"Jadi, begitu perasaan lo yang sebenarnya ke gue?"Satu pertanyaan itu, memecah hening yang sejak sepuluh menit lalu tercipta. Gue mengangsurkan tangan untuk kembali merekatkan tubuh kami, berharap dingin yang diam-diam menjalari tubuh telanjang kami berdua, sirna bersamaan dengan rengkuhan gue di tubuhnya.
Kami berdua, gue dan Rey masih tergeletak lunglai di atas kasur apartemen gue setelah satu permainan yang menggairahkan.
Di luar sana, salju masih enggan berhenti jatuh membekukan setiap sudut kota kecil di Perancis ini. Faktanya, rindu yang setahun gue pendam untuk pemuda imut itu membuat hormon testosteron gue menggelegak secara luar biasa. Beberapa saat lalu, tepat setelah gue menyalakan lampu kamar dan menggiring pemuda itu masuk, gue benar-benar nggak tahan untuk nggak segera menjatuhkannya ke atas kasur dan mulai mencumbunya dengan penuh kasih sayang. Hingga kami sama-sama tepar bersimbah lelehan lengket di bawah perut kami.
Setelah mendengar ucapan gue itu, Rey kemudian membalikkan tubuhnya ke arah gue. Kali ini, beneran bisa gue monopoli seluruh keindahan dalam wajahnya yang begitu manis. Alis tegasnya masih bertengger di sana, di atas mata kecokelatan yang berpendar redup namun selalu tampak menenangkan.
"Jadi setelah ini, apa Kakak mau pulang ke Indonesia sama aku?" Rey menempelkan surat yang beberapa menit lalu dibacanya ke dadaku. Tadi setelah making love, emang sengaja gue minta pemuda itu buat bacain surat yang dulu ditulisnya. Surat yang pada akhirnya gue ketahui berisi ungkapan perasaannya yang sesungguhnya. "We can live a happy life together, there. Ada kalanya Kakak harus memaafkan apa yang telah diperbuat sama kedua orang tua Kakak, kan?"
Mendengar satu kalimat cukup panjang dari bibir kemerahannya, mau nggak mau gue mengulas senyum. Kalau gue boleh jujur mengaku, sesungguhnya gue pun juga rindu sama Mama, Papa, pun Kak Kimmy. Hanya saja, satu perasaan kecil di dalam hati gue masih menyimpan rasa ragu meski beberapa kali gue bilang telah mampu memaafkan mereka.
"Kasih aku waktu ya, Rey," gue sodorkan kedua tangan gue untuk merengkuh kedua tangan Rey yang membeku di balik selimut. "Izinin aku buat nyelesaiin studiku dulu di sini, lalu kita bakal sama-sama pulang ke indonesia. Ya?"
Tanpa kata, Rey mengangguk sebelum kemudian memajukan wajahnya untuk mencium bibir gue. Lagi, gue bisa merasakan aroma cherry dari bibir lembut Rey yang kemerahan. Bibir lembut yang selalu ngebikin gue mencandu pemuda itu. Lagi dan lagi.
Maka tanpa perlu isyarat, permainan kami pun dimulai kembali. Entah karena masih banyaknya sisa kepingan rindu yang bersarang di dada kami masing-masing, atau karena hawa dingin kota Nantes yang memang benar-benar menggoda, pada akhirnya, Rey kembali jatuh dalam dominasi gue.
Gue ciumi setiap jengkal tubuh pemuda itu hingga tak ada satupun tempat tersisa untuk lelaki lain. Gue cium bibir memabukkannya, sebelum turun menjajaki leher jenjang yang berwarna putih cerah dan mulus.
Rey mengeluh pelan, meremat satu benda keras yang telah kembali tegak berdiri selayak Menara Eiffel. Gue meringis. Ngilu sekaligus nikmat.
"Kalau kita ngelakuin lagi terus aku keluar di dalem lagi, kamu nggak bakal hamil, kan?" canda gue yang membuat Rey seketika menarik bahu gue dan membalik posisi. Kali ini, gue biarkan pemuda itu yang memegang kendali.
"Siapa yang bakal tahu kalau aku bakal hamil atau nggak?" Rey menggoyangkan pantatnya di atas perut gue, membuat penis gue yang sudah supertegang kembali melesat masuk ke dalam lubangnya yang penuh kehangatan.
Kami berdua lantas melenguh, membiarkan suara-suara erangan kami menggantikan hening yang dikirimkan musim dingin di luar sana. Kami berdua terus beradu erangan. Ciuman dan jilatan, beradu satu menjelajahi setiap sisi badan.
Tangan-tangan kami mulai bergerilya. Dan tepat ketika tangan gue bergerak menjelajah bagian perut Rey, ada sekerat bekas luka seperti bekas jahitan di sana.
Gue kembali mencium Rey. Dan seketika, gue merasakan sesuatu besar akan segera terjadi di dalam hidup gue.
.
.
.
.
Author Notes:Ada yang kangen sama Rey dan Javier? LOL.
Setelah memikirkan banyak hal dan mempertimbangkan saran dari banyak pembaca, pada akhirnya gue memberanikan diri buat mengepost sekuel ini. Dulu, aku emang sempet post dan menarik kembali cerita ini karena menurutku bahannya belum matang. Tapi sekarang, aku cukup yakin dan berharap bahwa konsep ceritanya lebih matang. Oiya, buat pembaca baru yang masih bingung, timeline male pregnancy series buatanku itu dimulai dari Hamil, Taruhan, terus lanjut ke Be A Good Daddy. Jadi buat yang masih bingung, ikuti aja penomoran judul yang ada di worklistku ya?
Akhir kata, semoga kalian enjoy cerita kali ini. Boleh juga difollow instagramku @k_ristt kalau kalian mau kepoin aku, hehe. *digampar*
Silakan vote, komen dan share ya biar aku makin semangat!
Love,
Bagus Tito
KAMU SEDANG MEMBACA
[MPREG#3] BE A GOOD DADDY
RomanceBabak kedua kisah Javier Pradikarsa dan Reytama Adliandhika segera dimulai! Benarkah Javi akan bertransformasi menjadi seorang good daddy? Sebuah sekuel dari HAMIL. COPYRIGHT 2020 BY BAGUS TITO MENGANDUNG UNSUR LGBT, MALE PREGNANCY DAN MALE TO MAL...