REYTAMA ADLIANDHIKA
"Nah, Rey. Kita udah sampai."
Picanto merah yang dikemudikan oleh Kak Kimmy berhenti dengan mulus di halaman depan cottage tempat aku dan Kak Javier menginap. Dengan segera, kulepas sabuk pengaman yang sejak tadi membelit tubuhku sebelum kemudian menoleh ke arah Kak Kimmy.
"Makasih ya, Kak. Udah ngajakin Rey jalan-jalan," kataku, menyampirkan tas selempang yang tadi kuletakkan di jok belakang. "Biarpun agak capek, tapi aku seneng."
"Sama-sama, Rey," balas Kak Kimmy dengan senyum keibuannya. "Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu udah mau aku repotin buat nemenin aku sama Patrice. Nanti kalau kita udah balik ke Jakarta, aku pasti bakal lebih sering ajak kamu jalan-jalan."
Sebagai jawaban, yang kulakukan selanjutnya tentu mengangguk seraya mengulum senyum termanis yang bisa kuberikan. Aku beruntung memiliki ipar sebaik Kak Kimmy, dan aku takkan menyia-nyiakannya.
Setelahnya, aku memutuskan untuk membuka pintu di sampingku sebelum kemudian bangkit ke luar dari mobil. Meskipun kakiku sedikit capek, tapi aku senang karena kakak iparku itu dengan senang hati mengajakku mengunjungi tempat-tempat menarik yang sebelumnya tak pernah kudatangi.
Maka setelah Kak Kimmy kemudian pamit dan membawa mobil yang dikemudikannya kembali ke hotelnya, aku memutuskan memutar tubuhku dan membawa langkah memasuki pekarangan cottage yang dihiasi lampu minyak. Pendaran cahaya lampu yang sesekali dipermainkan angin, entah kenapa terasa begitu romantis dan menenangkan. Gemericik pancuran air yang berada di salah satu sudut pekarangan, juga tak pelak membuat suasana malam semakin syahdu.
Aku mengetukkan tanganku yang tak memegang barang ke pintu jati di hadapanku. Tiga kali. Jarum pendek jam tanganku baru menunjuk angka sembilan, dan Kak Javi tentu belum tidur seawal ini, kan?
Dua detik setelah ketukan yang kubunyikan, pintu cottage terbuka dan memunculkan sosok Kak Javi yang seketika saja memeluk tubuhku dengan begitu erat.
"Akhirnya kamu pulang juga, Rey," bisik Kak Javi dengan suara lembut di telingaku. "I missed you. so much."
Merasakan ada sesuatu yang ganjil dari suaranya, dengan cepat aku melepaskan pelukan Kak Javi dan meraupkan kedua tanganku ke wajahnya. Tidak biasanya Kak Javi bersikap seperti ini saat aku pergi. Dan, ah... apakah ini bau alkohol?
"Is there something wrong, Kak?" Entah kenapa, naluriku sebagai seorang istri membuatku mengatakan itu. Tak biasanya kekasihku itu tiba-tiba memelukku setelah kami berpisah. "Is there something you want to talk about?"
Alih-alih menjawab apa yang baru saja kukatakan, Kak Javi justru jatuh berlutut di hadapanku. Tanpa sempat membuatku mengucapkan kalimat lain, laki-laki itu sudah lebih dulu memeluk kedua kakiku seraya mengeluarkan isakan yang terdengar menyakitkan.
"Aku pengen minta maaf sama kamu, Rey," isaknya parau. "Aku bener-bener pengen minta maaf sama kamu atas apa yang udah aku lakuin di belakang kamu."
Sejujurnya, aku sungguh-sungguh tak menemukan petunjuk tentang apa yang sedang ingin dikatakan oleh kekasihku itu. Tiba-tiba saja, dia berlutut seperti ini dan memohon sebuah permintaan maaf untuk kesalahan yang sama sekali aku tak tahu kapan dia melakukannya.
"Apa maksud kamu, Kak?" Kedua tanganku refleks menggusak kepalanya. Dari getaran yang kini menguasai tubuhnya, aku tahu bahwa ada guncangan besar yang sedang ditahan oleh Kak Javi. "Setahuku, Kakak nggak pernah ngelakuin satupun kesalahan padaku. Kakak adalah seorang suami yang sempurna, kenapa Kakak harus mengatakan itu?"
Pada akhirnya, aku tak tahan untuk tidak memeluk Kak Javier. Sungguh, aku tak tega membiarkan laki-laki yang teramat kusayangi itu terisak dengan tangis seperti ini. Jikalau bisa, biar aku saja yang menanggung bebannya agar aku tak harus melihat dia dengan keterpurukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MPREG#3] BE A GOOD DADDY
RomanceBabak kedua kisah Javier Pradikarsa dan Reytama Adliandhika segera dimulai! Benarkah Javi akan bertransformasi menjadi seorang good daddy? Sebuah sekuel dari HAMIL. COPYRIGHT 2020 BY BAGUS TITO MENGANDUNG UNSUR LGBT, MALE PREGNANCY DAN MALE TO MAL...