Nee neee bagaimana part-part sebelumnya?
Apakah menarik atau malah membosankan?
Ah semoga saja part-part sebelumnya menarik yaa :')
Dan aku harap part-part selanjutnya gk kalah menarik heheFollow me please ฅ'ω'ฅ
Happy Reading...
Chillia berjalan menyelusuri lorong-lorong kediaman duke dengan bersenandung kecil tanpa dikawal oleh pelayan dan pengawal pribadinya.
"Enak saja, kalian melarangku untuk bermain huh." Gumam Chillia dengan jengkel karna tidak diizinkan untuk pergi bermain oleh kakaknya.
"Kalau aku tidak bisa bermain hari ini namaku bukan Chillia Liona De Raizel." Lanjutnya dengan smirknya.
Chillia berhenti didepan jendela besar lalu membukanya dan tersenyum penuh kemenangan, dilihatnya pohon besar yang berdekatan dengan tembok pembatas kediaman Duke Raizel.
'Aku akan bermain!'
Senyumannya semakin lebar kala itu dan mengambil ancang-ancang untuk melompat dan---
Hap.
tepat sasaran sekarang gadis itu tengah berjalan dengan santai di dahan pohon besar itu lalu menaiki dinding dan terakhir ia mulai melompat turun dari tembok itu.
"Ternyata sangat mudah hahaha." Chillia tertawa dengan bahagia lalu mulai berlari menuju tempat yang akan ia tuju.
Disisi lain~
"Huh dimana nona kalian?!" Bentak lelaki itu kepada pelayan pribadi adiknya itu.
"M-maafkan k-kami tuan muda." Jawab mereka serempak lalu menundukan kepala takut.
"KENAPA KALIAN TIDAK BERGUNA HAH!?!!" Lelaki itu membentak para pelayan dengan aura membunuh yang begitu kuat.
"Ada apa Reyvin?" Tanya pria bersurai hitam dengan datar.
"Mereka... membiarkan Chillia kabur lagi!" Desis Reyvin kepada Pria bersurai hitam itu.
"Benar pembunuh itu mengincar nya kak." Sela lelaki bersurai pirang dengan mata hijau nya dengan santai yang membuat Reyvin geram lalu menganggkat tangan keudara.
"Vesuë." Reyvin mengumamkan nya lalu tiba-tiba angin tidak terkendali menerjang tubuh pria pirang itu.
"Wah kamu ingin membunuh ku kak?" Tanya lelaki itu dengan jengkel kepada Reyvin.
"Aku akan membunuhmu yang tak berguna itu Albert." Jawab Reyvin dengan penuh penekanan kepada lelaki pirang bermanik hijau itu, yang sedang menampilkan senyuman.
"Maaf kan aku yang mem--" Ucapan Albert terpotong karna sebuah pisau kecil tak kasat mata melukai pipinya.
Sreettt.
"Ouch ini membuatku kaget Castalio." Gumam Albert menatap lelaki bersurai pirang dengan mata biru emesty yang sedang menatapnya dingin.
Albert mengusap darah yang keluar dari pipinya dengan santai dan menghela nafas kala aura seseorang yang mulai sangat mencengkram.
"Hentikan. Omong. Kosong. Kalian. Sekarang!" Cadis mulai membuka suara dengan penuh penekanan kepada ketiga adik nya itu.
Reyvin menghela nafas frustasi lalu bergumam menjawab Cadis. "Hm."
Albert terseyum menatap Cadis yang masih mengeluarkan auranya lalu berseru menjawab Cadis. "Baik."
Sedangkan Castalio hanya menatap datar ke arah Cadis lalu membuang muka begitu saja.
Albert memecahkan keheningan denhan membuka suara terlebih dahulu. "Lebih baik kita bicarakan hal ini didalam bukan?"
Mereka menatap Albert sebentar dan mulai memasuki kamar Chillia tanpa memperdulikannya.
"Astaga sepertinya aku memang tidak di ingikan." Albert mengumam kesal dan mulai memasuki kamar adiknya.
🍁🌸🍁
"Huaaa akhirnya aku bisa pergi kesini sendiri~" Ucap gadis itu dengan riang dan mulai menyusuri tempat yang menyuguhkan berbagai makanan rakyat biasa.
"Makanan semuanya aku datang!" Teriak gadis itu dengan lantang hingga membuat berberapa orang berhenti lalu menatap nya sebentar dan mulai melanjutkan jalan mereka masing-masing.
Ya gadis itu Chillia dengan sejuta trik yang dia lakukan dari kecil hingga sekarang menginjak umur 9 tahun. Semakin banyak trik yang dia gunakan.
"Aku akan bersenang-senang disini jadi saat pulang nanti aku tidak masalah kena omelan dari mereka haha." Ucap Chillia lalu meyusuri stand makanan dipinggir jalan itu.
Chillia berhenti di sebuah stand kue-kue kering dan mulai bertanya. "Kue apa ini?" Chillia bertanya dengan sopan kepada penjual kue itu.
"Ah ini kue dengan lapisan apple juga rasberry nona, dan bila ku tebak anda adalah seorang bangsawan?" Jawab penjual itu tak kalah ramah dan pertanyaan terakhir membuatku membatu menatapnya.
"Ah melihat reaksi anda sepertinya benar." Gumam penjual itu dengan tersenyum manis.
"Haha iya." Chillia menjawab dengan senyuman canggung ke arah penjual kue itu.
"Biasanya seseorang bangsawan sangat anti kemari nona, karna ya level kami dibawah mereka." Jelas Penjual itu membuat Chillia terdiam dan menunduk merasa bersalah.
"M-maaf." Cicit Chillia membuat para pendagang itu menatap aneh juga syok kearah Chillia.
"Lho kok nona minta maaf ?" Tanya salah satu penjaga yang mendengarkan percakapannya dengan penjual kue kering itu.
"H-hiks m-maafkan p-para bangsawan itu hiks, d-dan m-maafkan bila sifatku membuat kalian risih." Chillia menangis dengan mengucapkan maaf yang membuat mereka tercengang ditempat.
"NONA TIDAK PERLU MINTA MAAF!" Teriak pendagan buah dengan lantang membuat semua pendagang itu mengangukan kepalanya serentak.
"Benar nona anda tidak perlu minta maaf karna anda tidak salah." Jelas pendagang kue itu dengan tulus yang membuat Chilla tersenyum bahagia.
"Seharusnya kami yang berterima kasih karna nona bersedia pergi kemari." Ucap penjual pernak pernik itu.
"E-eeto panggil aku Liona saja."Ucap Chillia dengan wajah malu-malu.
"T-tap--" Ucapan Penjual kue kering itu langsung dipotong dengan cepat oleh Chillia.
"Tidak ada penolakan!" Perintah Chillia yang dibalas senyuman manis mereka semua.
Tanpa disadari Chillia seseorang Pria berjubah memperhatikannya dari tadi dan tersenyum simpul.
'Chillia kamu semakin menarik.'
TBC...
Aku buung soal gk bisa dauble up hehe gimana suka gk?
Nahhh gk nyambung kn?:/
Selamat membaca semuanyaa semoga kalian suka dan terus mengikuti kisah I'm Sweet Villainess ya :')Jangan lupa tekan bintang juga komennt ya semuaa
Domo Arigatō
See you next time.
Ry Chan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm sweet villainess [Hiatus]
FantasyMy first story! No plagiatlisme! Sebelum membaca boleh follow ya minna:'> "Appreciate this story with votes and comments" ^.^ Aku mendengus dan menatap langit-langit kamarku sungguh naas, diumurku yang baru memasuki 25 tahun harus tiada dengan tidak...