYRIGHT 2020 BY BAGUS TITO MENGANDUNG UNSUR LGBT, MALE PREGNANCY DAN MALE TO MAL...